17 Mei 2024


Penulis : Siti Masliha, S.Pd (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

Dimensi.id-Wabah corona yang terjadi di negara kita sudah hampir lima bulan lamanya. Namun belum ada tanda-tanda mereda. Rakyat diminta untuk “hidup rukun” di tengah wabah corona yang masih tinggi. Hal ini mengakibatkan lonjakan korban corona semakin tak terbendung.

Selain itu wabah ini mampu meluluhlantahkan tatanan kehidupan yang ada di negara kita. Pendidikan salah satu yang menjadi imbasnya. Sejak pertengahan bulan Maret pemerintah mengeluarkan kebijakan merumahkan para pelajar dan mahasiswa. Hal ini bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran wabah corona. Namun pembelajaran di rumah atau daring menemui berbagai kendala. Pengetahuan orang tua menjadi salah satu kendala. Pasalnya tidak semua orang tua yang mengenyam pendidikan yang layak di negeri ini. Mereka cukup “stres” dalam mengajarkan pelajaran kepada anak-anaknya karena keterbatasan pengetahuan.

Selain keterbatasan pengetahuan, fasilitas pembelajaran juga menjadi kendala. Pembelajaran daring membutuhkan sejumlah fasilitas yang cukup merogoh kocek orang tua. Smartphone dan jaringan internet yang tinggi adalah salah satunya. Mungkin bagi orang tua yang berpenghasilan tinggi ini tidak menjadi masalah. Namun bagi orang tua yang berpenghasilan pas-pasan ini menjadi kendala yang cukup berarti.

Inilah permasalahan pendidikan yang cukup pelik di tengah wabah corona. Pemerintah melalui Menteri Pendidikan mencoba menggodok sejumlah kebijakan agar denyut nadi pendidikan nasional tetap berjalan di tengah wabah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menerbitkan kurikulum darurat di tengah pandemi virus corona Covid-19. Hal itu tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus. Satuan pendidikan dapat menggunakan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik. 

“Kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus memberikan fleksibilitas bagi sekolah untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa,” kata Nadiem dalam keterangan tertulis, Minggu (9/8/2020). Pelaksanaan kurikulum pada kondisi khusus bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi satuan pendidikan untuk menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik. (Liputan6.com minggu 09/08/2020).

Masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) di dunia pendidikan masih membutuhkan kerja keras dari pemerintah. Berbagai kebijakan digulirkan, ganti kurikulum dan ganti menteri belum memberikan perubahan yang berarti di dunia pendidikan. Out put pendidikan salah satu yang menjadi PR bersama. Generasi yang lahir dari rahim pendidikan nasional adalah generasi yang akan memimpin bangsa di masa yang akan datang. Namun jika kita evaluasi bersama perlu ada perubahan visi dari pendidikan nasional agar melahirkan generasi unggulan. Setidaknya ada dua hal yang perlu dikritisi dari pendidikan nasional kita.

Pertama, belum semua rakyat merasakan pendidikan secara merata. Kapitalisme yang dianut oleh negara kita telah merasuk ke dunia pendidikan. Kapitalis atau kapitalisme adalah suatu paham yang menunjuk kepada siapa yang memiliki usaha atau modal terbanyak maka itu adalah yang berkuasa. Yang dimana sistem ekonomi kapitalis atau kapitalisme adalah suatu sistem yang memberikan kebebasan yang seluas-luasya kepada setiap individu untuk melakukan kegiatan perekonomian.

Kapitalis pada dunia pendidikan terkadang memang dikaitkan dengan dunia pendidikan.  Karena disana banyak peluang-peluang usahanya seperti halnya adanya pungutan liar mahasiswa biasanya pungutan liar dari pembayaran-pembayaran yang telah dibayar tetapi pembayaran tersebut tidak masuk langsung di keuangan kampus.  Dengan kata lain dipergunakan untuk kepentingan pribadi dari pihak penyelenggara.

Pendidikan dikomersilkan bak barang dagangan. Swasta dan asing berlomba-lomba “memperdagangkan” dagangnnya yaitu berupa sekolah dengan berbagai model pembelajaran. Jangan ditanya masalah fasilitas di sekolah ini, semuanya lengkap dan fantastis. Kurikulumnya pun berbasis internasional. Untuk masuk ke sekolah ini harus merogoh kocek yang cukup dalam. Salah satu sekolah bertariaf internasional di Jakarta di bandrol 50juta setiap bulannya. Hal ini membuat si miskin papa tak dapat masuk ke sekolah tersebut.

Sedangkan sekolah-sekolah pemerintah terurama yang di daerah pinggiran konsinya sangat memprihatinkan. Hidup segan mati tak mau. Fasilitas pendidikan yang seadanya. Terlebih di masa pendemi ini banyak guru yang harus datang ke rumah muridnya satu persatu kerena tak tersedianya fasilitas pembelajaran daring. Para guru rela menyusuri sungai dan lembah agar denyut pembelajaran tetap berjalan. Hal ini seperti yang dilakukan oleh salah seorang guru di Pamekasan Madura. Pak Guru Avan. Nama lengkapnya Avan Fathurrahman (39). Ia adalah guru di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Tepatnya, guru di SD Negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Dalam dua hari terakhir, kisah Pak Guru Avan viral di media sosial, khususnya Facebook. Ia berbagi cerita bagaimana ia menjalani kesehariannya sebagai guru selama masa pandemi virus corona.

Aktivitas belajar dilakukan dari rumah selama lebih dari sebulan ini. Guru dan siswa diminta memanfaatkan teknologi. Materi pembelajaran diberikan secara online. Praktiknya tak semudah itu bagi Avan dan para siswanya. Fasilitas belajar online tak dimiliki semua siswa. Jangankan laptop, ponsel saja ada yang tak punya. Avan tak ingin menambah beban para orangtua siswa. Ia memilih menyambangi rumah siswanya. Satu per satu. Jarak tempuhnya tak dekat. Melalui unggahan di akun Facebook-nya, Avan Fathurrahman menceritakan pengalamannya mendatangi satu per satu muridnya untuk memandu mereka belajar di rumah. (Kompas.com 18/04/2020).

Inilah kondisi pendidikan kita saat ini, kapitalisme telah membuat kesenjangan semakin menganga. Bagi yang punya modal raksasa bisa tunjuk tangan memilih sekolah yang diinginkan dengan biaya yang selangit. Bagi si miskin papa harus berjuang hanya demi mengejar kuota. Lagi-lagi masalah biaya membuat pendidikan tak bisa dirasakan oleh semua kalangan rakyat.

Kedua, out put pendidikan nasional. Miris, jika kita menengok hasil out put pendidikan yang ada di negeri ini. Out pendidikan kita sungguh miris. Tawuran, seks bebas, dan berbagai kejahatan pelajaran lainnya mewarnai out pendidikan kita. Kurikulum pendidikan berdasarkan sekularisme adalah yang mendasarinya. Faham sekularisme menyampingkan peran agama dalam kehidupan sehari-hari. Peran agama menjadi mandul, karena kehidupan sehari-hari menggunakan aturan manusia. Begitu juga peran pelajaran agama di sekolah. Hanya diposisikan sebagaimana mata pelajaran lainnya. Nilai-nilai agama yang terkandung didalamnya tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil banyak pelajar yang melanggar aturan agama dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Baru-baru ini kita mendengar berita yang cukup menyedihkan. Seorang mahasiswa perguruan tinggi di Surabaya Jawa Timur melakukan pelecehan seksual dengan dalil riset. Hal ini cukup membuat public tercengang dan kaget. Sungguh berita ini telah mencoreng pendidikan nasioanal yang ada di negara kita.

Dari sini perlu adanya format dan formula baru terhadap kurikulum pendidikan nasional yang ada di negeri ini. agar dapat melahirkan generasi yang unggul dimasa yang akan datang.

Pendidikan dalam pandangan Islam harus difahami sebagai upaya mengubah manusia dengan pengetahuan tentang sikap dan perilaku yang sesuai dengan ideologi Islam. Dengan demikian pendidikan dalam Islam merupakan proses mendekatkan manusia pada tingkat kesempurnaan dan mengembangkan kemampuannya dipandu ideologi Islam.

Islam merupakan sebuah sistem yang memberikan solusi terhadap berbagai problematika yang dihadapi manusia. Setiap solusi yang disajikan Islam secara pasti selaras dengan fitrah manusia, termasuk masalah pendidikan. Pendidikan merupakan kekuasaan asasi yang wajib dirasakan oleh rakyat. Pendidikan termasuk pelayanan umum dan kemaslahatan hidup terpenting. Negara merupakan pihak yang berkewajiban mewujudkan pemenuhannya untuk seluruh rakyatnya. Islam telah menetapkan bahwa yang akan menjamin kebutuhan pendidikan adalah negara. Pendidikan ini adalah hak bagi semua rakyat baik kaya maupun miskin, muslim maupun non muslim. Baitul Maal akan menanggung pembiayannya. 

Berdasarkan sirah Nabi SAW, dan tarikh Daulah Khilafah Islam negara wajib memberikan jaminan pendidikan secara gratis dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi dengan fasilitas (sarana dan prasarana) yang disediakan negara. Sistem pendidikan yang bebas biaya tersebut berdasarkan ijma’ shahabat yang memberi gaji kepada para pendidik dari Baitul Maal dengan jumlah tertentu. 

Contoh praktisnya adalah Madrasah Al Muntashiriah yang didirikan khalifah Al Muntahsir di kota Baghdad. Pada sekolah ini setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar (4,25 gram emas). Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh negara. Selain kesejahteraan siswa, kesejahteraan guru sebagai pendidikan juga diperhatikan oleh negara. Ad Damsyiqi mengisahkan dari Al Wadliyah bin atha’ bahwa khalifah Umar bin Khatab memberikan gajo kepada tiga orang guru yang mengajar anak-anak di Madinah masing-masing sebesar 15 dinar emas setiap bulan (1 dinar = 4,25 gram emas).

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.