19 Mei 2024

Penulis : Rina Tresna Sari, S.Pd.I | Praktisi Pendidikan dan Member AMK

Dimensi.id-Pandemi Covid-19 memang membuat semua sektor terdampak, begitupun dengan sektor pendidikan. Selama pandemi pembelajaran tatap muka ditiadakan, sebagai gantinya dilakukan pembelajaran jarak jauh (PPJ),  sebagai antisipasi sekolah menjadi cluster penularan virus Covid19.

Namun jika melihat data evaluasi pembelajaran daring yang sudah dilakukan, ternyata banyak kendala yang terjadi dan begitu krusial dalam mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan turut berjalan “tidak normal”. Bahkan, kurikulum pun disesuaikan.

Sebagaimana dilansir TEMPO.CO,11/07/2020, Jakarta – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, mengatakan evaluasi pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama masa pandemi Corona ini menunjukkan hasil yang variatif di setiap daerah. Ada yang berjalan efektif dan sebaliknya.

Nadiem menjelaskan di beberapa daerah, khususnya terpencil dan tertinggal, kendala utama siswa dalam PJJ ini adalah akses internet. Masalah lain yang Kemendikbud temui adalah waktu adaptasi terhadap program ini yang sangat singkat. Hal ini membuat PJJ berjalan dengan pemberian tugas yang berlipat ganda kepada siswa. “Ini memang tantangan yang berat bagi guru dan menjadi beban bagi peserta didik,” ucap Nadiem.

Nadiem mengungkapkan sejatinya ia dan seluruh pemangku kebijakan di Kemendikbud tidak ada yang mau model pembelajaran jarak jauh. Namun kondisi yang terjadi membuat pemerintah tidak memiliki pilihan lain. “Karena opsinya adalah kita enggak belajar sama sekali atau coba-coba biar masih ada pembelajaran,” katanya.

Nadiem mengakui jika pelaksanaan PJJ selama beberapa bulan ini tidak efektif. Ia menyatakan setuju terhadap semua kritik yang dialamatkan ke kementeriannya terkait PJJ ini. “Tapi enggak ada opsi lain saat ini,” ujar dia.

Itulah sekelumit potret pendidikan di tengah pandemi. Kebijakan belajar dari rumah yang terkesan mendadak menyebabkan banyak pendidik akhirnya melakukan pembelajaran sesuai interpretasi pribadi. Meski capaian pendidikan telah dilonggarkan dengan tidak terfokus pada kurikulum yang ditetapkan, namun tetap saja kebingungan guru terjadi.

Ketahanan sistem pendidikan saat ini tengah diuji oleh pandemi. Kerapuhan kurikulum pendidikan nampak jelas hari ini meskipun sudah bergonta-ganti. Karenanya sangat menyedihkan jika fokus pendidikan hanya terpaut pada nilai di atas kertas dan kuantitas bahan ajar, lantas melupakan proses pendekatan siswa yang bergerak penuh sadar diri dalam belajar. Sudahkah itu menjadi fokus pendidikan? Kesadaran belajar anak itu yang harusnya diperhatikan sedalam-dalamnya.

Miris jika pendidikan berakhir pada “materi”, lantas tiada pembentukan karakter, penanaman akidah, akhlak, pembinaan ketaatan pada syariat. Maka, sudah pasti pendidikan jatuhnya hanya proses “mengajar” saja, jauh dari makna “mendidik”. Ini yang harus dihindari seharusnya, namun tak bisa dinafikkan, pendidikan justru dipandang menjadi proses pemberian tugas saja selama pandemi.

Pandemi hari ini sesungguhnya memunculkan euforia yang beraneka ragam bagi anak didik. Adanya kebijakan belajar dari rumah, bisa dianggap berkah bagi mereka yang lebih suka bersenang-senang tanpa perlu belajar ke sekolah full day. Banyak ditemukan, anak-anak yang lepas landas dalam menggunakan gawai padahal punya tanggung jawab terhadap sekolah yang harus dituntaskan.

Namun yang ada adalah sebaliknya, orangtua menjadi bertambah repot dan stres mengurus anaknya selama belajar di rumah. Guru pun mencoba seoptimal mungkin mentransfer pemikiran pada mereka, tapi nampaknya tidak cukup banyak disambut antusias oleh anak-anak. Beginilah kurikulum hari ini, tidak bisa diaplikasikan saat belajar dari rumah, sebab tidak sesuai dengan kebutuhan pendidikan murid saat pandemi.

Memang ditinjau dari aspek kesehatan, belajar daring lebih ramah anak namun harus dipahami pembelajaran tersebut merupakan metode belajar yang tidak alami. Kesulitan dalam prosesnya pun tak ayal lagi. Maka sudah semestinya, duduk perkara ini harus segera dipecahkan. Kurikulum pendidikan yang meniscayakan keefektifan dalam kondisi apapun sangat dibutuhkan.

Jika ditelusuri, kondisi hari ini sebenarnya adalah kesempatan emas bagi pendidik pada anak didiknya untuk dapat optimal dalam rangka edukasi pembinaan kepribadian anak. Membina mereka menjadi generasi yang tangguh menghadapi ujian pandemi, menjaga keselamatan jiwa, kebersihan, peduli lingkungan, semangat berbagi, beribadah dan masih banyak lagi edukasi kebajikan yang bertumpu pada peralihan fokus tadi.

Inilah yang dicontohkan dalam kurikulum sistem pendidikan Islam. Sistem ini meniscayakan pendidikan akan tetap berjalan dengan optimal walau pandemi menerpa. Karena tujuan pendidikan dalam Islam itu sendiri adalah membentuk kepribadian Islam anak didik mencakup pola pikir dan pola sikap.

Akidah Islam itulah yang menjadi dasar landasan diselenggarakannya pendidikan. Sekolah, guru, bahkan orangtua harus memiliki dorongan iman dalam mendidik anak, yaitu semata melaksanakan perintah Allah demi mengharap ridho-Nya. Anak didik wajib dipahamkan tsaqafah keislaman, disamping itu juga diajarkan ilmu terapan seperti sains, kecakapan hidup, dll.

Maka yang harus dipahami mengenai tolak ukur Pendidikan dalam Islam adalah pemahaman yang bisa diukur secara alami. Bagaimana mereka bisa memahami ilmu dalam kehidupan. Artinya, ilmu untuk dipraktikkan yaitu dengan memperbanyak tsaqafah Islam.

Oleh karena itu, aqidah Islam menjadi tujuan dan landasan dalam kurikulum. Bahan ajar disusun sesuai jenjang usia secara lengkap dan efektif untuk diajarkan dan padat akan aspek spiritual. Maka, ilmu-ilmu terapan atau yang mengasah kecakapan hidup harus senantiasa berada dalam koridor membentuk kepribadian Islam. Dengan metode pengajaran yang khas yaitu talqiyan fikriyan berupa proses penyampaian pemikiran oleh guru  dan penerimaan oleh siswa dengan adanya penggambaran atas fakta (ilmu yang disampaikan) yang berhasil memengaruhi perilaku siswa. Guru harus mampu memiliki kecapakan metode tersebut. Walaupun kondisi pandemi, tidak boleh mengabaikan metode ini.

Itulah gambaran sistem pendidikan di dalam Islam, dimana di dalam Islam masalah pendidikan adalah masalah serius yang menyangkut masa depan generasi mendatang. Karenanya acuan-acuan pendidikan juga harus merupakan bagian integral dari penerapan syariah Islam secara total sebagai aturan dari Sang pencipta yang Maha Benar.

Wallahu a’lam bishshawab[]

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.