3 Mei 2024

Penulis : Wulan Febriani, S.P

           

Dimensi.id-Kehidupan di tengah krisis ekonomi seperti sekarang ini memaksa setiap orang untuk bekerja bahkan anak dibawah umur sekalipun, untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka harus ikut bekerja juga, yang seharusnya diusia seperti mereka adalah saat-saat dimana mereka harus focus untuk belajar demi mewujudkan impiannya. Tidak semua anak yang saat ini berada dibangku sekolah merasakan bisa tenang untuk bersekolah dan dimanjakan dengan kehidupan yang serba ada dari orang tuanya, ada sebagian anak yang harus merelakan waktu bermainnya untuk bekerja setelah mereka pulang sekolah, itu semua mereka lakukan demi membantu mencukupi kebutuhannya dan keluarganya, ada juga yang menabung untuk mewujudkan cita-citanya karena keterbatasan keuangan orang tuanya.

Seorang bocah yang masih duduk di bangku SMP harus merasakan betapa sulitnya untuk mencari lembaran rupiah setiap harinya, Waspada.co.id – Demi sebuah mimpi untuk menjadi seorang TNI, Imam Syahputra seorang anak yang berusia 14 tahun ini rela menjadi tukang semir sepatu keliling. Imam anak dari pasangan Minar dan Isu Sumardi yang kini sebagai pelajar kelas VIII mengatakan dirinya mau menjadi tukang semir sepatu untuk membantu mengurangi beban kedua orangtuanya yang bekerja sebagai buruh cuci dan kuli bangunan.

Ironisnya, Iman mengaku sudah melakukan pekerjaan ini semenjak dirinya duduk di bangku sekolah dasar, tepatnya kelas II SD. Hidup di bawah himpitan ekonomi keluarga Imam terbentuk mandiri. Hasil menjadi tukang semir sepatu ia bagi tiga, diberikan ke orang tua, jajan, dan ditabung untuk  mewujudkannya citanya tersebut. Tak pernah ia berucap malu melakoni pekerjaannya tersebut, malah dengan sukarela ia bekerja demi mewujudkan cita-citanya tersebut, walaupun sebenarnya orang tuanya telah melarangnya.

Demikian realitas kehidupan di dalam sistem kapitalis-sekuler, idealisme para pemangku jabatan terpaksa digadai demi kekuasaan, mereka lebih sibuk untuk bagaimana caranya agar terus memperkaya dirinya dan bagaimana menaikkan jabatan yang mereka emban sekarang, sehingga rakyat tak jadi prioritas bahkan rakyatnya sendiri diminta berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk pendidikan. Problem kemiskinan, pengangguran, dan ongkos pendidikan yang mahal ditanggapi dengan mengelus dada oleh rakyat, yang hal ini seharusnya menjadi perhatian penting bagi pemerintah dan pemangku jabatan bukan malah membuat wacana dan wacana tetapi tak pernah ada realisasinya.

Bantuan yang selama ini diberikan kepada rakyat juga tidak merata dan cenderung saling mengambil manfaatnya saja, sebagian rakyat yang sudah seharusnya mendapat bantuan dari pemerintah ini malah terabaikan, mereka harus rela gigit jari dengan kebijakan yang telah di tetapkan oleh pemerintah. Jika saja Pemerintah dan para pemangku jabatan di setiap daerah lebih aware dengan rakyatnya maka seharusnya ketika akan memberikan bantuan tidak ada embel embel serta syarat dan ketentuan berlaku yang harus dipenuhi oleh setiap rakyatnya, dengan begitu bantuan tersalurkan kepada yang berhak dan tepat sasaran.  

Sistem kapitalis-sekuler menciptakan realitas buruk bagi generasi penerus karena bagi kapitalis masa depan cerah hanya bagi mereka yang berharta. Sehingga semua orang berlomba menjadi kaya agar tergolong sebagai orang sukses. Tolak ukur kesuksesan yang dibuat system kapitalis sekularis adalah dengan banyaknya harta dan materi yang dimiiki oleh setiap orang, membuat semua orang berlomba lomba untuk menumpuk kekayaan untuk dirinya tanpa memperdulikan orang lain disekitarnya.

Penerapan hukum yang dibuat oleh manusia sejatinya hanya membuat rakyat merasa binggung dan membuat kegalauan dalam setiap sendi kehiduapan, hukum yang dibuat tersebut hanya menguntungkan kalangan atas saja tanpa menghiraukan masyarakat di kalangan bawah. Hal ini semakin membuat terpuruk dan hancurnya kehidupan masyarakat, tidak ada lagi ketentraman dalam kehidupan mereka yang seharusnya ini menjadi tanggung jawab Negara untuk mengayomi mereka.

Di dalam Islam, negara bak orangtua yang mengayomi anak-anaknya. Pendidikan, kesehatan, dan keamanan dipenuhi secara loyalitas tinggi. Ekonomi, peradilan, politik luar negeri dijalankan berdasarkan halal dan haram hukum syari’at. Seluruh SDA dan SDM yang ada disokong untuk kepentingan dakwah Islam kepenjuru dunia. Alhasil, di dunia mereka hidup mulia, dan di akhirat termasuk orang yang menang. 

Berbeda dengan kapitalisme yang terbukti telah gagal memberikan ketenteraman dan keamanan bagi manusia, Islam memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia sehingga memberikan ketenteraman bagi manusia, karena Islam berasal dari Allah SWT, Pencipta manusia, yang Maha Mengetahui apa yang tepat untuk manusia.

Islam telah memberikan aturan yang sangat lengkap yang menjaga manusia dari kerusakan, baik untuk individu, masyarakat, maupun bangsa.

Islam diturunkan Allah memang sebagai rahmat bagi seluruh alam, firman Allah SWT: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (TQS al-Anbiyaa’[21] : 107)

Rahmat Islam hanya bisa dirasakan ketika ajaran Islam secara kaffah diterapkan dalam kehidupan, bukan hanya sebatas teori yang dipelajari dalam kajian akademis, juga bukan sekadar penerapan hukum yang bersifat parsial.

Ajaran Islam harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. Sehingga akan mewujudkan ketenteraman bagi seluruh manusia.

Islam mengharuskan umat Islam untuk terikat dengan aturan dari Allah SWT dan Rasul-Nya, tanpa kecuali. Islam sebagai aturan kehidupan yang diturunkan Allah SWT merupakan aturan yang paripurna, yang menyelesaikan setiap persoalan manusia secara menyeluruh, tuntas, dan sempurna.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.