18 Mei 2024

Penulis : Mochamad Efendi

Dimensi.id-Politik kotor dalam sistem demokrasi sehingga money Politik dianggap biasa. Untuk menjadi penguasa dalam sistem demokrasi butuh biaya besar mulai dari pildes, pilkada, sampai pilpres. Tidak cukup baik, jujur, dan cakap untuk memenangkan politik dalam Sistem demokrasi tapi harus punya dana besar karena money politik tidak bisa dilepaskan dari usaha untuk mendapatkan kekuasaan. Pertarungan politik butuh dana besar sehingga cara-cara kotor digunakan untuk memenuhinya termasuk korupsi atau kesepakatan terselubung bersama para cukong yang merugikan rakyat.

Masihkah Kita berharap pemimpin ideal dari pertarungan politik yang menggunakan money politik. Yang tersisa hanya pemimpin culas, curang dan pandai memainkan politik kotor. Yang baik akan tersisihkan. Yang cakap tidak akan menang jika masih jujur dan tidak mau bermain curang dengan money politik. Rakyat hanya memilih jika dapat imbalan uang, mereka berfikir siapun yang terpilih tidak membawa perubahan yang lebih baik. 

Selama money politik menjadi kebenaran umum begitu juga ambisi,  hasrat untuk berkuasa menjadi tujuan politik dalam sistem demokrasi, sungguh sulit mendapatkan pemimpin ideal yang akan membawa negeri ini keluar dari krisis. Dari satu rezim ke rezim yang lain hutang luar negeri semakin menumpuk. Hegemoni asing semakin kuat mencekram negeri. Sementara Islam dicurigai dan diberi label radikal. Negeri yang mayoritas penduduknya Muslim tidak berdaya menghadapi oknum penghianat negeri yang sering mengatasnamakan pancasila dan NKRI, Padahal merekalah yang banyak mengambil keuntungan dengan menjual asset negara. Korupsi menggurita bahkan sering berasal dari pihak yang menjadikan pancasila dan NKRI sebagai alat politik untuk memenuhi ambisinya agar terus berkuasa.

Mungkinkah money politik bisa dihentikan dalam Sistem Demokrasi? Selama kekuasaan menjadi tujuan politik, money politik akan sulit dihilangkan. Rakyat sudah tidak perduli dengan pemimpin yang terpilih karena fakta menunjukkan sama saja pergantian pemimpin tidak membawa perubahan yang lebih baik. Rakyat apatis tidak lagi perduli dengan siapapun yang akan memimpin mereka. Saat ada yang membayar dengan jumlah yang cukup menggiurkan mereka mau datang untuk memilih. Mereka datang hanya untuk memilih yang mau membayar meskipun mereka tahu pemimpin yang dipilih bukan pemimpin yang diharapkan. Sementara mereka yang lebih sedikit cerdas memilih untuk tidak memilih. Mereka sadar bahwa tidak ada yang layak untuk dipilih sehingga banyak pemilih yang tidak menggunakan hal pilihnya alias golput. Bahkan jumlah golput lebih besar dari perolehan suara pemenang.

Saat kekuasaan dalam genggaman dijadikan kesempatan untuk mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan untuk memenangkan pertarungan politik.  Siapapun, pemimpin yang terpilih bukan pimpin yang ideal yang berpihak pada kepentingan rakyat. Pemimpin hanya berfikir kekuasaan dan bagaimana mempertahankan kekuasaannya. Menghentikan money politik dalam sistem demokrasi adalah Ilusi selama tujuan berpolitik adalah kekuasaan bukan untuk mengurusi rakyat. Rakyat adalah pihak yang ditumbalkan untuk pests demokrasi. Tentunya, tidak mudah untuk mengadakan pildes, pilkada bahkan pilpres. Semakin tinggi jabatan yang ingin diraih, semakin besar dana yang dibutuhkan untuk money politik. Begitu pula penyimpangan yang dilakukan dampaknya lebih massive dan pasti merugikan rakyat.

Masihkah kita pertahankan demokrasi? Haruskah kita perjuangan tegaknya demokrasi yang menghalalkan kecurangan serta maney politik yang hanya memunculkan pemimpin culas, curang dan menghalalkan segala cara untuk kekuasaan sebagai tujuan politiknya. Perubahan yang kita harapkan hanyalah mimpi yang tidak pernah menjadi nyata selama tidak ada perubahan sistem. Berharap dari kepemimpinan dalam sistem demokrasi untuk melakukan perubahan yang lebih baik hanyalah Ilusi. Mungkin banyak orang tahu sehingga, prosentasi partisipasi rendah dalam keikutsertaan pemilu dari tahun ke tahun. Banyak orang menyadari siapapun pemimpinnya akan sama saja, tidak akan membawa perubahan yang lebih baik. Pergantian pemimpin dalam sistem demokrasi tidak akan membawa perubahan yang lebih rakyat karena kekuasaan menjadi tujuan yang dibela mati-matian.

Saatnya kita merindukan sistem Islam yang akan memunculkan pemimpin ideal yang akan mengurusi rakyatnya karena tujuan berpolitik dalam Islam adalah mengurusi urusan rakyat. Rakyat menjadi skala prioritas. Kekuasaan bukan tujuan tapi cara atau methode agar bisa mengurusi rakyat dengan Islam. Kesejahteraan dan keadilan dijunjung tinggi, cara-cara curang ditinggalkan termasuk money politik.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.