8 Mei 2024

Penulis : Yanti, Ibu Rumah Tangga dan Pemerhati Umat

Dimensi.id-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memulai gerakan “pernikahan massal” atau penyelarasan antara pendidikan vokasi dengan dunia industri dan dunia kerja (DUDI).

“Tujuan utama dari gerakan ini agar program studi vokasi di perguruan tinggi vokasi menghasilkan lulusan dengan kualitas dan kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia industri dan dunia kerja. Industri dan dunia kerja, mohon bersiap menyambut kami,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kemendikbud, Wikan Sakarinto dalam telekonferensi di Jakarta.

Dia menambahkan target dari program penguatan itu adalah sekitar 100 prodi vokasi di PTN dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) agar melakukan pernikahan massal pada 2020 dengan puluhan bahkan ratusan industri.

Program tersebut akan diteruskan dan dikembangkan pada tahun berikutnya dengan melibatkan lebih banyak prodi vokasi. Program penguatan prodi vokasi di PTS sendiri sudah dibuka melalui Program Pembinaan PTS (PP-PTS) yang mana tahapannya sudah memasuki seleksi tahap akhir.

“Pada saat pandemi COVID-19 ini, kami melakukan perjodohan massal, bukan satu dengan satu, tetapi satu kampus vokasi dengan banyak industri,” katanya.

Wikan optimistis bahwa program tersebut akan menguntungkan banyak pihak. DUDI akan diuntungkan dengan skema pernikahan tersebut. Dengan adanya “link and match” tersebut, lulusan pendidikan vokasi juga akan semakin dihargai oleh industri dan dunia kerja bukan semata-mata karena ijazahnya melainkan karena kompetensinya yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

Wikan menjelaskan “link and match” itu bukan sekadar Memorandum of Understanding (MoU) dan foto-foto di media melainkan harus menjadi pernikahan yang sangat erat dan mendalam, sehingga semua pihak akan saling mendapatkan manfaat yang signifikan dan berkelanjutan.

“Jangan sampai, sudah lulus kuliah, masih harus di-training lagi oleh industri dengan susah payah, memakan banyak waktu dan berbiaya mahal,” imbuh dia.

Materi pelatihan di industri tersebut sejak awal dimasukkan ke dalam kurikulum dan diajarkan oleh dosen bersama praktisi dari industri. Ia juga mengajak pihak industri dan dunia kerja agar terus membuka diri dan membuka hati, serta bersedia ikut terjun mendidik anak-anak bangsa, generasi Indonesia di masa depan.

“Keberhasilan program ini harus didukung dan perlu partisipasi aktif banyak pihak baik pemerintah pusat maupun daerah, serta seluruh pemangku kepentingan. Perlu kerja sama semua pihak agar perjodohan ini berhasil baik pusat, daerah maupun stakeholder,” terang dia.

Hal itu sejalan dengan arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim, yang menekankan pentingnya semangat pernikahan massal dan kemerdekaan belajar, agar institusi pendidikan dan pihak industri berkolaborasi dan bergotong royong mendidik SDM bangsa.

Sedangkan pendidikan dalam islam adalah sebuah sistem yang ideal dimana sistem pendidikan haruslah di posisikan sebagai pembentuk dan pelestari peradaban,posisi ini pada faktanya saat ini tidak ada atau belum terwujud hampir di seluruh dunia,termasuk Indonesia.

Seharusnya sistem pendidikan menjadi pembentuk dan pelestari peradaban terpaksa berubah haluan menjadi tunduk dan untuk melayani kepentingan pasar (kapital),bukan lagi di arahkan untuk mencapai tujuan tujuan yang luhur dari pendidikan itu sendiri.

Dalam sistem islam ada 4 pokok yang harus di perhatikan

  1. Asas pendidikan

Asas pendidikan dalam islam adalah aqidah islam,yang akan menjadi sumber (mashdar) bagi tsakofah dan peradaban dan sekaligus standar bagi berbagai pengetahuan dan hasilkan seperti ilmu ilmu sosial humaniora dan ilmu ilmu sains teknologi

  • Tujuan pendidikan

Tujuan dalam sistem pendidikan haruslah dapat membentuk kelribadian pada peserta didik, membekali peseta didik dengan ilmu ilmu yang dalam kehidupan  seperti sains , teknologi dan juga ilmu ilmu tsakofah tertentunya tsakofah islam .

  • Metode pembalajaran

Dalam metode pembelajaran di mana agar materi tersampaikan pada peserta didik disini islam menyampaikan dengan tahapan yang bersifat gradual,bersifat variatif yang bersifat keteladan dalam kehidupan praktis selalu mempermudah peserta didik dalam mengikuti pembelàjaran tidak terbatas pada kaum level tertentu saja dan jenis kelamin tertentu.

  • Kurikulum

Kurikulum dalam  islam nanti akan d sesuaikan dengan jenjang pendidikannya,contoh dalam sistem islam untuk jenjang dasar maka akan di ajarkàn hanya akidah islam saja sampai jenjang  menengah dan apabila sudah tahapan perkuliahan peseta didik baru akan di ajarkan tsakofah tsakofah islam dan kebudayan islam.

Islam sangat mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan, bahkan ia mendorong pemeluknya supaya mencari ilmu pengatahuan kapan dan di mana pun. Ia juga menempatkan pakar ilmu pengetahuan pada peringkat yang tinggi (al-Baqarah/2:31-32; Fâthir/35:28; al-Zumar/39:9; al-Mujâdalah/58:11 dan al-‘Alaq/96: 1-5). Sejarah Islam mencatat betapa sungguh-sungguhnya umat Islam zaman klasik mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Konon kabarnya Khalifah al-Makmun sendiri berkenan membayar jasa penerjemah dengan emas yang sama beratnya dengan buku yang diterjemahkan. Jasa umat Islamlah yang mengembangkan ilmu dari Yunani bersifat spekulatif, yang dicontohkan bagai sebuah kebun yang subur, penuh dengan bunga-bunga yang indah, tapi sayangnya tidak banyak berbuah, kaya dengan filsafat dan sastra, tapi miskin dengan teknik dan tekhnologi, menjadi sains yang dilandasi metode Jabir bin Hayyan yang sifatnya empiris eksperimental (A.Baiquni,1983:12).

Istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb, berarti pendidik. Kata rabbdalam surat al-Fâtihah melukiskan Tuhan dengan segala sifat-Nya yang dapat menyentuh makhluk-Nya seperti pemberi rezeki, pengampunan, kasih sayang, juga amarah, ancaman, siksa dan sabagainya. Dengan demikian apa pun bentuknya perlakuan Tuhan terhadap makhluk-Nya sama sekali tidak terlepas dari pendidikan-Nya kendatipun perlakuan-Nya menurut kaca mata manusia sebagai sesuatu yang negatif. Penggunaan istilah al-tarbiyah terlalu luas, tidak hanya digunakan untuk manusia tetapi juga untuk tumbuhan, hewan dan lainnya.

Kemudian istilah al-ta’dîb dalam arti pendidikan hanya ditemukan dalam hadis Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan al-Askari: addabani Rabby fa ahsana ta’dîby ( Tuhanku telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku).

Kesimpulanya

Sistem Pendidikan  merupakan instrumen strategis sebagai pembentuk dan pelestàri peradaban,yang saat ini tidak ada lagi d sistempwndisikan yang sekara.

Sistem.pendidikan sekarang hanyalah menjasi alat bagi kaum imlerialis untuk mewujudkan kepentingan pasar bagi kelestarian hegemoni kaum imperialis.

Wallahu a’lam

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.