18 Mei 2024

Penulis : SW. Retnani S.Pd.| Praktisi pendidikan

 Dimensi.id-Carut-marut dunia pendidikan seakan tak berhenti, mulai dari kualitas pendidikan di Indonesia yang saat ini sangat memprihatinkan, hingga mahalnya pendidikan menjadi polemik tersendiri bagi para orang tua dan generasi bangsa ini. Padahal pendidikan merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia,  untuk mengembangkan diri melalui proses dengan waktu yang panjang sehingga menjadi manusia yang berkualitas, berpotensi dan mampu bersaing di era globalisasi.

Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menambah wawasan dan menguasai pengetahuan untuk bekal hidupnya di dunia dan akhirat. Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan di nusantara ambyar, disebabkan para generasi bangsa mengalami keterbelakangan pendidikan terutama pada bidang teknologi. Apalagi di tengah serbuan pandemi wabah covid – 19 seperti saat ini, kemajuan teknologi sangat diperlukan, pengetahuan cara penggunaan teknologi pun sangat dibutuhkan, oleh semua unsur pendidikan mulai dari tenaga pengajar, orang tua hingga para peserta didik dalam mengikuti pembelajaran daring.

 Mahalnya biaya pendidikan terutama di perguruan tinggi menyebabkan masyarakat yang kurang mampu mengurungkan niatnya untuk meneruskan pendidikan pada jenjang perkuliahan. Stigma “orang miskin tak boleh kuliah” seakan telah terpatri di setiap universitas atau perguruan tinggi. Maka tak ayal lagi adanya fakta beberapa mahasiswa terpaksa Drop Out karena tak mampu membayar biaya kuliah yang kian melambung. Akhir-akhir ini pun telah terjadi demo mahasiswa menuntut penurunan UKT. Sebagaimana dilansir dari okezone.com bahwa puluhan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) melakukan aksi demonstrasi menuntut penurunan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di tengah pandemi Corona di kampus UB, Jalan Veteran kota Malang Jawa Timur. Kamis 18 Juni 2020.

Tak hanya mahasiswa UB, puluhan mahasiswa UIN Banten pun melakukan hal yang sama, dilansir dari www.bantennews.co.id bahwa puluhan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi mahasiswa UIN Banten melakukan aksi demo terkait tuntutan gratisan Uang Kuliah Tunggal di depan gedung rektorat UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Senin (22 /6/ 2020). Inilah fakta jahatnya Sistem Kapitalisme, aspek pendidikan pun telah dikomersialkan oleh sistem kapitalis- neoliberalisme. Sistem ini telah mencoreng visi, misi dan tujuan pendidikan yang sangat mulia.

Dari dulu kalangan mahasiswa telah menyampaikan protesnya atas minimnya perhatian pemerintah pada keadaan mahasiswa, terutama di tengah pandemi. Kuliah daring yang membutuhkan biaya mahal, salah satunya untuk membeli kuota, sama sekali tak ada perhatian dari pemerintah bahkan pemerintah tetap membebankan biaya pendidikan yang mencekik di kala para orang tua sedang kesulitan ekonomi. Tak sedikit orang tua yang terkena dampak pandemi, mereka harus mengalami pahitnya hidup di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).

 Dengan adanya demo mahasiswa dari berbagai penjuru Negeri, akhirnya Kemendikbud menetapkan adanya skema penurunan UKT. Namun, hal ini sama sekali belum memenuhi amanah dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin. Dimana pemimpin yang bertanggung jawab tidak akan memberikan peluang kepada siapapun untuk menciptakan kebijakan aneh dan merugikan masyarakat, seperti pemimpin yang berpijak pada sistem kapitalis- neoliberalisme saat ini. Kebijakan dan aturannya sangat merugikan masyarakat.

Pemenuhan pendidikan, kesehatan dan keamanan yang berkualitas, terjamin serta gratis merupakan hak semua warga negara. Tapi sayangnya, tidak semua masyarakat mengerti dan memahaminya, sehingga banyak masyarakat yang mencoba pasrah dalam kondisi tertindas atau lebih tepatnya berputus asa dengan semua kekejaman dan keserakahan segelintir orang.  Jadi memaklumi kondisi lepas tangannya dan tanggung jawabnya pemerintah dalam meriayah masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan, misalnya hanya memberikan kebijakan semu, dalam hal ini berwujud penurunan UKT di masa pandemi, sama saja,  dengan membiarkan berlangsungnya pendidikan sekuler yang mengamputasi potensi generasi Khoiru Ummah. Artinya masa depan generasi bangsa dipertaruhkan demi kesenangan pihak- pihak tertentu. Sistem kapitalis- neoliberalisme hanya memandang pendidikan sebagai lahan dalam memenuhi pundi-pundi kekayaannya. Kebusukan sistem kufur ini telah memutus semangat juang para generasi bangsa dalam mewujudkan dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan saja, sistem kapitalis- neoliberalisme yang rusak dan merusak harus kita buang jauh dari kehidupan umat Islam. Kita tidak boleh berdiam diri, pasrah atau berputus asa ketika berada dalam kekejian dan kekejaman, kebijakan rezim otoriter. Kita harus menasehati dan memberi saran kepada pemimpin yang dzolim, otoriter, tidak amanah dan tidak bertanggungjawab.

Maka ketika para mahasiswa berdemo dalam menuntut suatu kekebijakan atau aturan yang telah ditetapkan penguasa, tentu sebagai seorang pemimpin yang baik akan mendengarkan seluruh aspirasi dan keinginan para mahasiswa.  Bila rakyat membiarkan pemimpinnya berbuat dzolim, maka hubungan antara mereka tidak terjalin harmonis. Seperti saat ini, ketika mahasiswa bingung akibat UKT melambung, puluhan mahasiswa berdemo adalah salah satu wujud atau cara mahasiswa dalam rangka mengingatkan pemimpin yang telah mendzolimi para mahasiswa atau rakyatnya.

Saling mengingatkan merupakan hal terpenting dalam kehidupan, terutama kepada para penguasa. Dimana tanggung jawabnya sangatlah besar dalam meriayah seluruh masyarakat. Dengan demikian, tiadanya kritik terhadap kewajiban negara dalam menyediakan pendidikan gratis, sama artinya dengan melestarikan tata kelola layanan masyarakat yang menyengsarakan, karena lepasnya tanggungjawab penuh negara.

Sistem kapitalisme- liberalisme yang busuk hanya akan menyengsarakan umat, sangat berbeda dengan sistem Islam yang berasal dari Sang Maha Pencipta, keberadaan sistem Islam yang mensejahterakan umat dapat terlihat dari sejarah kejayaan Islam. Umat merasakan nikmatnya perlindungan, pemenuhan dan penjagaan dari penguasa di berbagai aspek. Mulai dari aspek pendidikan, kesehatan, keamanan dll.

Sistem Islam yang diterapkan oleh negara Khilafah telah menciptakan peradaban Islam yang tinggi dalam bidang pendidikan. Negara Khilafah yang menerapkan sistem Islam, memberikan pendidikan secara gratis dan berkualitas. Sehingga menghasilkan para ilmuwan ternama, yang namanya tetap harum hingga saat ini. 

Diantaranya yaitu: Ibnu Sina adalah ilmuwan muslim di bidang kedokteran, Al Khawarizmi adalah ilmuwan muslim di bidang matematika, geografi, astronomi. Ibnu al-nafis adalah ilmuwan muslim di bidang fisiologi sirkulasi jantung dan paru-paru.  Jabir Ibnu hayyan, Ibnu Khaldun adalah ilmuwan muslim di bidang sejarawan dan sosiologi Islam. Al zahrawi adalah ilmuwan muslim di bidang kedokteran ahli bedah dan masih banyak yang lainnya.

Bahkan sejarah telah mencatat negara Khilafah yang menerapkan sistem Islam, berjaya hingga 13 abad serta mampu menaungi hingga 2/3 dunia.

Dalam sistem Islam penguasa sangat bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan umat. Rasulullah SAW bersabda :

Imam adalah bagaikan penggembala dan dialah yang bertanggung jawab atas gembalaannya itu“. (HR muslim).

 Jadi, kebutuhan pokok umat salah satunya adalah pendidikan akan terjamin dan berkualitas. Para pengajar akan terjamin kebutuhan hidupnya, para pelajar dan mahasiswa tidak akan dibebani oleh pembayaran pendidikan.  Semua ditanggung oleh negara Khilafah, otomatis tidak akan terjadi demo penurunan UKT, seperti saat ini. Semua biaya pendidikan akan diambil dari keuntungan pengelolaan sumber daya alam, apalagi negeri kita kaya akan sumber daya alamnya. Bahkan saking kaya dengan sumber daya alamnya, negara lain menjuluki negeri kita dengan julukan zamrud khatulistiwa.  Batubara, minyak bumi, hutan, laut dll. Sungguh , kita wajib bersyukur atas karunia Sang Maha Pencipta.

Dengan penerapan Syariat Islam Kaffah adalah salah satu tanda syukur kita kepada Allah Azza wa Jalla. Dan dengan penerapan Syariat Islam Kaffah, negara kita akan makmur dan sejahtera. Umat Islam akan merdeka dari segala bentuk penjajahan asing dan Aseng, sehingga akan tercipta generasi Islam yang berkarakter unggul yang dapat mewujudkan kembali kejayaan Islam yang tinggi.

 Wallahu A’lam Bishawab.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.