30 April 2024

Oleh : Cut Zhiya Kelana, S.Kom

Dimensi.id-Laki-laki kumuh itu berjalan perlahan, diam dan tatapannya menatap kosong kearah jalanan. Kulitnya menghitam, rambutnya mulai beruban, jenggotnya berantakan. Bajunya kebesaran, kadang tanpa alas kaki ia mengelilingi perkampungan. Kenapa bisa seperti itu, ingin aku bertanya padanya.

Namun aku ragu dan takut, sejak dulu aku tak pernah bicara padanya. Seingatku dulu dia tak seperti itu, laki-laki berwajah tampan, berkulit putih, bermata coklat dan tubuh tegap. Kata teman-teman pemuda India, ya… sih tampan tapi aku sukanya yang cerdas. Kupalingkan wajahku, ku lihat Nila tergila-gila padanya.

“Ya ampyun…ganteng banget sih tu cowo” kata Nila yang kesemsem

“Haduh..eh..buk insaf ya, jangan sampek kesurupan” jawabku menyadarkannya

“Apaan sih, May… orang lagi mandang cowok tampan, ganggu aja” katanya sambil mata mendelik padaku

“Gak perhatiin apa sist… kaya ada yang aneh deh sama dia tu” kataku pada Nila yang berujung pada pengabaiannya.

Semasa SMP aku pernah sekelas dengan pemuda bernama Ismuhar itu, dari dulu dia pendiam, sesekali tersenyum menyeringai. Aku lebih takut lagi orang seperti itu yang diam tak bicara, sesekali ku lihat ia menyeruput sebatang rokok dan berjalan sendirian. Dan pangkalan terbaik anak-anak kelas cowok sedari dulu itu di WC, asli bikin muntah. Kenapa bukan tempat tongkrongan yang lebih keren gitu kan, WC sumber bau dan segala jenis penyakit plus “tempat jin buang anak” bahasa kami dulu.

Sebenarnya aku tak begitu peduli pada siapapun, namun hati kecilku tak bisa melihat kezhaliman meski itu menurut mereka hanya sebuah candaan. Ku samperin temanku yang menurutku mengapa bisa selemah itu, dan mau diperlakukan seperti itu (dibully). Ku pinjami ia bukuku, hanya sebuah perilaku manusia yang sewajarnya. Namun endingnya gak enak banget apalagi sejak aku pindah ke lingkungan yang sama dengannya.

Terus saja dia mengincar bertemu denganku yang sok super sibuk, maklum anak ngampus. Suatu malam saat aku habis pulsa, terpaksa aku keluar rumah buat ngisi ke warung depan yang konon banyak para pemudanya. Dimana setiap ngumpulnya mereka pasti sedang pesta dibelakang warung remang-remang.

Kurasa mereka pada mabok, hingga pandangannya kabur, yang bener aja secara udah nutup aurat gini masih juga di ganggu, kurasa dia dan pemuda tampan itu adalah korban dari mal prakteknya narkoba yang merajalela di Aceh dan hampir merata diseluruh kampong. Kadang marah juga sih kalo ada kenalan dari luar itu tanyanya itu, “Emang bener ya, Aceh itu ladang ganja”. Rasanya kalo dekat pengen deh aku cabein tu mulutnya.

Aceh memang dikenal sebagai ladang ganja, namun apakah itu sesuatu yang harus dibanggakan. Terlebih rasa kecewa yang teramat sangat, pada wakil rakyat yang dulu selalu menyenandungkan hikayat Aceh penuh sarat dan makna. Kini malah kurasa mulai gila, ketika meminta pemerintah melegalkan ganja katanya buat ekspor. Dan seperti biasa muncullah superhero dengan penelitiannya mengatakan bahwa ganja bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Ah..sekarang banyak orang gila bukan Cuma si Ismuhar aja, padahal ku fikir cukup satu orang aja korban dari ganja ternyata ada ribuan manusia.

Korban dari para pelaku narkoba adalah kehancuran sebuah keluarga. Anak-anak terlantar, suami istri cerai. Kekerasan dalam rumah tangga hingga malas bekerja, semua sudah paket komplit gejala dari para pelaku narkoba. Kalo artis mah enak saja, hari ini dipenjara sewa pengacara, kasih uang muka jadi tahanan bebas sementara.

Dipenjarapun bukannya susah bagi mereka bertransaksi ria, malah uang itu rasa mudah saja. Dipenjara ala hotel bintang lima, nah sekarang dilepas pula kata pak menteri supaya mencegah wabah corona. Padahal bilang aja gak punya dana kasih makan mereka.

Sembuh dari narkoba bisa gak sih? Bisa namun hidup tidak akan seperti biasa, kenapa? Karna biasanya mereka mulai menggila, biasa bicara dengan sendirinya. Menghalusinasi kalo bahasa anak jaman now.

Narkoba sendiri sekarang menjadi cara mudah bagi orang untukmendapatkan penghasilan dengan cara cepat dan banyak, makanya dikatakan mereka itu malas bekerja. Siapa pembawa narkoba awalnya, dan mengapa Aceh menjadi ladang subur narkoba semua itu hanyalah pertanyaan di kepala yang tak mampu ku jawab.

Padahal jelas Allah katakan bahwa sesuatu yang memabukkan itu haram hukumnya. Sedikit mau pun banyak, kalo di Aceh umumnya sudah diketahui masyarakat saat kenduri itu pasti aa ganja yang dimasukkan ke dalam masakannya, dimana biar daging itu lembut. Apakah ada cara menyelamatkan pada pemuda yang sudah dimabuk ini?

Kalau saja Islam benar diterapkan secara Kaffah, maka tidak ada yang mustahil bagi Allah. Untukmu sahabat semoga cepat sembuh, hanya doa yang mampu ku panjatkan untukmu. [S]

Editor : azkabaik

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.