11 Desember 2023

Sobat, Sungguh Indah hidup ini jika bisa merasakan manisnya iman, nikmat Allah yang luar biasa hanya untuk orang-orang yang memiliki iman tidak hanya terucap dari mulutnya tapi juga menancap kuat di dalam hatinya. Manisnya iman adalah nikmat hakiki yang dirasakan seseorang meskipun hidup dalam kekurangan secara materi.

Tidak pula terkenal dan memiliki jabatan tinggi sehingga dihormati
banyak orang, tapi dengan manisnya iman, seseorang bisa merasakan kebahagiaan hakiki terlepas apapun kondisi yang melingkupi hidupnya.

Nikmat ini sungguh nyata dan nikmat tertinggi bagi orang yang bertaqwa dan bagi siapa saja yang dekat dengan Allah. Kebahagiaan hakiki akan dirasakan oleh orang-orang yang bisa merasakan manisnya iman, bukan kebahagian semu yang diukur dengan materi dan apa saja yang dimiliki seseorang di dunia ini.

Sering orang tertipu dengan perhiasan dunia, semakin dikejar semakin menjauh dan semakin banyak materi yang didapat semakin merasa kurang dan tidak bahagia, karena kebahagiaan sesunggunya tidak bisa diukur dengan materi, gemerlapnya dunia dan apa yang terlihat oleh penglihatan manusia.

Sering mereka yang terlihat bahagia dengan limpahan harta benda ternyata hatinya kosong dan tidak merasakan kebahagian. Sebaliknya orang yang terlihat kekurangan secara materi ternyata merasakan kebahagiaan karena bisa merasakan manisnya iman.

Bagamana kita bisa merasakan nikmatnya iman?

Pertama

Mencintai Allah dan rasulNya melebihi apapun yang ada di dunia bahkan
melebihi rasa cinta pada diri sendiri jika ingin merasakan nikmatnya iman.

Disebutkan di dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia”.

Mencintai Allah dan rasulNya harus dibuktikan dengan keberanian menyampaikan Islam apa adanya, dan tidak menyembunyikan kebenaran Islam dan juga identitas sebagai seorang muslim sejati.

Marah dan tidak terima saat rasullulah dan risalahNya dinistakan adalah bukti rasa cinta bukan diam dan tidak perduli. Menempuh jalan dakwah yang tidak mudah, mendaki dan terjal adalah bukti bahwa kita mencintai Allah dan rasulNya.

Membela agama Allah dan memperjuangkan Islam di jalan dakwah harus dilakukan untuk membuktikan bahwa kita sungguh cinta dengan Allah dan rasulNya melebihi apapun di dunia ini.


Meskipun terkadang kita tidak sepaham dengan apa yang disampaikan atau
dicontohkan rasulullah kita harus meninggalkan pemahaman kita yang lemah dan lebih memilih ajaran Islam yang lurus dan mulia.

Dan bahkan meskipun jika ajaran Islam, sebagai contoh khilafah bertentangan dengan pemahaman kebanyakan umat saat ini, kita harus berpegang teguh pada ajaran Islam secara kaffah sebagai bukti cinta kita pada Allah dan rasulNya.

Kedua

Mencintai manusia karena Allah. Cinta dalam ikatan aqidah harus
terbangun ibarat satu tubuh. Kita akan merasakan sakit saat ada saudara kita
terdzalimi dan disakiti meskipun mereka tidak dalam satu nation state yang sama.


Sebaliknya ikut senang ketika saudara kita mendapatkan kebahagiaan. Saat
saudaranya yang dicintai salah, dia akan tergerak untuk mengingatka karena terdorong rasa cinta meskipun sering tidak mendapatkan perlakuan yang baik.

Dia tidak rela jika saudara tersesat memilih jalan yang salah. Saat ada saudaranya dalam masalah dia akan siap untuk membantu. Orang yang bisa mencintai manusia karena Allah akan bisa merasakan manisnya iman dan mendapatkan kebahagian hakiki jauh dari penyakit hati yang membuat seseorang sakit hati dan tidak bahagia.

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
“Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketiga

Taubatan nasuhah harus dilakukan setelah menyadari kesalahannya. Kemudian membenci kemaksiatan yang pernah dilakukan dengan kesungguhan hati dan usaha maksimal untuk tidak mengulanginya lagi. Manusia tidak luput dari salah dan khilaf, dan Allah mengampuni orang -orang yang mau bertaubat dengan taubatan nasuhah karena Allah adalah Maha Penerima Taubat.

Taubat yang jujur, yang didasari atas tekad yang kuat, yang menghapus kejelekan-kejelekan di masa silam, yang menghimpun dan mengentaskan pelakunya dari kehinaan”. Orang-orang yang bertaubat dengan taubatan nasuhah yang akan merasakan manisnya iman.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada tiga perkara yang apabila
perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu

(1) hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya.

(2) Apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah.

(3) Ia tidak suka untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagai- mana ia tidak mau untuk dilemparkan ke dalam api.”

Penulis : Moch. Efendi

Editor : Azkabaik

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.