17 Mei 2024

Oleh: Sabrina

Dimensi.id-“Senjata utama kita bukanlah senapan kita, melainkan keyakinan kita. Nilai-nilai kita bukanlah nilai-nilai Barat. Nilai-nilai itu ialah nilai-nilai semangat kemanusiaan yang universal dan di manapun, kapanpun rakyat biasa diberi kesempatan untuk memilih, dan pilihannya sama, kebebasan bukan tirani.” Cuplikan pidato Tony Blair di depan Kongres AS. (Javed, Freedom : A western Expert, 2004).

Termasuk kita tidak lupa pidato Presiden AS George Bush yang terkenal dengan frase “you’re either with us or againts us (bersama kami atau melawan kami)”. Masalahnya adalah apa yang diyakini Barat merupakan sesuatu yang semu, dan melempar segala kesalahan kepada Islam. Islam dijadikan common enemy (musuh bersama) dalam Islamophobia.

Di saat wabah Virus Corona masih menjadi fokus warga yang melanda dunia. Hampir semua orang sedang berjibaku melawan Virus agar tidak tertular, ada yang sedang bertahan dalam masa pengobatan, banyak yang sudah meregang nyawa akibat Covid-19.

Dan tidak terhitung banyaknya usaha berjuang agar pandemi ini segera berakhir. Namun, lain halnya situasi kondisi ini malah dibuat keruh oleh kelompok-kelompok sayap kanan di berbagai negara.

Mereka menggunakan momen Corona untuk menyerang umat Islam, hingga memicu Islamofobia dengan rumor dan hoaks. Seperti yang ada pada laman berita today.line bahwa peristiwa ini terjadi tidak hanya di negara Barat seperti Inggris dan Amerika Serikat, tapi juga di Asia, tepatnya di India.

Dilansir dari republika, di negara Inggris, polisi kontraterorisme telah menyelidiki puluhan kelompok sayap kanan yang dituduh memicu insiden anti-Muslim selama beberapa pekan terakhir. Sementara di Amerika Serikat, situs website sayap kanan telah menyebarkan propaganda anti-Muslim secara daring.

Seperti diberitakan Huffington Post, kelompok supremasi kulit putih AS menghembuskan rumor bahwa lockdown di kota-kota AS akan dicabut menjelang Ramadhan agar Muslim bisa ibadah di masjid. Padahal, kata mereka, gereja-gereja saja ditutup saat Paskah. Adapun di India, para ekstrimis menyalahkan seluruh populasi Muslim di negara itu. Ekstrimis mengklaim muslim sengaja menyebarkan virus melalui “corona-jihad”.

Apa yang dilakukan pihak-pihak pembenci Islam ini sungguh tak layak dibenarkan. Di saat dunia fokus mengatasi wabah virus corona, justru mereka memanfaatkan situasi tersebut untuk memunculkan kembali kebencian terhadap kaum muslim.

Mereka beranggapan kegiatan ibadah kaum muslim di masjid menjadi pemicu penularan virus. Padahal virus ini muncul bermula dari pola makan yang abnormal yakni memakan hewan yang justru di dalam ajaran Islam termasuk hewan haram untuk dimakan. Sebagaimana yang terjadi pertama kali di Wuhan,  Cina.

Islamofobia adalah penyakit akut pada masyarakat sekuler yang mengkampanyekan antidiskriminasi dan kesetaraan. Faktanya, selalu muncul kasus-kasus Islamofobia yang dilakukan oleh kelompok yang terorganisir bahkan menjadi bahan kampanye para politisi. Ini menjadi bukti kerusakan masyarakat sekuler dan kegagalan sistem kapitalis menciptakan integrasi serta keharmonisan di tengah masyarakat.

Semakin ke sini fenomena maraknya lslamophobia adalah akibat dari kebencian dan ketakutan Barat terhadap Islam dan untuk mencegah kebangkitan kaum muslimin.

Secara fakta mereka melihat perkembangan lslam yang sangat pesat baik di dunia Eropa yang dibuktikan dengan bertambah banyaknya kaum non muslim yang memutuskan untuk memeluk lslam dani geliat persatuan umat Islam diseluruh penjuru negeri muslim.

Namun apa yang dilakukan para pembenci Islam telah gagal. Semakin Islamophobia dihembuskan, Islam semakin diperhatikan. Banyak pihak yang membela dan mendapatkan tempat di hati umat.

Di saat pandemi ini, Allah menunjukkan buruknya sistem kehidupan sekularisme. Apa yang menimpa kaum Muslim di Inggris, Amerika Serikat dan India merupakan bukti sekularisme gagal memberikan keharmonisan di masyarakat.

Seharusnya wabah Corona dapat memberikan banyak pelajaran bagi kita. Bala’ bencana tidak bisa lepas dari kemaksiatan manusia, karenanya semuanya harus bertaubat.

Meninggalkan perkara yang diharamkan Allah Swt dan melaksanakan perintah Allah Swt. Semua perkara dosa bisa menyebabkan bencana bagi manusia. Dan bencana sendiri merupakan ujian Allah Swt, untuk itu kita harus bersabar.

Allah Swt menurunkan syariah Islam untuk menghadapi berbagai wabah yang seharusnya menjadi pedoman kita. Sehingga kita tidak cukup dengan bertaubat, bersabar, tetapi juga harus berikhtiar untuk menghindari, mengobati, dan menghilangkan penyakit. Rasulullah saw juga memerintahkan kepada kita untuk tidak dekat-dekat atau melihat orang yang mengidap penyakit kusta atau lepra.

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda “Jangan kamu terus menerus melihat orang yang mengidap penyakit kusta (HR Bukhari). Bahkan Rasulullah bersabda “Jauhilah penyakit kusta sebagaimana engkau lari dari kejaran singa (HR Ahmad).

Rasulullah saw juga memperingatkan umatnya untuk melakukan isolasi atau lockdown jika terjadi wabah di suatu tempat. Rasulullah saw juga bersabda ”Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempatmu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu (HR Bukhari).

Semua upaya dan ikhtiar itu dilakukan tanpa mengurangi sedikit pun keyakinan tentang qadha dan qadar Allah Swt. Juga keyakinan tidak ada satu pun yang menimpa di bumi ini kecuali dengan izin-Nya, sebagaimana firman Allah, “Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah(QS al-Taghabun [64] :11). Artinya kita tidak boleh paranoid, panik, ketakutan berlebihan tanpa alasan yang jelas.

Lebih dari itu, untuk menyelesaikan dan memperbaiki berbagai problem kehidupan masyarakat akibat gaya hidup sekuler-liberal, yang harus dilakukan adalah dengan kembali kepada jalan Islam.  Yaitu menerapkan syariah Islam secara kaffah. Inilah sesungguhnya yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab umat Islam yang harus segera diwujudkan di tengah-tengah kehidupan.

Umat Islam tidak memerlukan parameter, indeks dan ukuran-ukuran lain, cukup aqidah dan syariah Islam yang menjadi ukuran dan pegangan hidupnya. Maka dari itu, sudah saatnya seluruh kaum Muslim di dunia bersatu melawan virus Islamophobia dan virus corona ini dengan menguatkan iman dan imun di kala pandemi. Serta tetap memperjuangkan tegaknya kembali sistem Islam. Semoga Allah menghilangkan kedua wabah virus ini dan kehidupan Islam kembali diterapkan. Wallahu a’lam Bishawab.

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.