25 April 2024
8 / 100

Dimensi.id – Menjadi seorang ibu tentu merupakan sebuah kebahagiaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Kendati demikian, setelah seorang ibu memulai fase awal kelahiran sang buah hati akan ada banyak hal yang terjadi dalam perjalanan barunya.

Fase awal inilah yang membuat ibu baru rentan mengalami gangguan kesehatan mental, seperti baby blues syndrome. Baby blues syndrome sendiri merupakan gangguan kesehatan mental pada ibu pasca melahirkan yang bersifat sementara. Gejala umum yang terjadi adalah mudah cemas, mudah sedih, mudah tersinggung, pada tahap yang lebih menghawatirkan bisa terjadi pengabaian untuk mengasuh bayi seperti menolak menyusui dan menyentuh bayi. Biasanya baby blues ini bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti perubahan hormonal, perubahan kondisi ibu (perubahan fisik, jam tidur dan istirahat) dan lingkungan tempat dia tinggal atau juga support system.

Dilansir dari laman Ameera.republika.co.id (28/05), Indonesia sendiri berada pada tingkat ketiga tertinggi di Asia, hal ini disampaikan oleh Ketua Komunitas perempuan dari Wanita Indonesia Keren (WIK) dan psikolog, Maria Ekowati dalam jumpa pers “WIK Dorong Kesehatan Mental Masuk dalam UU Kesehatan” di Jakarta Selatan, pada Jumat 26 Mei 2023.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Praktisi kedokteran komunitas dari Health Collaborative Center dan FKUI, Ray Wagiu Basrowi berspekulasi bahwa baby blues syndrome – selain dari kondisi hormonal – saat ini juga sangat dipengaruhi oleh kurang suportifnya sistem pendukung di keluarga maupun masyarakat.

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan mental ibu pasca melahirkan tergantung dari baiknya sistem pendukung di sekitarnya, tentu ini tak lepas dari peran negara, bagaimana negara mampu menciptakan lingkungan yang suportif dan kondusif di tengah keluarga dan masyarakat.
Inilah yang diabaikan oleh negara. Kurangnya pengayoman, perlindungan, edukasi dan fasilitas pada ibu maupun calon ibu membuat kasus baby blues syndrome semakin meningkat di Indonesia. Padahal sudah menjadi tanggung jawab negara untuk memberikan hal diatas agar setiap ibu dan calon ibu serta lingkungan sekitarnya mampu menjaga kehidupan awal pada bayi. Hal ini sangatlah penting karena menyangkut kualitas generasi penerus kelak.

Indonesia dengan sistem kapitalisme yang terapkan telah menciptakan masyarakat yang individualisme dan minim empati. Pemerintah tidak bergerak untuk melakukan edukasi ke tengah-tengah masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental ibu dan calon ibu dalam pengasuhan anak terutama di kehidupan awal bayi, sehingga banyak keluarga dan masyarakat di sekitar ibu dan calon ibu yang justru menjadi pemicu timbulnya baby blues syndrome.

Seperti banyaknya stigma-stigma negatif dan mitos-mitos yang sering di ucapkan pada ibu dan calon ibu, juga tuntutan-tuntutan yang di wajibkan pada ibu dan calon ibu. Tekanan-tekanan inilah yang membuat ibu dan calon ibu terguncang kesehatan mentalnya.

Belum lagi segala macam biaya yang berkaitan dengan bayi dan ibu terbilang lebih mahal dibanding biaya kebutuhan orang dewasa umumnya. Dalam hal ini pun tidak ada jaminan dari negara untuk ibu, calon ibu dan bayi. Mulai dari biaya cek kehamilan, asupan yang dibutuhkan ibu hamil seperti susu hamil dan vitamin hamil, produk-produk bayi yang mahal, dan juga biaya persalinan yang mahal.

Inilah fakta yang terjadi dalam negara yang mengadopsi sistem kapitalisme. Segala sesuatu dinilai dari untung dan rugi. Padahal sudah menjadi tanggung jawab negara mengayomi, melindungi, dan menyejahterakan masyarakat.

Berbanding balik dengan sistem kapitalisme, dalam perspektif Islam, negara wajib menjadi pengayom dan pelindung masyarakat.

Menyoal kesehatan mental ibu, negara melalui sistem pendidikan akan memberikan edukasi terkait kesiapan dan tanggung jawab sebagai manusia yang hidup di dunia. Bila sudah memahami untuk apa hidup di dunia, maka ketika suami dan istri akan menjadi calon orang tua bisa saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menjaga, merawat dan mengasuh sang buah hati. Hal ini bisa meminimalisir terjadinya baby blues syndrome pada ibu.

Negara juga perlu melakukan penyuluhan ke setiap keluarga dalam masyarakat terkait pentingnya menjaga kesehatan baik fisik maupun mental pada ibu dan calon ibu, agar bayi yang dikandung maupun yang dilahirkan menjadi anak yang sehat dan berkualitas.

Negara juga harus memfasilitasi berbagai hal yang berkaitan dengan kebutuhan ibu, calon ibu dan sang buah hati, mulai dari layanan pemeriksaan kehamilan, susu dan vitamin ibu hamil, serta biaya persalinan. Ini merupakan hak yang harus di dapatkan oleh ibu dan calon ibu agar ia tenang dan senang dalam masa-masa kehamilan dan melahirkan.

Inilah komprehensifnya Islam apabila di terapkan sebagai sebuah sistem bernegara. Allahua’lam bishawab.

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.