30 April 2024
11 / 100

 

 

 

Oleh Reni Rosmawati

Ibu Rumah Tangga

 

 

Di negeri ini, merayakan lebaran tanpa mudik, rasanya bak makan sayur kurang garam. Tak afdal, tidak sedap. Karena mudik bagi perantau adalah momen pelepasan kerinduan akan kampung halaman yang lama ditinggalkan. Sayangnya, layanan kelancaran transportasi di Indonesia selalu menjadi problem setiap momen istimewa seperti lebaran. Sehingga, perjalanan mudik yang ‘horor’ mengorbankan hari-hari terakhir Ramadan dan membuat tidak khusyuk dalam beribadah.

 

Dilansir oleh CNBC Indonesia (6/4/2024), selama periode mudik lebaran 2024, waktu tempuh perjalanan Jakarta dan sekitarnya-Merak naik signifikan yakni tembus hingga 7 jam. Diketahui pusat kemacetan terjadi di Tol Tangerang-Merak KM 68 dan KM 95, juga sebelum embarkasi ke kapal, yang mana penumpang harus mengantre selama 4 jam dalam 3 kantong berbeda.

 

Sementara itu, berdasarkan catatan Polri di sejumlah wilayah di tanah air ada sekitar 1.835 kecelakaan yang terjadi selama arus mudik lebaran 2024. Sebanyak 281 orang meninggal dunia, 44 orang luka berat, dan 386 luka ringan. (CNN Indonesia, 10/4/2024)

 

Berulang Terjadi

 

Kemacetan mudik lebaran hingga menyebabkan kecelakaan maut memang selalu terjadi setiap tahun. Di tahun 2022 lalu, Korlantas mencatat arus mudik lebaran terjadi 4.333 kecelakaan dengan jumlah korban meninggal dunia 745 orang, 580 orang luka berat, dan 5.608 luka ringan. (CNBC Indonesia, 2/4/2024)

 

Adapun mudik lebaran 2023 kemarin, Korlantas mencatat ada 3.515 kasus kecelakaan yang menewaskan 515 orang, 432 luka berat, dan 4.813 luka ringan. (Kompas.id, 9/4/2024)

 

Kenyataan ini semestinya menjadi perhatian besar bagi pemerintah dan negara. Pasalnya, kecelakaan ketika mudik di negeri ini memang seolah telah menjadi tradisi. Dari tahun ke tahun korban kecelakaan selama ritual mudik terus berguguran. Oleh karenanya, negara harus membuat langkah komprehensif untuk mengantisipasi kemacetan dan kecelakaan, agar kasus kecelakaan mudik lebaran yang memakan korban jiwa tidak kembali terulang.

 

Seperti salah satunya memperbaiki mitigasi kecelakaan lalu lintas. Sebab, sejatinya, kemacetan dan kecelakaan mudik lebaran menunjukkan bahwa mitigasi kecelakaan lalu lintas selama ini tidak berjalan dengan baik. Sehingga tidak menyelesaikan persoalan hingga tuntas.

 

Selain itu, negara juga wajib memperbaiki fasilitas sarana dan prasarana transportasi. Karena faktanya, kecelakaan yang selama ini terjadi di antaranya disebabkan oleh minimnya fasilitas sarana dan prasarana transportasi.

 

Sayangnya, hal demikian belum maksimal dilakukan negara hari ini. Negara dan penguasa belum mampu dalam memberikan jaminan keamanan dan keselamatan mudik rakyatnya. Berulangnya kecelakaan lalu lintas, mengindikasikan bahwa negara telah gagal melayani kebutuhan vital rakyatnya.

 

Ironisnya, masyarakat seolah memaklumi kelalaian negara tersebut, bahkan membuat negara berlindung dalam permakluman tersebut sehingga tidak menyusun langkah yang tepat dalam mengatasi kemacetan dan kecelakaan ketika mudik.

 

Konsekuensi Penerapan Sistem Demokrasi Kapitalisme 

 

Inilah konsekuensi dari penerapan sistem demokrasi kapitalisme. Paham sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) yang menjadi landasan sistem demokrasi kapitalisme, telah melahirkan negara yang gagal menjamin keselamatan dan memberikan perlindungan paripurna kepada rakyatnya.

 

Di sisi lain, paham materi adalah segalanya yang diadopsi sistem kapitalisme, telah menjadikan momen mudik tak ubahnya sebagai ajang untuk meraup keuntungan bagi segelintir orang (oligarki/pemilik modal). Bagi sistem ini kepentingan oligarki di atas kepentingan rakyat. Bahkan, para oligarki ini diberikan kebebasan dalam menentukan tarif transportasi dan kebutuhan vital rakyat lainnya. Sementara, pengurusan rakyat demikian minim sekali. Sehingga kecelakaan lalu lintas yang memakan korban jiwa ketika mudik lebaran terus terjadi.

 

IslamMenjamin Keamanan dan Kenyamanan Mudik 

 

Islam diturunkan Allah Swt. ke dunia ini sebagai solusi atas seluruh masalah kehidupan. Islam menetapkan negara wajib mengurus rakyat sesuai hukum Allah termasuk melakukan mitigasi optimal sebagai bentuk periayahan negara atas rakyat khususnya dalam hal transportasi mudik.

 

Sabda Rasulullah saw.: “Seorangpemimpin adalah periayah (pengatur)urusan rakyat. Dan ia akan dimintaipertanggungjawaban atas rakyatnya.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

 

Negara yang berlandaskan Islam akan memberikan jaminan agar rakyat dapat melaksanakan Ramadan maksimal, penuh kekhusyukan. Sehingga buah takwa bisa diraih.

 

Negara yang berlandaskan Islam akan senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi rakyatnya dalam segala aspek. Dalam hal mudik lebaran, maka negara yang menerapkan sistem Islam akan melakukan mitigasi dan berbagai persiapan untuk meminimalisir terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. Seperti membangun sarana dan prasarana transportasi yang aman, nyaman dan memadai, menyediakan berbagai fasilitas publik, menyediakan kendaraan yang cukup, dan lain sebagainya. Sehingga mudik berjalan lancar dan aman. Uniknya semua sarana dan prasarana transportasi ini bisa dirasakan rakyat setiap saat, bukan hanya ketika hari raya saja.

 

Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid ll. Beliau dulu pernah membangun rel kereta api dan menyiapkan segala fasilitas umum lainnya, seperti penginapan dan makanan bagi jamaah haji. Semuanya diberikan secara cuma-cuma. Sehingga para jamaah haji aman dan nyaman ketika melakukan perjalanan.

 

Seluruh pembiayaan dari semua pelayanan terbaik ini berasal dari kas negara (Baitulmal). Sumber pemasukannya sendiri berasal dari fa’i, jizyah, kharaj, ghanimah, dan seluruh sumber daya alam (SDA).

 

Di sisi lain, dalam pandangan Islam, adanya infrastruktur serta sarana dan prasarana transportasi semata-mata demi kepentingan rakyat. Itulah sebabnya, penguasa Islam tidak akan membiarkan siapapun mengeksploitasinya ataupun menjadikan sebagai ajang bisnis/meraup keuntungan. Islam memandang jalan sebagai salah satu fasilitas umum yang merupakan milik rakyat dan tidak boleh dimiliki oleh individu.

 

Demikian cara negara yang menerapkan sistem Islam dalam menjamin keselamatan dan menjaga rakyatnya agar tetap khusyuk dalam beribadah di hari-hari terakhir bulan Ramadan. Semoga penjelasan ini dapat membuka hati kita dan menyadarkan kita semua, bahwa hanya Islamlah satu-satunya aturan hidup yang komprehensif serta mampu menyelesaikan berbagai persoalan secara tuntas, termasuk dalam hal meminimalisir terjadinya kemacetan juga kecelakaan saat mudik lebaran. Wallahu a’lam bi ash-shawwab. [DMS]

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.