23 April 2024
Transportasi

Sejumlah bus AKAP menunggu penumpang di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Minggu (4/9/2022). Menurut salah satu petugas, harga tiket BUS Akap mengalami peningkatan hingga 25 persen seiring dengan penyesuaian harga BBM oleh pemerintah. FOTO: SALMAN TOYIBI/JAWA POS

68 / 100

 

Dari segala penjuru mengalir ke kota
Rakyat desa berpakaian baru serba indah
Setahun sekali ke kota naik bis kerek
Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore
Akibatnya tenteng slop sepatu teropeh
Kakinya pada lecet babak belur berabe

Idul Fitri oleh Gita Gutawa

Dimensi.id-Masih tersisa beberapa hari menjelang idul fitri. Tapi nuansa libur lebaran sudah mulai terasa. Apalagi anak-anak juga sudah libur sekolah. Banyak orang yang sudah melakukan mudik lebaran.

Seni Mudik Lebaran

Mudik lebaran jadi momen yang dinantikan apalagi bagi para pejuang rantauan. Setahun sekali berkumpul bersama sanak saudara yang terpisah jarak dan waktu. Sungguh momen yang menghangatkan.

Namun, sebelum berkumpul bersama keluarga, perjalanan mudik menjadi satu peristiwa yang harus dilakukan. Mulai dari berburu tiket moda transportasi dari jauh hari, sampai menikmati kemacetan luar biasa selama perjalanan mudik. Keluarga di tempat tujuan pun tak kalah khawatir akan keselamatan keluarga yang sedang dalam perjalanan. Sebagaimana yang kita ketahui bersama mudik bukan hanya identik dengan macet, tapi juga kecelakaan lalu lintasnya. Belum lagi kejahatan selama perjalanan jika menggunakan transportasi umum. Do’a senantiasa dilantunkan agar selamat sampai tempat tujuan.

Inilah seni mudik lebaran kata orang. Tapi, apakah ini sesuatu yang dibenarkan? Dilumrahkan? Padahal rakyat senantiasa merasa tak aman dan tak nyaman.

Lesunya Pelayanan Transportasi

Walau terjadi berulang kali, tapi tetap saja tak terlihat keseriusan dalam pelayanan transportasi. Perbaikan jalan yang ngebut dan asal jadi, harga tiket yang melambung tinggi terjadi setiap tahun. Betul, jalur tol transpulau kian banyak, namun justru jalan tol rawan makan korban karena jaraknya yang terlalu panjang, tetapi minim sarana peristirahatan di titik-titik tertentu.

Inilah potret Buram penerapan kapitalisme. Dimana yang digunakan antara penguasa dan rakyat adalah kacamata untung dan rugi. Sehingga Cuan jadi landasan untuk beraksi. Jika menguntungkan bagi penguasa akan dilakukan, sebaliknya jika tidak menguntungkan walau berkenaan dengan hajat hidup orang banyak, tidak akan dilakukan dengan berbagai dalil pembenaran.

Belum lagi budaya korupsi yang sudah mengakar di berbagai lini. Pengadaan infrastruktur pun tak terelakkan untuk dikorupsi. Seperti dilansir dari situs koran jakarta (14/4/2023), tim penyidik KPK pada Kamis (13/4) mengumumkan penetapan 10 orang tersangka dalam kasus dugaan korupsi penerimaan suap terkait proyek pembangunan dan pemeliharaan jalur kereta api di lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan termasuk Proyek Pembangunan Jalur Kereta Api di Makassar Sulawesi Selatan.

Wajar jika hingga kini transportasi Aman dan nyaman masih sebatas impian. Karena fakta di lapangan demikian mengenaskan.

Islam sebagai Dien yang Allah turunkan ke muka bumi bukan hanya mengurusi sholat, puasa dan zakat. Tapi, mengurusi semua problematika kehidupan, termasuk transportasi. Dalam Islam, hubungan antara penguasa dan rakyat adalah pengabdian. Dimana penguasa sebagai pelayan umat yang mengurusi semua urusan kehidupan umat, termasuk urusan mudik dan transportasi.

Maka, Islam memandang urusan transportasi ini bukan urusan tahunan. Tapi, pengadaan yang optimal harus dilakukan setiap saat, apalagi jika mudik lebaran. Karena islam paham bahwa mudik adalah pelaksanaan salah satu syariat Allah yakni birrul walidain dan silaturahmi. Maka, penguasa dalam Islam akan optimal menyediakan transportasi yang aman dan nyaman dengan landasan keimanan dan pelaksanaan syariat Allah.

Mulai dari pengadaan infrastruktur yang terjamin kualitasnya bukan proyek asal kebut yang cepat rusak seperti saat ini. Hal ini dilakukan karena menyadari keamanan dan nyawa yang jadi taruhannya. Sebagaimana kisah Umar bin Khattab yang khawatir jika ada keledai terperosok ke dalam lubang saat masa jabatannya.

Baca Juga Kilang Minyak

Sang amirul mukminin berkata, “Seandainya seekor keledai terperosok ke sungai di kota Baghdad, nicaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya dan ditanya, ‘Mengapa engkau tidak meratakan jalan untuknya?’.”

Beliau yang berada di pusat pemerintahan, Madinah, dengan keterbatasan komunikasi dan transportasi terpikirkan akan nasib hewan di daerah lain, Bagdadh. Jika nasib hewan saja begitu diperhatikan dalam Islam, apalagi manusia. Maka, infrastruktur yang aman akan diadakan secara optimal. Transportasi yang aman, nyaman juga terjangkau pun akan turut disediakan.

Bukan hanya teori, tapi islam pun telah menyediakan pos dana bagi pengadaan transportasi dan infrastruktur yang aman dan nyaman. Dalam islam, ada konsep kepemilikan umum, dimana sumber daya alam yang termasuk kepemilikan umum ini, yakni air, api dan padang gembalaan adalah milik umat. Semua yang termasuk dalam kepemilikan umum akan diolah oleh negara dan hasilnya dikembalikan untuk kepentingan rakyat seluruhnya. Salah satunya digunakan untuk pengadaan transportasi dan infrastruktur yang aman dan nyaman juga terjangkau.

Begitulah seharusnya transportasi diadakan bagi rakyat sehingga mudik lebaran benar-benar terasa sebagai buah takwa paska Ramadan. Wallahua’lam bish shawab.

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.