5 Mei 2024

Penulis : Sundary

Pada tahun 1992-1995 telah terjadi pembunuhan berencana terhadap warga muslim Srebrenica. Dimana, pembunuhan ini telah menewaskan sekurangnya 8000 jiwa, baik itu anak-anak, perempuan, lansia dan laki-laki. Genosida ini di pimpim langsung oleh mantan Jendral militer Serbia Bosnia yang dikenal dengan julukan di Jagal Bosnia, Ratko Mladic (74). Belakangan, diketahui ia harus memikul 10 dari 11 tuduhan terhadapnya, termasuk genosida, pembunuhan, pemusnahan, penuntutan dan deportasi paksa.

Pembunuhan masal dan berencana terhadap warga muslim Srebrenica berawal dari ketidakinginan tentara Serbia dan tentara Rakyat Yugoslavia (JNA) mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Republik Bosnia-Hezergovina. Mereka, tentara Serbia yang bekerjasama dengan tentara Rakyat Yugoslavia (JNA) bermaksud melakukan kudeta terhadap pemerintahan resmi Bosnia dan menduduki pusat kota. Jadilah, Ratko Mladic bersama pasukannya mengepung Sarajevo, ibu kota Bosnia-Hezergovina selama kurang lebih 1.425 hari (5 April 1992-29 Februari 1996) dan menjadi pengepungan terlama dalam sejarah kelam perang dunia.

Pada 1995, situasi dan kondisi di Srebrenica semakin memanas. Serangan demi serangan terus merangsek sampai keurat nadi Bosnia. Puncaknya, 11 Juli 1995, pasukan Mladic membantai habis-habisan warga muslim bosnia. Pembantaian dimulai dengan cara memisahkan laki-laki berumur 12-77 tahun. Alasannya untuk diinterogasi, namun ini hanyalah dalih agar target bisa dipisahkan dari para perempuan, orang tua, atau sanak keluarga lainnya. Para korban diminta untuk berbaris di samping lubang yang rencananya akan di jadikan kuburan masal. Satu persatu, peluru mulai beradu kecepatan untuk segera sampai ke belakang kepala korban. Sadis sekali!

Dan yang tak kalah sadis adalah ketika tentara Belanda yang sebelumnya sengaja di bentuk dan dikirimkan oleh PBB untuk mengamankan wilayah Bosnia-Hezergovina, sekitar 400 orang tentara, menyerahkan 5000 warga muslim Bosnia-Hezergovina untuk kemudian di tukarkan dengan 14 tentaranya yang di tahan oleh Mladic. Sadis kuadrat!

Sungguh, menyedihkan sekali. Tatkala organisasi kelas dunia, PBB, tak mampu menghentikan genosida yang berlangsung di depan matanya. Ini adalah kesalahan yang amat fatal dan cukup untuk menghilangkan kepercayaan warga dunia atas kinerja PBB. Selain itu, malah tentara yang dikirimnyalah yang menjadi malaikat maut dadakan bagi muslim Srebrenica, Bosnia. Mantan Sekjen Kofi Annan mengatakan bahwa kegagalan ini akan menghantui PBB dan sejarah selamanya ( Antonio Guteres, Sekjen PBB ). Dimana genosida ini adalah kejahatan terburuk ditanah Eropa pasca perang dunia ll.

Jika dicermati, apa yang menimpa muslim Srebrenica, Bosnia, bukanlah karna mereka pernah menyakiti tentara Serbia dan tentara Rakyat Yugoslavia. Melainkan hanya karna mereka, muslim bosnia ingin merdeka, ingin di akui keberadaannya. Itu saja. Sungguh kejamnya hukum alam yang katanya yang kuatlah yang menang dan yang lemah akan mati, tertindas!

Ketika hidup tidak dilingkupi oleh cahaya terang bernama iman, maka membenci orang lain tersebab kelebihan bahkan kebaikannya menjadi lumrah. Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, mengapa ketika muslim ingin merdeka justru mereka, para penyembah berhala ketakutan? Dan kemana sebenarnya keberpihakan PBB sebagai organisasi dunia yang bertugas menjaga stabilitas keamanan dunia? Apakah ini semua ada kaitannya dengan aturan yang selama ini di terapkan oleh seluruh negeri-negeri, baik negeri muslim ataupun bukan? 

           

Apa yang menimpa muslim Bosnia adalah efek dari ketiadaan pemimpim yang berdaulat secara penuh. Merdeka secara lahiriah dan batiniah. Dimana merdeka secara lahiriah dapat dimaknai dengan tidak bergantungnya dan tidak terikatnya ia dengan aturan-aturan yang mengharuskan pihak lain menyetujui keputusannya. Semisal, intervensi. Dimana ketika suatu negara sedang berkecamuk perang didalamnya, negara lain yang tidak ada sangkut pautnya dilarang ikut campur. Dengan begitu, Negara yang ingin membantu, meski memiliki kekuatan militer yang kuat sekalipun, takkan mampu berkutik.

Sebab, ia di batasi oleh peraturan yang tidak berlebihan jika itu di sebut sebagai sekat nasionalisme. Sedangkan merdeka secara batiniah, dapat dimaknai sebagai kemerdekaan seseorang, dalam hal ini pemimpin, ia tidak di jajah oleh manusia dan tunduk pada manusia lainnya. Dengan kata lain, ia adalah seseorang yang jiwanya hanya bergantung kepada sang penciptanya, Allah SWT. Karna sesungguhnya jiwa yang hanya bergantung kepada rabbnya, takkan mengenal takut mati dan memustahilkan hati tenang saat melihat jiwa saudara seimannya di bantai habis-habisan.

           

Dunia kelam akibat genosida yang diciptakan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab ini, hanya akan berakhir ketika pemimpim sekelas Al Mu’tasim Billah menduduki tampuk kekuasaan. Tentunya di barengi dengan aturan yang paripurna dan minim celah salah, yakni Islam Kaffah. Sebab, perbandingannya adalah, ketika Al Mu’tasim Billah memimpin dengan menjadikan Islam Kaffah sebagai landasan bernegara dan bermasyarakat, tersingkapnya aurat seorang gadis di sebuah pasar yang di lakukan oleh pemuda Yahudi, cukup baginya untuk mengirimkan sebuah pasukan yang kepalanya sudah sampai di sebuah pasar di Romawi, tempat terjadi pelecehan terhadap gadis tersebut, sedangkan ekornya masih ada di Baghdad.

           

Konon lagi dengan peristiwa kelam genosida Srebrenica, Bosnia, dimana menurut penuturan dari salah seorang saksi hidup bernama Zumra Sehomerovic, ia melihat seorang gadis berusia sekitar sembilan tahun dalam cengkeraman tentara JNA. Seorang tentara menyuruh adik laki-laki sang gadis untuk memperkosa kakaknya. Si adik jelas menolak keras. Tentara ini marah lalu membunuh sang bocah lelaki itu. “Ada juga seorang ibu bersama bayinya yang baru berumur beberapa bulan. Seorang tentara JNA menyuruh agar ia menenangkan si bayi yang menangis terus. Upaya si ibu gagal, lalu tentara itu merebut si bayi dan menyayat lehernya. Ia tertawa. Ada tentara Belanda (UNPROFOR, tentara kiriman PBB) yang cuma melihat dan tak berbuat apa-apa,” katanya. Tentunya, atas semua ini, takkan terbayangkan bagaimana banyaknya tentara yang akan dikirimkan oleh Mu’tasim Billah, jika ia masih hidup untuk memerangi tentara Serbia dan JNA.

           

Namun sayangnya, ia telah tiada bersama dengan keyakinan kaum muslim terhadap Islam Kaffah yang akan mampu memjadi solusi tuntas masalah dunia. Kembalinya kaum muslim dengan seperangkat aturan Islam Kaffah, adalah langkah awal untuk menghentikan kejahatan sejenis yang telah dilakukan oleh Mladic dan pasukannya. Sebab, nyatanya, setelah perang dunia berakhir, yang awalnya semua orang berfikir semua kejahatan juga berakhir, adalah keliru.

Bahkan sampai saat ini, terus saja ada orang-orang yang berniat jahat dan selalu ingin memusnahkan kaum muslim dari dunia ini. Sebut saja, pembantaian Rohingya, Allepo, Gaza, Uighur bahkan sampai ke hal yang berbau rasisme pun masih terus berlangsung. Dan semua itu terjadi seolah di dunia ini sudah tidak ada lagi pemimpin yang perduli kepada rakyatnya dan musnah sudah orang-orang baik yang ingin menyelamatkan dunia. Tentu, jika Islam Kaffah diterapkan, hal semacam ini mustahil terjadi. Sebab, mindset seorang muslim adalah, muslim yang satu dengan muslim yan lainnya ibarat satu tubuh. Jika salah satu bagian tubuhnya terluka, maka bagian yang lainnya juga akan ikut merasakan sakit.

           

Maka tidak ada solusi lain untuk mengatasi berbagai problematika hidup bernegara dan bermasyarakat kecuali dengan di terapkannya Islam secara Kaffah. Untuk mengetahui sejauh apa sepak terjangnya ketika diterapkan, cukuplah, berdirinya Khilafah selama 14 abad dengan hanya meninggalkan tidak lebih dari 200 kasus kriminal, menjadi semangat baru untuk mengembalikan keyakinan akan maslahat yang akan dicapai jika ia (Islam) diterapkan.

Dan tidaklah hal ini bisa dilakukan, kecuali kita, muslim dimana pun berada, muncul kesadaannya akan urgensi Islam dan syari’atnya yang diterapkan dalam bingkai Khilafah Ala Minhaj An Nubuwwah. Sehingga, kesadaran kitalah yang menjadi kunci pembuka gerbang utama kemenangan itu terbuka, kembali. Setelah sadar, bangkit adalah persoalan selanjutnya yang harus segera di lakukan. Karena setelah bangkit, maka bukan hal yang mustahil kedamaian akan tercipta walau hanya dengan teriakan takbir sekalipun. Islam selalu siap memimpin dunia, maka kita pun harus siap menjadi pengembannya demi terterapkannya ia secara Kaffah di seluruh pelosok dunia.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.