29 Maret 2024
Krisis Adab
56 / 100

Dimensi.id-Sedih rasanya kita melihat perkembangan generasi muda saat ini. Sekumpulan pelajar SMA di Tapanuli menendang seorang nenek yang sudah tua hingga mental. Sebelumnya beberapa pelajar SMP mem-bully kawannya di dalam kelas dengan ramai-ramai memukuli dan menendang kepala korban hingga pingsan. Astaghfirullah.

Perilaku bejat generasi muda seperti ini bukan kali ini saja. Sering terjadi dan terus berulang. Inilah fakta di depan mata kita. Pertanyaannya, inikah hasil didikan Islam? Jawabnya: tentu bukan! Fakta menunjukkan, pengajaran Islam justru semakin dijauhkan. Kita, Anda, Sekolah dan masyarakat malah ditakut-takuti dengan isu ‘Islam radikal’ di kalangan pelajar. Mereka yang lebay dan jauh dari agama malah diberi panggung, namanya ditenarkan, dan aksi-aksi mereka diberi ruang.

Waspadalah, krisis adab yang melanda remaja dan pelajar Indonesia tercermin dari semakin banyaknya perilaku amoral dari sebagian mereka. Sebagian mereka terbiasa dengan kata-kata umpatan dan kasar, melawan orangtua dan guru, melakukan perundungan (bullying). Bahkan ada yang berani melakukan tindak kriminalitas seperti tawuran, pencurian, perampokan, pemerkosaan dan pembunuhan.

Data hasil riset Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 menunjukkan murid yang mengaku pernah mengalami perundungan (bullying) di Indonesia sebanyak 41,1%. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi kelima tertinggi dari 78 negara sebagai negara yang murid sekolahnya paling banyak mengalami perundungan.

Di tingkat nasional, pada tahun 2018 KPAI melaporkan bahwa 84% pelajar mengalami kekerasan di lingkungan sekolah. Badan Narkotika Nasional (BNN) juga melaporkan hasil survei bahwa ada 2,3 juta pelajar yang mengkonsumsi narkoba. Tidak sedikit pula pelajar putri yang menjalankan profesi sebagai PSK. Bahkan ada pelajar yang malah menjadi mucikari dengan menawarkan teman-temannya kepada para lelaki hidung belang.

Sedihnya lagi, krisis adab ini bukan hanya terjadi di lingkungan sekolah umum, tetapi hingga ke dunia pesantren. Ada santri tewas karena dianiaya kakak kelasnya. Di tempat lain ada beberapa santri tega membakar adik kelasnya karena motif balas dendam.

Semua fakta itu adalah buah sistem pendidikan sekuler. Anak didik dijauhkan dari agama. Adab-adab Islam tak diajarkan, kecuali hanya sekedar Ilmu Pengetahuan demi meraih nilai ujian.

Ini semua bukan tanpa sengaja. Kerusakan itu dibuat dan direncanakan. Lihatlah Peta Jalan Pendidikan 2020-2035 yang kini tengah digodok Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Frasa agama dihilangkan. Kalau agama dihilangkan, apa patokan mendidik generasi muda kita?

Beberapa waktu lalu, guru yang menasehati siswinya untuk berjilbab malah terancam dipecat. Sementara kampanye deradikalisme disemarakkan di semua level pendidikan. Mau dibawa kemana negeri ini?

Islam adalah satu-satunya agama yang dapat mengubah masyarakat jahiliah (yang percaya syirik, tahayul, khurafat; biasa berzina, minuman keras, riba, dsb) menjadi masyarakat yang berperadaban unggul dan berakhlak mulia. Inilah realita yang digambarkan oleh al-Quran:

الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

Alif Laam Raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa dan Maha Terpuji (TQS Ibrahim [14] : 1).

Islam berhasil mencetak masyarakat yang semula ummiy (tidak bisa membaca dan menulis) menjadi cendekiawan di berbagai bidang. Selain melahirkan ulama ilmu-ilmu keislaman, peradaban Islam juga melahirkan para ilmuwan di bidang kedokteran, fisika, farmasi, teknik, matematika, kimia, militer, dsb. Nama-nama ilmuwan seperti Ibnu Khaldun dalam ilmu sosiologi, al-Khawarizmi dalam matematika, az-Zahrawi dalam ilmu kedokteran, terus dikenang sampai sekarang.

Apa kunci keberhasilan sistem pendidikan Islam? Pertama, menjadikan akidah Islam/keimanan sebagai dasar pendidikan. Setiap ilmu yang dipelajari menjadikan mereka semakin beriman dan bertakwa.

Kedua, mempunyai tujuan yang jelas, yaitu mencetak kepribadian Islam (syakhsiyyah islâmiyyah). Bukan untuk mencetak para pekerja di dunia industri atau menjadi para pengusaha. Kelak mereka diarahkan menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan beragam untuk berkontribusi bagi umat. Nabi saw. bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya (HR Ahmad).

Para pelajar dibentuk pola pikir dan pola sikapnya agar senantiasa selaras dengan Islam. Untuk itu pengajaran Islam diberikan kepada mereka bukan untuk menjadi hapalan atau teori semata, tetapi untuk menjadi petunjuk kehidupan yang praktis/amaliah.

Ketiga, saat ada pelanggaran atau tindak kriminal, negara akan menerapkan hukum yang tegas kepada pelakunya. Termasuk para remaja, mereka yang sudah baligh diperlakukan sama dengan orang dewasa. Yang belum baligh, tugas orang tuanya untuk mendidik dan menasehatinya.

Saatnya kita menyelamatkan para remaja dan pelajar dari krisis adab/akhlak. Mereka adalah harapan masa depan umat ini. “Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan.” Jangan biarkan anak-anak muda umat ini terperosok ke dalam kubangan lumpur sekularisme yang telah nyata merusak akhlak mereka.

Ketahuilah, hanya Islam satu-satunya solusi yang akan memperbaiki akhlak para remaja dan pelajar. Karena itu mari kita menjadikan Islam sebagai solusi total kehidupan.

WalLâhu a’lam bi ash­shawwâb. [Dms]

Penulis : Risqia Rahmi

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.