26 April 2024
12 / 100

LoMenparekraf Sandiaga Uno menyebut UMKM sebagai tulang punggung ekonomi RI. Menurutnya UMKM memiliki peranan yang besar dalam membantu masyarakat khususnya pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dalam menghadapi tantangan resesi akibat tekanan ekonomi global pada tahun 2023 mendatang (okezone.com, 5/11/2022).

Untuk itu, menteri yang pernah mencalonkan diri menjadi wakil presiden bersama Prabowo, mendorong agar anak muda memiliki semangat untuk menjadi entrepreneur muda. Menciptakan produk ekonomi kreatif agar mampu turut serta dalam memperkuat perekonomian Indonesia menghadapi resesi global.

Dan Kemenparekraf akan terus mendorong terciptanya wirausaha muda dan penguatan ekosistem digital melalui beberapa program. Seperti Wirausaha Digital Mandiri (WIDURI) Ekonomi Kreatif, Bedah Desain Kemasan (BEDAKAN), Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI), Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia (KaTa Kreatif), hingga Santri Digitalpreneur Indonesia

UMKM Hanya Obat Pereda Nyeri Perekomian

Resesi dan resesi lagi yang digambarkan bakal menjadi momok perekonomian abad ini, semua pemimpin bangsa meneriakan agar setiap bangsa dan negara mempersiapkan kehadirannya bahkan sampai badai setelahnya. Dan, Indonesia memilih resep Klasik UMKM. Senyatanya bukan hanya Kemenparekraf yang mendorong UMKM terus bertumbuh, semakin besar dan kuat hingga layak menjadi tulang punggung perekonomian negara yang semakin reyot pasca pandemi Covid-19. Semua BUMN di negeri ini bergerak dengan kata yang sama.

Lebih lanjut, masyarakat selalu diyakinkan dengan propaganda bahwa UMKM memiliki kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yakni pada tahun 2020 sebesar 61% dan ditargetkan meningkat hingga 65% pada tahun 2024. UMKM pun mampu menyerap 97% dari total tenaga kerja. Juga menghimpun sampai 60,4% dari total investasi di Indonesia.“Kalau anak muda 5%nya menciptakan usaha, maka 97% lapangan kerja akan tercipta.” pungkas Menparekraf.

Dan belum ada penelitian mendalam yang membuktikan adanya korelasi signifikan antara UMKM dengan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Meskipun ketika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun yang sama, yaitu diprediksi sekitar 275.361.267 jiwa, angka ini cukup besar. Artinya, jumlah pelaku UKM di Indonesia memang tergolong sangat banyak, namun usaha dengan taraf mikro ini masih menghadapi kendala klasik, diantaranya anggaran operasional yang terbatas, tenaga ahli yang terbatas, minim kapasitas produksi, kendala digitalisasi dan lainnya ditambah dengan kondisi ekonomi makro yang berkaitan dengan kebijakan global tentulah sangat sulit diharapkan benar-benar menjadi tulang punggung perekonomian.

Fakta yang lain, UMKM lebih banyak diakses pekerja lebih seperti wanita, pemuda, dan orang-orang dari rumah tangga yang lebih miskin, populasi dengan kerentanan tinggi pada saat Covid-19. UMKM terkadang bisa menjadi satu-satunya sumber pekerjaan di daerah pedesaan. Dengan demikian, UMKM sebagai kelompok merupakan penyedia pendapatan utama untuk distribusi pendapatan di “dasar piramida”. Terlebih minimnya kehadiran negara dalam menjamin aspek yang lain, tetap saja menjadikan berat bagi pelaku UMKM untuk bergerak lebih besar.

Pemberian bantuan dalam bentuk peningkatan akses keuangan tak lebih dari upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang disebut SDGs ( Suitstanable Development Goals), sebagai hasil ratifikasi para pemimpin dunia yang disahkan pada tanggal 25 September 2015 bertempat di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Para pemimpin dunia ini secara resmi mengesahkan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) sebagai kesepakatan pembangunan global guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.

Jadi, sesungguhnya kebijakan ini bukan lahir dari kecerdasan para petinggi negeri ini, namun murni sejalan dengan perintah dan arahan Barat. Sebenarnya tindakan ini hanyalah untuk menambal kebobrokan sistem ekonomi kapitalisme. Sejatinya sistem ekonomi ini terbukti gagal dan tidak mampu bertahan di kala pandemi bahkan cenderung rentan mengalami krisis.

Secara makro, ekonomi masih terganggu, karena sistemnya secara fundamental terlanjur rusak, bahkan cacat sejak lahir karena asasnya sekuler, berasal dari kecerdasan manusia yang rentan kepentingan. Sumber penyakit utama resesi ekonomi adalah penerapan sistem kapitalisme. Sebagai sistem ekonomi, penerapan Kapitalisme pasti membawa kerusakan.

Dan UMKM ibarat hanya sebagai obat pereda nyeri perekonomian kapitalisme sesaat, sedang akarnya tak tersentuh. Karena selalu mengandalkan solusi tambal sulam.

Sistem Ekonomi Islam Sejahterakan Rakyat Secara Hakiki

Islam sebagai agama sempurna, telah mengatur akidah sekaligus solusi untuk semua persoalan manusia. Kapitalisme bermuara pada sistem yang ditopang sistem perbankan dengan suku bunganya, sektor nonriil yang melahirkan institusi pasar modal dan perseroan terbatas, utang luar negeri yang menjadi tumpuan pembiayaan pembangunan serta sistem moneter yang tidak disandarkan pada emas dan perak.

Ditambah lagi yang lebih krusial dari kerusakan kapitalisme adalah saat pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang merupakan barang milik dan kebutuhan publik diprivatisasi para pemodal yang bersekutu dengan rezim-rezim korup. Segala kebijakan hanya disahkan untuk semakin mempermudah akses eksploitasi dan eksplorasi. Yang dalam Islam disebut sebagai kepemilikan umum dan negara, dimana negaralah yang wajib mengelola.

Dengan kekuasaan yang diizinkan syariat, digabung dengan pemimpin yang bertakwa, maka, kesejahteraan akan terwujud. Sebab negara memiliki banyak kekayaan dan kekuatan untuk mengelola perekonomiannya sendiri tanpa harus terikat dengan ekonomi dunia. Negara berdaulat ini tak akan muncul dari sistem politik demokrasi kapitalisme, sebab keduanya harus segera dicabut dan digantikan dengan penerapan sistem syariat Islam, sebagaimana firman Allah swt, “Jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, lalu siapa saja yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit” (QsThaha: 123-124). Wallahu a’lam bish showab. [DMS].

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.