3 Mei 2024

Penulis : Wulan Febriani

Dimensi.id-Sejumlah murid SD Negeri tampak menyambangi sekolah dengan memakai seragam putih merah di Jalan Jati Pulo Brayan Bengkel, Medan, Sumatera Utara, Selasa (2/6/2020).

Sungguh sangat mengecewakan salah satu kebijakan pemerintah di tengah wabah corona -19 masih melanda, murid sekolah kembali masuk. Dan ini sangat mengkhawatirkan, mengingat kurva peningkatan kasus korban covid-19 di Medan masih terus bertambah tiap harinya. Disisi lain dapat dilihat kondisi murid SD yang belum begitu paham dengan bagaimana menghadapi/mengatasi wabah.

Psikolog Pendidikan Universitas Negeri Medan (Unimed) Doris Apriani Ritonga S.Psi, MA, mengatakan ada sejumlah poin yang perlu benar-benar diperhatikan oleh pemerintah daerah jika nantinya pembelajaran di sekolah kembali dibuka pada masa new normal.

Apalagi jika pandemi covid juga masih terus berlanjut dan tak juga terjadi penurunan jumlah kasus positif.

“Yang kita harus perhatikan, bagaimana menghindarkan anak-anak dari kemungkinan terpapar virus tersebut. Jadi kalau memang sekolah bakal dibuka lagi saya kira perhatian pertama pada keselamatan anak-anak,” ujarnya kepada Tribun Medan, Kamis (28/5/2020) sore.


Jika sekolah kembali dibuka, hal ini akan membuat anak sekolah senang, karena ini akan mengobati kerinduan mereka yang selama ini sudah jenuh untuk School From Home. Karena Sebagian besar anak sudah rindu untuk bisa kembali beraktivitas normal dan belajar seperti biasa di sekolah. Bahkan mungkin juga ada yang rindu berkumpul dengan teman-temannya belajar bersama guru di kelas seperti yang biasa dilakukan sebelum adanya pandemic ini. Namun ini bukanlah hal yang terbaik bagi anak anak untuk bisa bersekolah kembali.

Bisnis.com, MEDAN – Pemerintah Provinsi Sumatra Utara belum memberikan izin kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di sekolah di tengah pandemi Covid-19.

Hal ini menjawab banyaknya spekulasi yang beredar bahwa aktivitas sekolah mulai dibuka pada 29 Juni dan 1 Juli 2020. “Saya katakan kepada dinas pendidikan, saya belum izinkan anak sekolah untuk mulai beraktivitas di sekolah,” kata Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (9/6/2020).

Sumatra Utara saat ini dalam fase transisi menuju penerapan kebijakan new normal, setelah masa tanggap darurat berakhir pada 29 Mei 2020. Pemprov Sumut terus meminta masukan dari para pakar terkait dengan penerapan kebijakan new normal di tengah pandemi Covid-19, salah satunya Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumut dan Psikolog.  

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Putri Chairani Eyanoer mengatakan kasus Covid-19 pada anak masih cukup tinggi. Secara global, persentase kasus Covid-19 pada anak rata-rata mencapai 1%. Kasus Covid-19 pada anak di Indonesia sekitar 7% dari total kasus yang ada.

Sumatra Utara memang tidak termasuk dalam provinsi dengan jumlah kasus anak yang tinggi. Namun, bukan berarti jumlah kasus Covid-19 pada anak terhitung rendah.

Ketika wacana dibukanya kembali sekolah pada juli ini terlaksana namun belum adanya penurunan jumlah positif covid19, hal ini terkesan dipaksakan karena aktivitas ini sama saja membuka peluang besar wabah covid-19 semakin berkembang dan mengakibatkan semakin terbukanya jurang pintu kematian secara besar-besaran bagi generasi.

Hal ini membuat para orang tua semakin resah karena faktanya kasus covid-19 yang menyerang anak-anak di Indonesia cukup besar. Tidak sedikit orang tua yang rela jika pembelajaran anaknya selama di rumah di perpanjang kembali sampai kondisi wabah ini benar benar tuntas, karena para orang tua sangat khawatir ketika anak anaknya dilepaskan kembali bersekolah itu malah akan membuat peluang besar anak nya tertular oleh covid19.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti menyatakan bahwa dari data Kementerian Kesehatan terdapat sekira 831 anak yang terinfeksi Covid-19 (data 23 Mei 2020). Usia anak yang tertular itu berkisar 0-14 tahun.

Lebih lanjut, data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 129 anak meninggal dunia dengan status pasien dalam pengawasan (PDP). Yang menyedihkan, 14 anak meninggal dengan status positif Covid-19. Terdapat 3.400 anak yang dalam perawatan dengan berbagai penyakit. Dari jumlah itu, ada 584 orang terkonfirmasi positif dan 14 orang meninggal dunia.

Fakta di lapangan masih beragam dan simpang siur, yang membuat banyak masyarakat semakin binggung dan dilema. Akibat gagapnya pemerintah pusat dan daerah, sekolahlah yang dibuat bingung. Antara ditanya para wali murid perihal jadwal masuk sekolah, di samping itu sekolah masih menunggu kepastian dari Dinas Pendidikan setempat.

Yang jelas Indonesia tidak ingin seperti di Prancis dan Korea Selatan yang membuka sekolah, tapi kemudian banyak murid terpapar.

Inilah bukti abai nya negara karena masih menjadikan sistem kapitalis-liberal sebagai solusi dalam memperhatikan nasib generasi penerus, dengan tidak berusaha keras untuk mengawal dan memastikan penyebaran wabah covid-19 dalam memberikan dampak negatif dari sisi penularannya, terutama kepada anak-anak dari lingkungan tempat bermainnya di masyarakat maupun sekolah.

Wajar, jika sistem pendidikan zaman sekarang cenderung hanya mampu mencetak output dengan skill yang itu pun sangat minimal, namun minus adab sebagai hiasan. Tak lebih dari robot yang siap dipekerjakan. Sementara urusan moral tak penting untuk diperhatikan. Karena Apa yang disebut dengan “mencetak sosok berkepribadian Islam” atau “mencetak generasi arsitek peradaban cemerlang”, sudah lama hilang dari ingatan. Bahkan visi seperti itu dianggap sebagai khayalan belaka.

Berbeda jauh dengan pendidikan dalam sistem Islam. Pendidikan dalam sistem Islam diposisikan dalam level yang sangat tinggi sebagaimana Islam menempatkan kedudukan ilmu dan orang yang berilmu pada level yang juga sangat tinggi.

Paradigma inilah yang mendorong negara yang menerapkan sistem Islam atau disebut khilafah, menempatkan sistem pendidikan sebagai salah satu pilar peradaban cemerlang yang harus mendapat perhatian serius oleh negara, baik dalam menjaga kemurnian visi, kurikulum, metode pembelajaran, hingga dukungan sarana dan prasarananya.

Negara atau kepemimpinan dalam Islam memiliki fungsi sebagai pengurus dan penjaga umat- bahkan dalam islam akan memastikan agar sistem pendidikan ini berjalan sempurna, dengan turut menciptakan suasana kondusif melalui penerapan sistem-sistem hidup lainnya yang berpedoman pada syariat islam yang mensejahterahkan umat.

Islam sangat peduli dengan nasib umat ini. Islam mewajibkan kaum Muslim belajar, menuntut ilmu, berpikir dan berijtihad. Semuanya ini bisa meningkatkan kemampuan intelektual manusia. Islam juga memuji para ulama karena kemuliaan adab dan ketinggian ilmu mereka.

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوْا اْلعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan diberi ilmu di antara kalian beberapa derajat.” (QS al-Mujadalah [58] : 11).

Semua ini akan dielaborasi oleh Khilafah sehingga menjadi kebijakan-kebijakan publik yang saling berkesinambungan dan tidak membingungkan.

Hal seperti Inilah yang sejatinya diharapkan bagi generasi muda muslim. Anak-anak adalah aset dan konstruktor peradaban dunia. Jangan biarkan mereka punah sebelum waktunya, akibat pandemi, terlebih jika akibat karut-marut politik penanganannya. Pun selamatkan mereka dari arogansi proyek kerja media yang merusak akidah dan juga akal.

Harusnya negara benar-benar menjalankan perannya sebagai pelindung, pengurus urusan rakyat, agar mampu menyelamatkan generasi penerus dari kebinasaan serta mampu melahirkan generasi yang sehat, cerdas dan berkualitas. Karena mereka/generasi penerus adalah aset negara penyambung tongkat estafet yang akan menjadi tonggak berjalannya dan tegaknya sebuah Negara adidaya.

Dr. Yusuf Al-Qardhawi seorang ulama besar Indonesia berkata”Apabila ingin melihat suatu negara di masa depan, maka lihatlah pemudanya hari ini.” Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda memiliki peranan besar dan penting bagi suatu bangsa. Terlebih di masa yang akan datang, kenapa? Karena generasi mudalah yang kelak akan menjadi pemimpin, yang akan meneruskan estafet sejarah kehidupan menggantikan para pemimpin yang telah menjadi tua.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.