2 Mei 2024

Penulis : Iffah Komalasari, S. Pd ( Pengasuh MT Online Rindu Syari’ah Sukasari Sumedang)

Dimensi.id-Keberanian dan solidaritas kemanusiaan yang ditunjukkan warga Gampong Lancok, Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara, terhadap imigran etnis Rohingya menggetarkan jagat maya. Semua mata tertuju ke Aceh, terharu dan kagum atas tingginya kepedulian terhadap sesama, di tengah wabah Covid-19 yang tengah melanda.

Tagar #Aceh tiba-tiba menjadi trending topik di Twitter, Jumat (26/6/2020) malam hingga menjelang siang Sabtu (27/6/2020), menduduki posisi ketiga terpopuler di Indonesia. Tagar itu menjadi populer menyusul aksi kemanusiaan warga Gampong Lancok di Aceh Utara yang berani menampung pengungsi etnis Rohingya di tengah pandemi Covid-19.

Para imigran muslim dari Myanmar tersebut terdampar di perairan Seunuddon, Aceh Utara, Rabu (24/6/2020). Mereka terombang ambing di lautan dengan kondisi mesin mati. Sementara di atas kapal yang hampir karam, 100 orang duduk berdesakan tanpa persediaan makanan yang cukup.

Warga Gampong Lancok tak tega melihat hal itu. Hati mereka luluh. Mereka sempat protes keras ketika kapal ditarik pihak keamanan menjauh dari pantai. Sementara kaum perempuan menangis meminta agar kapal ditarik kembali mendekat.

Warga pun akhirnya memutuskan menarik sendiri kapal itu dan menurunkan para imigran. Proses evakuasi berlangsung di tengah hujan dan gemuruh halilintar. Warga juga dengan sukarela berpatungan membeli makanan para pengungsi, meski kondisi ekonomi sedang sulit akibat pandemi.

Aksi kemanusiaan itu langsung menyedot perhatian dunia. Kagum atas kebaikan dan keberanian warga Aceh. Maka tak heran tagar #Aceh langsung melejit menduduki posisi trending topik. Beberapa warganet bahkan menjuluki Aceh sebagai pahlawan kemanusian.

Indahnya Ukhuwah Islamiyyah Di Aceh

Ukhuwah Islamiyah sudah menunjukkan keindahannya di Aceh. Sesama Muslim adalah saudara: kaljasadil wahid (bagaikan satu tubuh). Keikhlasan Muslim Aceh dan umumnya Muslim Indonesia yang merangkul dan membantu pengungsi Muslim Rohingya membuktikan satu hal: Indahnya Ukhuwah Islamiyah. Persaudaraan dalam Islam bukan omong kosong. Kasih sayang dalam Islam bukan basa-basi!

Salut dan “iri” buat amal sholeh Muslim Aceh dan Muslim mana pun yang sudah secara langsung memberikan bantuan atau menjadi “Kaum Anshar” kepada “Muhajirin Rohingya” yang terdampar di lautan itu! Salut! Allah SWT Maha Pemberi Balasan. Jazakumullah khairan katsiiran!

Muslim Rohingya merasakan betul indahnya ukhuwah itu. Muslim Aceh juga demikian, merasakan betul indahnya menolong sesama Muslim yang tengah dalam kesulitan.

“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim).

Pada suatu hari Rasululah SAW ditanya oleh sahabat beliau : “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling dicintai Allah dan apakah perbuatan yang paling dicintai oleh Allah ? Rasulullah SAW menjawab : “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah manusia yang paling banyak bermanfaat dan berguna bagi manusia yang lain; sedangkan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan kepada orang lain atau menghapuskan kesusahan orang lain, atau melunasi hutang orang yang tidak mampu untuk membayarnya, atau memberi makan kepada mereka yang sedang kelaparan dan jika seseorang itu berjalan untuk menolong orang yang sedang kesusahan itu lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjidku ini selama satu bulan ” (HR. Thabrani).

“Setiap gerakan pertolongan merupakan nilai pahala ” Siapa yang menolong saudaranya yang lain maka Allah akan menuliskan baginya tujuh kebaikan bagi setiap langkah yang dilakukannya ” (HR. Thabrani).

“Siapa yang bersikap ramah kepada orang lain dan meringankan beban hidupnya baik sedikit maupun banyak maka kewajiban bagi Allah untuk memberikan kepadanya pelayanan dengan pelayanan surga” (HR Thabrani ).

Rohingya Butuh Khilafah

Rohingya hanyalah salah satu potret umat Islam yang teraniaya. Dibantai, rumah-rumah mereka dibakar, terusir dari negerinya. Hanya karena identitas mereka beraqidah Islam. Hingga terpaksa keluar dari kampung halamannya, demi menyelamatkan diri dan aqidahnya.

Tak jauh berbeda, kondisi umat di Palestina, Suriah, Xin Jiang, dan lainnya. Mereka bagaikan anak ayam kehilangan induknya. Tak ada tempat untuk mengadu dan meminta perlindungan. Bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun tertindas disaksikan oleh dunia. Berbagai lembaga kemanusiaan dan lembaga internasional terbukti tak mampu menghentikan semua penderitaan yang sedang dialami kaum muslimin di berbagai belahan dunia. Semua penderitaan kaum Muslim ini semakin meneguhkan kesimpulan tentang betapa butuhnya umat terhadap Khilafah.

Mengapa Khilafah? Tentu karena umat Islam di berbagai wilayah mengetahui bahwa keselamatan mereka hanya ada pada Islam, juga pada kekuasaan Islam (Khilafah). Sebab Khilafah adalah perisai/pelindung sejati umat Islam. Ini berdasarkan sabda Nabi Saw.:

وَإِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana perisai. Kaum Muslim akan berperang dan berlindung di belakang dia (HR al-Bukhari dan Muslim).

Menjadi junnah (perisai) bagi umat Islam khususnya dan rakyat umumnya meniscayakan Imam/Khalifah harus kuat, berani dan terdepan. Bukan orang yang pengecut dan lemah, yang dengan mudah dapat disetir ataupun dijadikan boneka asing dan aseng.

Kekuatan ini bukan hanya pada pribadinya, tetapi pada institusi negaranya, yakni Khilafah. Kekuatan ini dibangun karena pondasi pribadi Khalifah dan negara Khilafah-nya sama, yaitu akidah Islam. Inilah yang ada pada diri kepala Negara Islam pada masa lalu, baik Nabi saw. maupun para khalifah setelah beliau. Ini antara lain tampak pada surat Khalid bin al-Walid:

Dengan menyebut asma Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Khalid bin al-Walid, kepada Raja Persia. Segala pujian hanya milik Allah, Yang telah menggantikan rezim kalian, menghancurkan tipudaya kalian dan memecahbelah kesatuan kalian. Karena itu, masuk Islamlah kalian. Jika tidak, bayarlah jizyah. Jika tidak, aku akan mendatangkan kepada kalian kaum yang mencintai kematian, sebagaimana kalian mencintai kehidupan.

Hal yang sama dilakukan oleh para Khalifah setelah beliau. Khalifah Harun ar-Rasyid, di era Khilafah ‘Abbasiyyah, misalnya, pernah menyumbat mulut lancang Nakfur, Raja Romawi, dan memaksa dia berlutut kepada Khilafah.

Khalifah Al-Mu’tashim, juga di era Khilafah ‘Abbasiyyah, pernah memenuhi permintaan tolong wanita Muslimah yang kehormatannya dinodai oleh tentara Romawi. Ia segera mengirim ratusan ribu pasukan kaum Muslim untuk melumat Amuriah, mengakibatkan ribuan tentara Romawi terbunuh, dan ribuan lainnya ditawan.

Demikian pula yang dilakukan oleh Sultan ‘Abdul Hamid di era Khilafah ‘Utsmaniyah dalam melindungi kaum Muslim. Semuanya melakukan hal yang sama karena mereka adalah junnah (perisai).

Bandingkan dengan saat ini, khususnya di negeri ini. Jangankan melindungi rakyatnya, menolong 94 kaum muslimin yang terombang ambing di lautan saja tidak sanggup.

Karena itu jelas, kita tak bisa berharap banyak kepada para pemimpin Muslim saat ini. Khilafahlah satu-satunya harapan. Sebab Khilafahlah pelindung sejati umat sekaligus penjaga agama, kehormatan, darah dan harta mereka. Khilafah pula yang bakal menjadi penjaga kesatuan, persatuan dan keutuhan setiap jengkal wilayah mereka.

Semoga kali ini, semua penderitaan kaum muslim di seluruh dunia, khususnya muslim Rohingya, menyadarkan kita semua bahwa Khilafah sudah saatnya hadir kembali. Tak bisa lagi kaum muslim menunggu terlalu lama. Saatnya Khilafah Rasyidah ‘ala Minhajin Nubuwwah yang kedua ditegakkan di muka bumi ini. Allahu Akbar!!!

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.