18 Mei 2024

Penulis : Merli Ummu Khila, Kontributor Media dan Pemerhati Kebijakan Publik

Dimensi.id-Kebutuhan manusia terhadap ilmu jauh lebih besar daripada kebutuhannya terhadap makan dan minum, karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan sekali atau dua kali saja dalam sehari, sedang ilmu, dibutuhkan dalam setiap hembusan nafas.

Dunia pendidikan semakin suram. Lahirnya generasi penerus para ilmuwan, ulama, dan cendikiawan semakin langka. Kesempatan mereguk ilmu yang luas hanya bagi kalangan terbatas saja.

Kini misi lembaga pendidikan tidak lagi menjunjung keagungan ilmu. Fungsinya tak lebih sebagai institusi pencetak tenaga kerja. Ijazah bukan lagi bukti seseorang berilmu namun hanya selembar kertas pelengkap persyaratan kerja.

Tidak bisa dipungkiri bahwa faktanya pendidikan saat ini sudah diliberalisasi. Visi misi nya kini tidak lagi mencetak generasi pembangun peradaban. Menjamurnya sekolah kejuruan yang mendidik siswa siap kerja. Serta swastanisasi sekolah membuat tingginya biaya pendidikan.

Salah satu kebijakan pemerintah yang menjadi sorotan publik akhir-akhir ini adalah upaya perjodohan kampus dengan industri. Dengan dalih demi terkoneksinya dunia industri dan sumber daya manusia yang siap kerja.

Seperti dilansir oleh lensaindonesia.com, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mendorong upaya membangun ‘perjodohan’ atau kerjasama antara perguruan tinggi atau Kampus dengan industri.

Strategi ini dinilai penting agar perguruan tinggi dan industri bisa terkoneksi untuk saling memperkuat keduanya. Menurut Nadiem, Kampus bisa menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan dunia usaha.

Kebijakan ini ditengarai seolah menyerahkan dunia pendidikan kepada kebijakan pasar. Pada akhirnya lembaga ini tidak ubah seperti mesin pencetak tenaga kerja dengan dalih revolusi industri 4.0. Sekulerisasi kurikululum semakin nyata dengan marginalisasi agama.

Caruk maruk sistem pendidikan inilah yang menjadi biang keladi  generasi semakin terbelakang. Baik dari sisi akademis maupun akhlak. Tingginya angka pengangguran menjadi bukti bahwa pemuda saat ini sangat bergantung pada pekerjaan bukan justru berlomba menciptakan lapangan kerja.

Dalam perspektif Islam, menuntut ilmu adalah kewajiban sebagaimana hadist Rosullullah :

Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah). Atas dasar ini pemerintah wajib bertanggungjawab memfasilitasi setiap warga negara untuk memgenyam pendidikan setinggi mungkin.

Jika kembali pada sejarah peradaban dulu ketika masa kejayaan Islam. Universitas paling hebat di dunia ada di Gundishapur, Baghdad, Kufah, Isfahan, Cordoba, Alexandria, Cairo, Damaskus dan beberapa kota besar Islam lainnya. Perguruan tinggi di luar khilafah Islam hanya ada di Konstantinopel yang saat itu masih menjadi ibukota Romawi Byzantium, di Kaifeng ibukota China atau di Nalanda, India. Di Eropa Barat dan Amerika belum ada perguruan tinggi.

Dan pada masa kejayaan Islam ini pula lahir Ilmuwan muslim yang berpengaruh di dunia. Beberapa diantaranya:

Ibnu Sina (980-1037)

Ibnu Sina merupakan seorang ilmuwan muslim dunia yang berkontribusi besar di bidang kedokteran.

Al-Khawarizmi (780-850)

Beliau dikenal sebagai salah satu ilmuwan muslim yang berkontribusi besar di bidang matematika, geografi dan astronomi.

Jabir Ibn- Hayyan (721-815)

Jabir Ibn-Hayyan merupakan ilmuwan muslim besar yang sering disebut sebagai “the father of modern chemitry”. Beliau seorang ahli dibidang kimia, fisika, dan farmasi.

Ibnu Khaldun (1332-1406)

 Ibnu Khaldun merupakan seorang sejarawan dan sosialogi islam yang terkenal di dunia.

Al Zahrawi (936-1013)

Beliau seorang tokoh yang meletakkan dasar-dasar ilmu bedah moderen. Hingga kini karya-karya dan pemikirannya dijadikan kurikulum pendidikan kedokteran di Eropa.

Lalu akankah kita mengulang kembali peradaban yang dulu pernah berjaya? jawabannya tentu saja pasti akan terulang. Sebagaimana bisyarah Rasulullah Saw dan janji Allah Swt.

Karena kesejahteraan hidup seluruh umat akan terjamin jika ada satu institusi yang menerapkan sistem Islam dan berada dalam satu pucuk kepemimpinan yaitu Daulah Khilafah Islamiyah.

Waallahu’alam bishshawaab

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.