1 Mei 2024

Penulis : Naning Dharmawijaya, Amd., Anggota Tim Komunitas Muslimah Menulis Depok

Dimensi.id-Mengapa seruan khilafah dimusuhi dan dibenci orang sekuler? Tentu saja, karena seruan khilafah ini berupaya untuk menegakkan kembali sistem Islam di tengah kerusakan sistem sekuler yang sudah banyak memakan korban jiwa, pembodohan bagi umat manusia, krisis menuju kerusakan akidah Islam, serta tidak dapat memberikan solusi di setiap permasalahan yang terjadi.

Kebencian pun bertambah, ketika Hagia Sophia, selama kurang lebih 85 tahun ditutup dan dijadikan museum oleh Mustafa kemal Attaturk laknatullah, kini sudah kembali ke tangan kaum Muslimin dan dibuka kembali menjadi masjid.

Memang, dulu Hagia Sophia sebelum Sultan Muhammad Al-Fatih membebaskan Kota Konstantinopel menjadi ibu kota Kekhilafahan Islam merupakan bangunan gereja peninggalan Kristen Kekaisaran Konstantin. Namun, menjelang keruntuhan kekhilafahan Islam, dengan propaganda dan kebengisan kekuasaan Mustafa Kemal Attaturk, akhirnya Konstantinopel (Kalau sekarang disebutnya Turki) jatuh ke tangannya. Dialah presiden pertama Republik Turki Sekuler, yang memerintah dengan kediktatoran dan tangan besinya.

Di bawah kediktatorannya, semua umat Islam yang menginginkan kekhilafahan Utsmani kembali menghiasi Kota Istambul, dihabisinya hingga berlumuran darah. Dia juga yang menghapus segala bentuk hukuman syariat Islam, seperti menghapus hukum potong tangan bagi pencuri, hukum rajam bagi pezina, hukum qishash bagi pembunuh, lalu digantinya dengan hukuman penjara.

Mustafa Kemal juga menghapus hukum waris. Ahli waris laki-laki dengan perempuan mempunyai posisi yang sama, menghapus hukum hijab bagi Muslimah, mengubah Masjid Hagia Sophia menjadi museum, kalimat azan diganti menjadi bahasa Turki, menggalakkan minuman khamr di tempat umum dan menjadikan majelis-majelis ilmu diganti dengan tempat lokalisasi pelacuran dan diskotik.

Tak hanya mengubah sistem pemerintahan Turki yang Islami menjadi sekuler, dia juga memiliki sifat sombong sebagaimana Fir’aun. Dalam pidatonya itu, dia membanggakan dirinya bahkan mengaku sebagai Tuhan. Selang beberapa tahun atas kezaliman dan kediktatorannya, Allah pun murka, hingga puncaknya, pada pagi hari 10 November 1938, Mustafa Kemal dinyatakan mati oleh tim dokter. Sakaratul maut yang amat mengerikan bagi pengkhianat dan penghancur Khilafah Utsmani di Turki.

Setelah kematian Mustafa Kemal Attaturk laknatullah dan penguasanya mengalami pergantian dan sekarang yang memimpin adalah Erdogan. Melalui Erdoganlah status Hagia Sophia kembali menjadi masjid lagi. Namun, terjadi pro dan kontra ketika status Hagia Sophia kembali menjadi masjid.

Untuk yang pro, kembalinya Hagia Sophia ke tangan kaum Muslimin, menjadi angin segar dan penyemangat kembalinya kekhilafahan Islam yang sudah lama hancur. Buktinya, sebuah majalah yang dimiliki Albayrak Media group, mengeluarkan seruan dengan teriakan bangkitkan khilafah, kembali ke khilafahan Islam.

Namun, partai berkuasa di Turki menolak seruan tersebut dan dengan tegas akan tetap menjadi republik sekuler. ketika majalah Gercek Hayat menimbulkan kegemparan, melalui pengacaranya, asosiasi Bar Ankara pun mengajukan pengaduan pidana terhadap Gerçek Hayat.

Dilansir Republika.co.id 28/7/2020, pengacara asosiasi menuntut agar kolumnis pro pemerintah Yeni Akit, Abdurrahman Dilipak, yang membagikan sampul majalah di media sosial dan pemimpin redaksi Gerçek Hayat, Kemal Özer, menghadapi tuduhan yang diberikan. Adapun tuduhannya adalah menghasut orang-orang untuk melakukan pemberontakan bersenjata melawan Republik Turki, menghasut masyarakat membentuk kebencian dan permusuhan dan menghasut orang untuk tidak mematuhi hukum.

Ternyata, sampai saat ini masih ada pengikut/antek dari Mustafa Kemal. Mereka berulah dengan merendahkan agama dan memisahkannya dari kehidupan. Seruan kembali kepada khilafah direspon keras oleh sekuler Turki. Hal ini bermakna bahwa sekularisme adalah harga mati. Sekularisme adalah ruh Turki Modern dan kembali kepada khilafah bermakna ancaman bagi sekularisme. Khilafah tegak artinya hancurnya tatanan politik sekuler.

Jika kaum Muslimin kembali menyatukan agama dan kehidupan. Turki akan hilang identitas sekularismenya dan bagi Barat ini adalah ancaman. Sebab, ajakan ke khilafah bermakna kembali ke Politik Islam. Turki Sekuler akan tinggal kenangan dan tak bisa lagi dikontrol oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

Di halaman sampul majalah itu bertuliskan, “Hagia Sophia dan Turki bebas sekarang”. Tak hanya itu, terdapat beberapa kalimat lain yang berbunyi, “Jika tidak sekarang, kapan? Jika bukan Anda, siapa? Berkumpul bersama untuk kekhalifahan”.

Bisa saja, Turki menjadi pionir penyatuan negeri-negeri kaum Muslimin yang akan bergerak membebaskan Masjid Al Aqsha Palestina dan mengganyang negara zionis Israel. Namun, jika tak ada Israel, berarti hilang dominasi AS terhadap wilayah Timur Tengah dan dunia. Padahal, Turki Sekuler adalah negara idaman AS, sedangkan Kekhilafahan Islam jika tegak di salahsatu negeri Kaum Muslimin adalah memulai persaingan adidaya baru.

Sekali lagi Barat berupaya memanfaatkan kaum Sekuler Turki dengan berbagai dukungan politik maupun materialnya untuk menghambat seruan kaum Muslimin untuk menegakkan khilafah. Barat tak ingin prediksi NIC terwujudkan dalam waktu dekat ini. Seruan ibadah boleh tetapi seruan politik haram bagi mereka.

Dengan melihat fakta seperti itu, semoga kaum Muslimin semakin sadar dan giat menyerukan menegakkan kembali khilafah, baik itu di Turki, Palestina, Suriah maupun di 50 negeri kaum Muslimin lainnya. InsyaAllah. []

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.