25 April 2024

Penulis : Kamilahusin Amiluddin, S.S (Guru dan aktivis dakwah)

Dimensi.id-Idul Fitri merupakan kemenangan bagi umat muslim setelah sebulan penuh di bulan Ramadhan menjalankan puasa, menahan haus dan lapar, pun hawa nafsu. Hakikat Idul Fitri sesuai artinya adalah kembali kepada fitrah kesucian. Namun ada makna yang lainnya dari Idul Fitri adalah awal dari bulan syawal dan ia suatu hari dimana orang-orang yang mengawali puasa itu untuk ifthor bahkan diharamkan bagi siapapun yang melakukan shaum di bulan itu.

Jadi, tetap saja Idul Fitri adalah suatu hari yang akan kita masuki bahkan hari Idul Fitri ini adalah hari kemenangan.Lalu, untuk siapakah kemenangan ini?

Yang pertama ialah untuk orang-orang yang berhasil melalui tahapan-tahapan ibadah yang panjang selama tiga puluh hari dimana yang biasanya orang makan minum yang halal di siang hari ia harus mengekang hawa nafsunya lantas di malam hari ia harus qiyamullail walaupun itu sunah. Ataupun tarawih yang setelah shalat isya dikerjakan atau dia mengerjakan amalan-amalan sholih yang lainnya di bulan itu.

Karena memang pahalanya dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga siapa yang bisa melalui ini semua, menundukkan hawa  nafsunya, mengekang keinginan-keinginannya yang lain  bahkan dia berupaya rajin bershodaqoh misalnya, atau sebagai seorang ibu dia bisa meningkatkan keshalihan dirinya, belajar lebih sungguh-sungguh, melayani keluarga, melayani suami, berdakwah, ini semua merupakan suatu kemenangan bagi umat Islam yang mampu melalui hari-harinya seperti ini.

Yang kedua Idul Fitri adalah hari dimana umat Islam dijanjikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala bagi orang-orang yang diperkenankan nantinya untuk berjumpa dengan Allah.

Disini kita bisa menyimak hadits Rasulullah yang biasa kita dengar yaitu

“Bagi siapa yang mengisi bulan Ramadhan ini dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka dosa-dosanya akan di hapuskan oleh Allah yakni dosa-dosa yang telah lalu”.

Atau hadits lain :

“Lish shaaimi farhataani ‘inda ifthoorihi wa ‘inda liqo’iirobbihi”

Bagi orang yang berpuaa itu akan mendapatkan dua kebahagiaan yang pertama kebahagiaan ketika berbuka puasa, yang kedua kebahagiaan bahwa Allah ingn berjumpa dengannya.

Jadi jangan sampai merasa bahwa kita dalam kondisi pandemi maka sikap kita menjadi biasa-biasa saja, tiaak ada ghirah untuk menyambut datangnya hari yang fitrah ini.

Wabah ini adalah ketentuan Allah, yang pertama harus kita maknai bahwa ini adalah qodho dari Allah. Tidak ada satupun kejadian di dunia ini yang tidak Allah izinkan, yang tidak Allah tetapkan. Yang Allah jelaskan dalam surah Al Hadiid ayat 22

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Jadi, jika ini merupakan ketetapan Allah maka kita sebagai seorang muslim harus menerima qodhonya, harus menerima ketetapan Allah ini. Jika kita tidak menerimanya atau kita merasa menyesal maka sama saja kita tidak bisa melalui ujian ini dan di luluskan oleh Allah dalam ujian ini.

Yang kedua untuk apa Allah menguji hambanya? Karena Allah menginginkan kita agar keluar menjadi pemenang. Kemudian Allah berfirman dalam surah Al Hadid ayat 23

Agar kalian tidak terlalu bersedih terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,Yang dimaksud dengan terlalu gembira: ialah gembira yang melampaui batas yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan dan lupa kepada Allah.

Saat ini kita diminta untuk lebih bersabar lagi karena memang pandemi ini menguji untuk menguji kita. Bayangkan ketika kita terus menerus berada dalam kesenangan tentu kita akan menjadi orang yang berlebihan lupa pada Allah. Wahai kaum muslim ketika dalam wabah ini kita di uji dengan kehilangan nyawa, ada yang harus terkena di uji dengan wabah ini, maka bersabarlah karena tidak ada orang yang jadi indah. Di uji ia bersabar di beri nikmat ia bersyukur.

Dan umat muslim tidak boleh merasa mengutuki bahwa ini adalah ketidakadilan dari Allah. Dan kita harus menyikapinya, jika menurut para ahli medis untuk virus ini kita memang harus mencegah berinteraks, bahkan seorang ayah yang wajib ke masjid harus bersabar diri dulu mencegah dirinya, harus berbatasan, memberi jarak, itu semua harus dianggap sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah dan Rasulnya. Kenapa? Karena Allah dan Rasulnya menasihati kita untuk tidak berbuat atau menjatuhkan diri kepada keberbahayaan dan tidak membuat orang lain jadi berbahaya karena diri kita.Inilah yag harus kita upayakan bahkan ikhtiar ini kita harus merasa bahwa inilah pahala yang akan Allah berikan dengan kesabaran kita dalam melewati masa pandemi ini sehingga layak di sebut sebagai pemenang.. [S]

Editor : azkabaik

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.