18 Mei 2024

Penulis : Anggraini Putri Mahardita (Aktivis Dakwah Mahasiswa)

Dimensi.id-Pada 18 Juni 2020, Unilever Global menuliskan dukungan kepada komunitas LGBTQ di Instagram.(cnbcindonesia.com) Tentu hal itu menuai beragam tanggapan di kolom komentar. Mulai dari tanggapan pro sampai kontra atas dukungan tersebut.

Beragam tanggapan turut muncul dari netizen Indonesia diantaranya sebagai berikut yakni dari salah satu akun netizen Indonesia @abohemian05_ “Yang mau boikot, jangan lupa boikot hape berbasis android dan apple juga yaa. Mereka juga dukung LGBTQ. Saranku sih, balik aja ke Esia Hidayah. Ga pakai Android”.

Ada juga dari @littleinsten “Saya Islam dan ga ngedukung lgbt, tapi bukan berarti kita harus menghakimi mereka juga, itu bukan urusan kita, kita bukan tuhan, lagian mereka juga ga ngejual produk haram kan? mereka juga ngehargai agama kita, apa salahnya cuma saling ngehargai dengan cara diem aja”

Dan dari @kangebest “Bismilah, stop mulai skrg untuk memakai produk unilever … Keberkahannya tidak ada dan bahaya di akhirat”

Dan masih banyak lagi tanggapan yang serupa.

 *Hal Barukah Dukungan Terhadap LGBTQ ??*

Terlepas dari tanggapan-tanggapan itu semua yakni mulai dari seruan untuk memboikot produk sampai tanggapan-tanggapan yang masih menyerukan dukungan LGBT atas nama HAM. Perlu diketahui bahwa dukungan terang-terangan terhadap komunitas LGBTQ ini bukan suatu hal yang baru.

Kita semua tahu bahwa Whatsapp, Instagram, Microsoft, Google, Coca Cola, Walt Disney, Apple Inc, Yahoo dan juga CEO Starbucks Howard Schultz yang juga pernah secara terang-terangan mendukung LGBT. Dan masih ada beberapa perusahaan besar lainnya yang juga turut menyatakan dukungannya. (www.hops.id)

Tentunya hal ini bukanlah sesuatu yang mengherankan. Kita tahu bahwa kita sedang berada dalam tatanan sistem yang mengagung-agungkan yang namanya kebebasan. Atau yang kita kenal sebagai Human Rights (Hak Asasi Manusia). Yang artinya bahwa setiap manusia bebas melakukan apapun sekalipun hal itu bertentangan dengan agama.

Contohnya saja dalam hal LGBT, dimana dalam Islam jelas bahwa Allah sangat membenci perbuatan kaum Luth sebagaimana tercantum dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 80 dan 81. Namun dalam sistem yang saat ini justru perbuatan tersebut dianggap sebagai kebebasan berekspresi dan semua orang harus menghargai.

Bahkan orang-orang yang berusaha menolak dengan keras perbuatan keji LGBT justru dianggap intoleran dan tidak bisa menghargai satu sama lain. Sedangkan yang mendukung LGBT justru dipuji bahkan dilindungi oleh sistem ini. Karena lagi-lagi atas dasar kebebasan hal ini terjadi.

 *Dukungan LGBT Terus Mengalir, Selama Kapitalisme Hadir*

Sistem Kapitalisme yang berasaskan sekulerisme yakni memisahkan agama dalam kehidupan. Aturan-aturan yang diberikan agama hanya boleh berada di lingkup privasi. Dalam hal mengatur urusan masyarakat bahkan negara, agama tak boleh ikut andil. Inilah yang menyebabkan aturan-aturan yang ada hasil dari sistem Kapitalisme selalu bertentangan dengan aturan-aturan Islam.

Selama kapitalisme tetap eksis maka selama itu pula perintah dan larangan Allah yang ada dalam Al-Quran akan selalu diperdebatkan. Ketika Allah mengatakan bahwa LGBT adalah haram dan mendukungnya juga termasuk haram serta mendakwahkan keharaman LGBT adalah sebuah kewajiban justru dianggap intoleran.

Termasuk dukungan yang terus mengalir terhadap komunitas LGBTQ adalah hasil dari sistem Kapitalisme yang berseberangan dengan aturan yang diberikan Islam.

 *Bagaimana Seharusnya Seorang Muslim Menghadapi Fakta Yang Ada ?*

Jadi kembali lagi kepada kepekaan kita terhadap fakta yang ada. Bahwa seharusnya sebagai seorang muslim melihat fakta yang ada haruslah kembali kepada aqidahnya yakni Islam. Ketika menghadapi fakta yang ada senantiasa kembalikan kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Apakah hal ini sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah ataukan dilarang oleh Allah.

Kalau Allah jelas-jelas melarang LGBT maka harusnya sebagai seorang muslim menjadi yang terdepan dalam menentang komunitas LGBT. Sekalipun sistem yang ada menjadi yang terdepan dalam mendukung aktivitas munkar tersebut, justru menjadikan kita berfikir bahwa ada yang salah dengan sistem yang ada.

Bahwa sistem yang ada justru membuat kita berada dalam lingkaran dimana kemungkaran menjadi hal yang biasa.

Ketika kemungkaran sudah menjadi hal biasa, sudah siapkah kita menerima azab dari-Nya??

Tentunya kita sebagai umat muslim tidak boleh diam saja. Ketika sistem ini mengabaikan aturan Allah yang sudah tersedia. Kita harus mendakwahkan agar aturan Allah menjadi satu-satunya aturan yang diterapkan di tengah-tengah kita.

Agar kemungkaran-kemungkaran yang terjadi saat ini termasuk LGBTQ segera tiada.

Wallahualam.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.