28 Maret 2024
rindu
58 / 100

Ratih masih berkeliling menyusuri kehidupan kolong jembatan. Hatinya merasa teriris melihat anak-anak tak bersekolah dan dalam kondisi yang memprihatinkan. Namun ia tak dapat berbuat banyak.

Kemiskinan telah melanda sebagian besar masyarakat kota ini. Meskipun pemerintah mengklaim bahwa penghasilan 20 ribu perhari tidak masuk kategori miskin. Faktanya dana segitu tidak akan cukup untuk membiayai hidup saat ini.

Terlebih lagi ketika semua bahan pokok meningkat. Usai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. Ditengah-tengah pengamatan Ratih. Tiba-tiba seseorang menarik bajunya.

“Kak, minta uang. Buat makan,” ucap seorang anak perempuan balita.

Tak lama rombongan anak kecil dengan berbagai usia datang menghampiri Ratih. Mereka meminta hal yang sama. Ratih kebingungan. Hingga seorang ibu berhasil mengusir anak-anak kecil tersebut.

“Maaf ya Mbak. Mbaknya kesini ada perlu apa?”, tanya ibu dengan rambut disanggul.

“Maaf jika saya mengganggu. Saya hanya ingin melihat kondisi masyarakat disekitar sini. Saya mahasiswi di kota ini,” jawab Ratih.

Ibu itu tersenyum. Lalu mengajak Ratih duduk. Ibu itu berbincang banyak hal dengan Ratih. Tentu saja yang berkaitan dengan masyarakat dilingkungan tersebut.

Berkat bu Lastri, begitulah nama ibu tersebut. Ratih merasa tugas penelitiannya menjadi semakin mudah. Ia jadi tahu, bagaimana kondisi ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang ada di masyarakat tersebut.

Sebelum Ratih pamit pulang, ia melihat mata bu Lastri berkaca seakan berharap akan suatu hal. Ratih lantas memberikan selembar uang 50 ribu yang ada di sakunya. Bu Lastri yang girang mengucapkan terima kasih kepada Ratih.

Ratih tersenyum dan mengucapkan terima kasih yang sama kepada bu Lastri. Ia berpikir bahwa ia memang tidak dapat menyelesaikan masalah kompleks masyarakat saat ini. Namun ia bertekad akan menuliskan semua keluhan mereka berharap pemerintah kota akan memperhatikan mereka.

Ratih pulang dengan segudang tanda tanya. Ada apa yang salah dengan negeri ini? Apakah semua masalah hanya karena kesalahan manusia yang melakukan kesalahan? Atau mungkin ada kesalahan dari penerapan sistem yang ada?

Ratih lantas membaca berbagai referensi. Ditengah pencariannya di media sosial, ia melihat tulisan yang menggerakkan hatinya. Sebuah tulisan yang menceritakan keagungan kehidupan agamanya yakni Islam.

Ratih lantas membuka link tulisan tersebut. Ia membaca dengan seksama. Ia kagum akan kemuliaan hidup yang dulu diraih oleh umat Islam. Kemuliaan yang diraih dengan penerapan syariat Islam.

Ratih lantas mencari solusi permasalahan yang dikaitkan dengan Islam. Ia kembali kagum. Karena Islam merupakan pandangan hidup yang utuh yang dapat menyelesaikan semua masalah manusia.

Ratih juga membaca bahwa kemuliaan itu akan dapat diraih kembali ketika Islam kembali diterapkan dalam kehidupan saat ini. Memang berat rasanya. Namun keyakinan akan janji Allah membuat optimis Ratih pun bangkit.

Ratih semakin larut akan solusi Islam yang ditawarkan. Pandangannya melayang kepada kondisi masa lalu saat Islam berjaya. Saat Islam berhasil ada di dua pertiga wilayah dunia. Ratih juga merasa rindu akan kehidupan masa silam.

Padahal, ia tidak pernah hidup pada masa itu. Namun gambaran nyata akan kehidupan Islam membuat Ratih tergoda untuk menyebarkan hal itu kepada masyarakat. Hatinya sangat rindu untuk mendapatkan kehidupan yang layak, tenang dan damai. Seperti hal yang ia rasakan ketika ia sedang mendekatkan diri kepada Allah saat ibadah malam ia tegakkan. [Dms]

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.