17 Mei 2024
Pengangguran meningkat

Dimensi.id-Meningkatnya angka pengangguran merupakan salah satu persoalan yang cukup krusial di masa pandemi. Faktanya, pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari 9 bulan ini tak hanya berdampak pada sektor kesehatan saja. Namun lebih dari itu, semua aspek dalam kehidupan ikut terdampak termasuk ketenagakerjaan.

Dilansir dari detikFinance (05 Nov 2020), Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran sebanyak 9,77 juta orang pada Agustus 2020. Angka ini naik 2,67 juta orang dari periode yang sama tahun 2019. Dari jumlah pengangguran ini, paling banyak berasal dari lulusan atau tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK).

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan di tengah pandemi Corona jumlah lowongan pekerjaan mengalami penurunan. Hal itu juga yang menjadi salah satu penyebabnya. “Di tengah pandemi, jumlah lowongan kerja menurun,” kata Suhariyanto dalam video conference, Jakarta, Kamis (5/11/2020).

Fakta bahwa jumlah pengangguran yang didominasi dari tingkat SMK menunjukkan bahwa kenyataan tak semanis asa. Harapan mendapat pekerjaan pupus seiring dengan sulitnya lapangan pekerjaan. Banyaknya lulusan tidak sebanding dengan kebutuhan. Sebab tidak semua industri setiap tahunnya membutuhkan tenaga ahli.

Terlebih di era digital 4.0 ini, beberapa aktivitas dan jenis kegiatan digantikan dengan tenaga mesin. Ini menjadi salah satu faktor tidak terserapnya SDM di dunia industri. Kualifikasi guru SMK yang kurang kompeten juga mengakibatkan kurang maksimalnya serapan ilmu yang menyebabkan siswa menjadi kurang terampil.

Stereotip di masyarakat tentang SMK adalah untuk mencetak tenaga kerja. SMK menjadi pilihan bagi mereka yang tidak mampu mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Tanpa kita sadari, hal ini akhirnya membentuk mental buruh, bukan mental pelopor industri. Lulus sekolah kerja. Lulus kuliah kerja. Padahal, tujuan utama pendidikan bukanlah untuk mencetak tenaga kerja. Sejatinya, tujuan utama pendidikan adalah membentuk manusia berkepribadian Islam. Iman dan ilmu tidak terpisah.

Islam memiliki solusi atas setiap permasalahan, termasuk pengangguran diantaranya; pendidikan murah bahkan gratis, sehingga tidak terbebani dengan biaya pendidikan. Serta dipahamkan tentang kewajiban bekerja bagi laki-laki. Jika ada individu yang malas bekerja atau tidak memiliki keahlian, maka akan dipaksa untuk bekerja dengan menyediakan sarana dan prasarana.

Hal ini pernah dilakukan Khalifah Umar ra. ketika mendengar jawaban orang-orang yang berdiam di masjid pada saat orang-orang sibuk bekerja bahwa mereka sedang bertawakal. Saat itu beliau berkata, “Kalian adalah orang-orang yang malas bekerja, padahal kalian tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.” Kemudian Umar ra. mengusir mereka dari masjid dan memberi mereka setakar biji-bijian.

Tak hanya itu, pemerintah dapat mengambil tanah mati (tanah yang ditelantarkan pemilik selama 3 tahun) dengan memberikannya kepada mereka yang menghidupi tanah mati dengan menanaminya atau mendirikan bangunan di atasnya. Dalam hal ekonomi, hanya akan diterapkan investasi halal, menciptakan iklim investasi dan usaha yang merangsang untuk membuka usaha dan penghapusan pajak serta melindungi industri dari persaingan yang tidak sehat.

Selanjutnya, dipahamkan bahwa kewajiban bekerja hanya dibebankan pada laki-laki. Kaum perempuan tidak wajib bekerja. Fungsi utama perempuan adalah sebagai ibu dan pengurus rumah suaminya (ummu warabatul bayt). Hal ini akan meminimalisir persaingan antara tenaga kerja laki-laki dan wanita. Sehingga wanita akan kembali kepada pekerjaan utamanya, bukan menjadi pengangguran. Lapangan pekerjaan sebagian besar akan diisi oleh laki-laki—kecuali sektor pekerjaan yang memang harus diisi oleh wanita.

Penulis: Selli Tiolita Hasibuan | Pegiat Literasi Islam

Editor: Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.