18 Mei 2024

Penulis : Eviyanti (Pendidik Generasi Dan Member Akademi Menulis Kreatif)

Dimensi.id-Sekitar 186 pedagang Pasar Baru Majalaya melakukan tes rapid dan sekitar 46 pedagang melakukan tes swab. Dari 232 pedagang tersebut dua pedagang diketahui reaktif pada 5 Juni 2020 lalu. Ketika ditemukan pedagang reaktif, tim medis sudah menyediakan alat tes swab. Tes swab merupakan jalan terakhir untuk mendeteksi virus yang tertanam di dalam tubuh seseorang.

Namun, Bupati Bandung Dadang M. Naser tidak akan menutup Pasar Majalaya meski dua pedagang berstatus reaktif. Kedua pedagang tersebut diketahui reaktif ketika mengikuti tes rapid. Setelah kedua pedagang tersebut menunjukkan hasil reaktif, mereka langsung melakukan tes swab di hari yang sama. Sembari menunggu hasilnya, mereka telah melakukan isolasi mandiri selama 14 hari.

Seperti yang dilansiroleh detik.com, Senin (08/06/2020), Dadang mengatakan, dirinya tidak akan menutup Pasar Baru Majalaya meskipun hasil tes swabnya menunjukkan positif. Ia beralasan keputusan diambil agar perekonomian tetap berjalan.

“Enggak akan, meskipun ada yang positif di Pasar Majalaya, tidak akan saya tutup. Jalan terus obati yang bersangkutan bukan pasarnya yang ditutup, yang bersangkutan harus diisolasi,” kata Dadang. Sementara pasar terus buka, apabila ditemukan pedagang atau pembeli yang terinfeksi virus Corona, maka Dinkes akan langsung melakukan tracking atau pelacakan riwayat orang tersebut.

“Kita bakal langsung tracking. Tapi yang bersangkutan harus jujur punya penyakit apa, sebutkan. Takutnya punya TBC kemungkinankan TBC,” tuturnya.

Sangat disayangkan, mendengar pernyataan Bupati bahwa Kabupaten Bandung sejak awal sudah zona biru, ditambah keengganan menutup pasar sekalipun terdeteksi pedagang yang positif Covid-19. Pernyataan ini bukan dilatarbelakangi kepedulian terhadap kondisi kesehatan masyarakat, tetapi hanya menginginkan kondisi ekonomi berjalan. Urusan kemaslahatan umat dan nyawa sekalipun diabaikan, seharusnya pemerintah memprioritaskan penanganan kesehatan rakyatnya, apapun risikonya. Bila tidak, maka upaya apapun yang ditempuh baik untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi maupun menormalkan kondisi sosial hanya akan memperparah kondisi krisis.

Pemerintah harusnya sadar, wabah virus Covid-19 sampai saat ini kasusnya belum berakhir bahkan kurvanya pun masih tinggi. Sehingga, dengan tidak ditutupnya pasar kemungkinan besar akan ada banyak lagi korban, apalagi sudah ada pedagang yang positif.

Inilah wajah buruk sistem demokrasi, kapitalis, dan sekularis, dimana yang menjadi perhitungan hanyalah untung dan rugi bukan kemaslahatan dan kesejahteraan rakyatnya. Dengan terus melonjaknya kasus infeksi Covid-19, membuktikan bahwa sistem ini telah gagal menangani kasus pandemi ini.

Berbeda halnya dengan Islam. Islam mewajibkan negara menjadi penanggung jawab dan menjamin kebijakan yang lahir didasarkan pada wahyu, dijalankan dengan mekanisme yang selaras ilmu dan sains, serta ditujukan semata-mata memberikan kemaslahatan bagi semua rakyat.

Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai dan Tirmidzi)

Yang berarti dalam Islam bahwa perkara nyawa adalah sesuatu yang sangat berat pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt.

Dalam Islam ketika terjadi wabah seperti saat ini, akan dilakukan sistem lockdown di daerah yang terdampak dan menjamin semua yang menjadi kebutuhan dasar mereka (sandang, pangan, papan, kesehatan dan keamanan). Termasuk menutup pasar-pasar. Negara pun menyediakan tenaga medis khusus, obat-obatan dan alat-alat kesehatan secara gratis. Negara harus menangani korban wabah dengan cepat dan sigap.

Sayangnya, kita tidak akan mendapati pemimpin yang benar-benar menjadi pelindung nyawa rakyat serta menjamin kesejahteraan dan kemaslahatan rakyatnya, bila sistem yang diterapkan masih sistem kufur buatan manusia. Sudah menjadi keharusan untuk seluruh kaum muslim kembali kepada fitrah mereka dengan menerapkan sistem Islam secara kaffah.

Sistem yang berasal dari Allah Swt. Dengan seperangkat aturan-Nya, yang akan menyejahterakan dan menentramkan jiwa seluruh umat manusia. Yaitu, sistem Islam dengan khilafah sebagai pemerintahannya.

Wallahua’lam bishshawab.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.