3 Mei 2024

Penulis : Hanifa Hanjani (Aktivis Dakwah & Mahasiswi)

Dimensi.id-Wajar saja ulama umat muslim di negri ini memprotes atas terjadinya diskriminasi kebijakan yang KNIdilakukan pemerintah. Dimana tempat ibadah umat muslim alias masjid untuk melakukan aktivitas sekedar sholat berjama’ah saja sangat dibatasi. Bahkan yang terparah yakni ditutup dan hanya muadzin yang masih dapat mengakses masjid untuk mengumandangkan adzan. Akhirnya kejadian ini banyak mendapatkan kecaman dari berbagai pihak.

Seperti Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia (Sekjen MUI) Anwar Abbas mempersoalkan sikap pemerintah yang tetap melarang masyarakat berkumpul di masjid. Anwar mempertanyakan, mengapa pemerintah tidak tegas terhadap kerumunan yang terjadi di tempat umum lain.

“Tapi yang menjadi pertanyaan, mengapa pemerintah hanya tegas melarang orang untuk berkumpul di masjid. Tapi tidak tegas dan tidak keras dalam menghadapi orang-orang yang berkumpul di pasar, di mal-mal, di bandara, di kantor-kantor dan di pabrik-pabrik serta di tempat-tempat lainnya,” kata Anwar Abbas dalam keterangan tertulis. news.detik.com, Minggu (17/5).

Dan Anggota Komisi Agama DPR RI John Kennedy Azis mengkritik pemerintah yang tidak konsisten dalam menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di tengah pandemi virus corona (Covid-19). John menyebut kasus IKEA Alam Sutera yang sempat viral sebelumnya dan hal ini membuatnya tidak habis pikir dengan pemerintah yang membiarkan pusat perbelanjaan ramai ditengah penerapan PSBB.

“Di mal-mal penuh, sementara di masjid tetap dikunci, ada apa di sini? Bapak sebagai Kepala Gugus Tugas ada apa di sini? Di mal Bapak biarkan, di tempat-tempat keramaian yang lain dibiarkan,” kata John dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VIII dengan BNPB yang disiarkan langsung dpr.go.id. cnnindonesia.com, Kamis (12/5).

Maka dapat disimpulkan begitu jelas kejanggalan koordinasi yang dilakukan pemerintah dalam menerapkan PSBB. Dan berbagai pihak dari kalangan pemerintahan mengatakan hal yang berbeda-beda. Seperti masjid-masjid ditutup tapi tempat perbelanjaan umum dibuka bahkan kabar yang sempat beredar orang nomor 1 RI menghadiri pembukaan mall baru disuatu daerah padat pemukiman. Tentu hal ini membuat rakyat kebingungan karena terlalu banyak keanehan yang mereka lihat dan bahkan rasakan.

Mengingat Indonesia sebagai negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Ini semua diskriminasi terang-terangan, apalagi menyangkut agama hal yang sangatlah sensitif . “Sebab kalau tidak ini bisa jadi bom waktu pembangkangan massal umat Islam karena merasa ada diskriminasi kebijakan,” ujar Ketua Persaudaraan Alumni 212, Slamet Maarif. tribunnews.com Rabu (13/5).

Namun faktanya, semua tempat-tempat keramaian tersebut yang notabene jauh lebih ramai daripada masjid, tetap dibiarkan. Tidak benar-benar ditutup. Maka wajar saja jika masyarakat dan ulama negri berprasangka negatif atas kebijakan yang inkosisteten ini. Pemerintah dituding mendeskreditkan masjid dimana seolah-olah masjidlah yang sangat berpontensi dalam penularan wabah daripada tempat keramaian lainnya.

PERANAN MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN

Dalam sejarah kejayaan islam dapat diketahui masjid selalu menjadi tempat sebagai pusat aktivitas membangun peradaan. Seperti yang telah dilakukan Rasullah saw saat hijrah ke Madinah. Hal pertama yang dilakukan beliau adalah membangun masjid.

Padahal dimasa Rasullah saw menjadikan masjid bukan hanya sebagai tempat menunaikan ritual ibadah seperti sholat berjama’ah, tilawah qur’an atau itikaf. Namun Rasullah menjadikan masjid sebagai pusat akivitas membangun peradaban. Kegiatan perekonomian yang terjadi di pasar pengaturannya berasal dari masjid. Atau masalah sosial yang terjadi di masyarakat, didamaikan di masjid. Bahkan politik, budaya dan sosial pun juga. Dimana program sosial masyarakat yang akan diterapkan keluar sebelumnya direncanakan di masjid. 

Hingga Islam berkembang luas ke berbagai wilayah. Seperti daerah Hijaz banyak peninggalan-peninggalan sejarah berupa monumen masjid. Dan begitu pula masjid yang ada di Turki. Salah satunya masjid Sulaimaniah yang dibangun pada masa khalifah Sulaiman al-Qonuni. Masjid tersebut sangat terkenal sebagai mahakarya arsitek terbesar dalam masa kekhilafahan Turki Utsmani.

Dan yang paling menarik tentang masjid ini, dimana pengeras suara masjid merupakan penemuan paling brilian yang dapat dibuktikan hingga kini. Yang dibuat oleh arsiteknya yakni Mimar Sinan. Contoh lain yang dapat sebutkan seperti, Muhammad al-Fatih, Erthugrul Gazi dan Osman Gazi dan begitu banyak banyak nama-nama besar baik itu raja, arsistek atau tata kota dan banyak hal. Intinya peradaban Islam dahulu begitu banyak karya yang telah dibuat dengan orang-orang hebat dan ahli yang disetiap bidangnya.

Maka peradaban Islam sepanjang sejarah bukan hanya diisi dengan berbagai ceramah, debat fiqih, atau bahkan saling mempermasalahkan satu sama lain. Hal tersebut tidak menjadi indikasi atau bahkan syarat beradaban. Pada masa kekhalifahan Harun ar-Rasyid begitu banyak tokoh-tokoh penemu yang kini ilmunya menjadi tonggak untuk penemuan lain. Begitu gemilang peradabannya membuat orang-orang yang membenci sangat ingin menjatuhkannya. Hingga mereka membuat mitos yang bahkan hingga kini eksistensinya masih beredar. Sebuah karya literasi yakni Hikayat 1001 Malam yang pada awalnya berkembang di dataran Timur seperti India, Persia dan Arab.

Muncullah tokoh fiksi yang dikenali hingga kini seperti Aladdin, Abu Nawas, Ali Baba, dan masih banyak lagi. Dan Khalifah Harun ar-Rasyid dikisahkan seolah-olah seorang raja yang senang memainkan perempuan, hidupnya mewah bermegah-megahan, kejam, tidak adil, gemuk, bodoh sehingga mudah ditipu oleh Abu Nawas yang cerdik. Itulah cara yang dibuat para pembenci Islam untuk meracuni opini publik tentang Khalifah Harun ar-Rasyid dan peradaban yang beliau bangun. Namun hal ini juga menjadi bukti begitu gemilangnya peradaban pada masa beliau hingga membuat para pembenci Islam ini menjatuhkannya.

Dengan mengetahui berbagai sejarah, umat Islam akan dapat mengetahui kemana harus pergi. Bahkan dapat disadari bahwa keadaan negara ini dapat dibangun dengan potensi umat yang ada. Indonesia memiliki potensi besar yakni kelimpahan sumber daya manusia yang mampu berproduktifitas. Luar biasa banyak hal yang dapat dilakukan. Maka para ulama dan guru-guru lain bisa menjadikan masjid sebagai awal dalam membangun potensi Indonesia. Bukan hanya kegiatan ritual atau narasi. Tetapi kegiatan mengembangkan mental dan fisik dalam usaha membangun peradaban yang dilakukan dibawah naungan masjid.

Untuk mewujudkan itu semua tidak hanya cukup dengan kontibusi ulama atau bahkan DKM masjid. Hal tersebut adalah pemahaman masa kini, dimana pemerintah tampak memisahkan hak pengurusan agama apalagi secara terperinci dengan dilimpahkan kepada ulama dan DKM Masjid. Padahal apabila pemerintah ikut berkontribusi, hal ini akan menjadi menentu paling besar, maka gelombang perubahan besar akan sangat terasa. 

SOLUSI DARI SEGALA MASALAH

Wabah saat ini memang bagian dari qadha’ (ketetapan Allah SWT) tidak ada yang bisa menolak, Namun sistem dan metode yang digunakan untuk mengatasi ini semua adalah pilihan yakni bagian dari iktiar manusia. Namun faktanya penguasa negri bahkan dunia memilih untuk tetap menerapkan sistem kapitalisme dimana metode yang dilakukan yakni mementingkan ekonomi dalam mengatasi wabah.

Mengenai menjaga dan memelihara nyawa manusia seolah dinomorduakan. Apalagi menjaga dan memelihara agama. Pemerintah terkesan semena-mena. Dengan banyak masjid yang ditutup. Tidak boleh menyelenggarakan sholat berjama’ah. Bahkan saat Idul Fitri kemarin pemerintah menghimbau untuk tetap sholat Ied di rumah saja.

Seperti tidak mau repot mengurusi urusan agama rakyatnya dan malah bersikap itu semua terserah masing-masing individu. “Negara hanya menganjurkan saja”. Padahal ada beberapa daerah yang bisa menuaikannya dan sebagian lain tidak. Bertambah lagi hal yang perlu dipertanyakan atas tanggung jawab pemerintah pusat dengan koordinasi pemerintah daerah yang nampak tidak kompak.

Semua ini dengan alasan demi mecegah penularan wabah. Sebetulnya alasan ini bisa sangat diterima. Tentu dibarengi dengan kebijakan yang sesuai dan adil. Seperti ditutup nya tempat ibadah begitu juga dengan tempat-tempat keramaian lain seperti mall, pasar, bahkan tempat akses transportasi seperti stasiun, terminal, bandara dll.

Harusnya langkah awal pemerintah dalam mengatasi wabah yakni mengisolasi negara dari luar negri. Dan bahkan isolasi antar daerah juga dapat diterapkan. Namun kenyataan yang terjadi malah sebaliknya. Akibatnya covid-19 pun menyebar hampir ke seluruh negri.

Mestinya pemerintah saat ini memprioritaskan bagaimana mengendalikan dan mengatasi pandemi covid-19. Karena keselamatan nyawa manusia harus lebih utama daripada kepentingan ekonomi. Apalagi sekadar memenuhi kepentingan ekonomi segelintir kalangan, yakni para kapitalis (pengusaha/pemilik modal) sungguh tragis banyak nyawa rakyat yang malah jadi taruhan.

Karena itu syariah Islam akan menjadi solusi yang terbaik. Dimana wabah akan mudah dikendalikan tentu tanpa menggagu syiar Islam dan ibadah kaum Muslimin. Nyawa manusia pun terselamatkan serta ekonomi juga tetap berjalan. Solusi yang bisa diterapkan yakni isolasi/karantina wilayah yang terkena wabah. Rasullah SAW bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Artinya: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).

Alasan atas solusi ini yakni karantina atas wilayah yang terjangkit wabah dimaksud agar tidak meluas ke wilayah lain. Maka negara akan menjamin berbagai kebutuhan untuk wilayah tersebut. Ini semua hanyalah masalah manajemen dan teknis. Relatif mudah diatasi ditambah keadaan teknologi masa kini yang semakin mempermudah banyak hal. Tetapi semua ini kembali lagi kepada kebijakan dan sikap amanah pemerintah sebagai pengurus rakyat.

Dan dengan penerapan syariah islam juga bertujuan memelihara nyawa manusia. Dalam islam, nyawa seseorang dan bahkan banyak orang akan benar-benar dimuliakan dan dijunjung tinggi. Menghilangkan nyawa seorang manusia sama dengan membunuh seluruh manusia. (Lihat Q.S al-Maidah [5] : 32). Dan Rasullah juga bersabda:

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ.

“Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim.” H.R an-Nasa’i, at-Tirmidzi dan al-Baihaqi

Maka ini semua diwujudkan dengan menerapkan islam secara kaafah (menyeluruh). Dimana kelima aspek yakni : sosial, ekonomi, pendidikan, politik luar negri dan pemerintah dijalani dengan sistem pemerintahan islam yaitu Khilafah.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.