28 Maret 2024
Remaja
73 / 100

Dimensi.id-Sungguh miris, menyaksikan remaja saat ini yang tidak punya adab, bersikap tidak sopan, berkata-kata kasar dan bahkan berani menendang orang tua tanpa ada perasaan bersalah. Inikah buah dari moderasi yang ingin menjauhkan agama dari kehidupan. Muslim tapi berfikirnya sekuler sehingga menolak diatur dengan Islam. Saat anak bersikap kurang ajar dan tidak tahu tata krama baru kita gusar.

Semua terjadi karena mereka dijauhkan dari ajaran Islam yang lurus dan mulia sehingga terbentuklah seorang remaja yang berkepribadian ganda. Baik dihadapan orang yang ditakuti, tapi kurang ajar, tidak tahu sopan santun saat berinteraksi dengan orang yang dianggap lemah.

Kebaikan bukan diukur dari standar hukum Syara’ tapi lebih pada nilai manfaat. Kesuksesan dinilai dari nilai materi yang diperoleh bukan dari perubahan perilaku yang rendah menjadi luhur dengan mengikuti ajaran Islam yang lurus dan mulia. Lalu salah siapa sehingga terbentuk remaja yang kurang ajar, tidak tahu sopan santun dan adab.

Pertama

Orang tua yang terpapar pemikiran sekuker tidak akan mampu menyiapkan anak dengan akidah yang kuat dan pemahaman cemerlang. Membentuk pemahaman anak tidak bisa instan, menggunakan kekerasan atau paksaan.

Orang tua harus bisa memahami generasi saat ini, bukan terus menyalahkan. Pemahaman mereka perlahan harus dibentuk dengan Islam. Ajak mereka berfikir sampai terbentuklah pemikiran yang cemerlang, sehingga mereka memiliki kepribadian Islam, pola sikap dan pola pikir islami.

Jangan salah dalam menilai Kesuksesan seperti dalam pemahaman kapitalisme. indikatornya hanya materi yang mampu diraihnya. Merasa bangga anak mampu berprestasi dengan nilai akademik yang memuaskan, tapi bersikap biasa saja saat anak mampu menjalankan kewajiban sebagai muslim sejati.

Orang tua yang berfikir sekuler lupa membentengi anak dengan nilai-nilai agama. Kebutuhan hidup terpenuhi bahkan secara tidak sadar mengajarkan mereka gaya hidup mewah. Anak kehilangan rasa empaty, tidak perduli dan peka dengan apa yang ada di sekitarnya.

Enggan membantu sesama tapi suka mumbully, mentertawakan orang lain yang sedang dalam kesulitan. Miris, menyaksikan pelajar yang tega menendang seorang nenek yang sedang membutuhkan bantuan. Bukannya menolong malah, mentertawakan saat menyaksikan perempuan tua itu tersungkur ke tanah. Sosok remaja yang kehilangan jati dirinya sebagai muslim sejati, dan tidak pula tahu bagaimana harus bersikap sebagai remaja yang beradab.

Kedua

Agama dalam sekolah hanya diajarkan sebagai pengetahuan, bukan nilai-nilai yang harus diterapkan dalam kehidupan. Terlebih gencarnya moderasi yang ingin menghilangkan peran agama dari kehidupan. Kepribadian Islam yang khas pada remaja Muslim dihilangkan dan diganti dengan kepribadian ganda dengan pemikiran sekuler.

Padahal kepribadian Islam adalah benteng terakhir anak agar tidak terpengaruh keburukan dari sistem yang buruk. Mudahnya anak meniru dari apa yang mereka saksikan di sosial media dan pengaruh dari lingkungan yang buruk karena mereka tidak memiliki benteng yang kuat akidah dan akhlak yang mulia. Mereka enggan diatur dengan Islam, karena mereka sudah terpapar dengan sekularisme yang merupakan buah dari ajaran moderasi.

Anak kurang ajar dan tidak punya adab kepada orang yang lebih tua seperti yang kita saksikan dalam sebuah video viral, anak sekolah marah-marah pada bapak polisi dan bahkan berani mengumpat dengan kata-kata kasar yang tidak pantas adalah akibat dari gencarnya moderasi di sekolah. Oleh karena itu, peran aktif dari guru muslim untuk bisa mengajarkan anak didiknya dengan nila-nilai Islam agar mereka memiliki pemikiran cemerlang dan perilaku yang baik ketika berinteraksi dengan siapapun di tengah masyarakat.

Ketiga

Masyarakat dan lingkungan sekuler membentuk kepribadian anak yang tidak beradab. Remaja yang tidak mau diatur dengan Islam, sehingga perilakunya sering kurang ajar. Perilaku menyimpang dan nyleneh seolah dianggap biasa, sementara mereka yang militan dalam beragama dengan menunjukan identitasnya sebagai muslim sejati dicurigai terpapar bibit-bibit radikalisme.

Berzina pun tidak apa-apa selama dilakukan suka sama suka. Sementara, mereka yang bangga dengan keislamannya, dan identitasnya sebagai muslim sejati diawasi dan ditakut-takuti. Padahal, mereka adalah muslim sejati dengan akhkak yang mulia yang bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik dengan Islam.

Keempat

Negara sekuler sungguh tidak bersahabat dengan remaja hebat berkepribadian Islam. Tudingan radikal, intoleran, anti kebhinekaan bahkan makar dan teroris terus dihembuskan pada mereka yang militan dalam beragama. Mereka coba dipisahkan dari agamanya.

Beragama tidak boleh kaffah. Padahal, mereka tidak pernah melakukan kerusakan tapi terus diframming sebagai radikal. Mereka berperilaku baik dan punya adab, tapi dituduh terpapar bibit radikalisme. Sebaliknya, remaja yang menyimpang dibiarkan dan dipelihara sebagai bentuk kebebasan berekspresi. Jadi tidak usah terkejut saat anak kita bersikap kurang ajar. Dan tak usah heran saat mereka tidak tahu adab.

Untuk mewujudkan generasi unggul, berkepribadian Islam dengan pemikiran cemerlang dan berperilaku mulia dibutuhkan sinergi antara orang tua, sekolah, masyarakat dan negara. Tugas berat orang tua untuk membangun akidah yang kokoh, mengingat sistem yang diterapkan bukan sistem Islam.

Sistem demokrasi sekuler mencoba menghilangkan unsur agama dari kehidupan, sehingga kita hanya bisa berharap dari keluarga muslim untuk mendidik generasi muslim dengan akidah yang kuat dan pemikiran cemerlang dengan Islam.

Kita juga berharap dari guru-guru kita yang masih memiliki kesadaran untuk membangun generasi unggul yang kokoh yang bergerak ditengah masyarakat untuk membawa perubahan dengan terus menyeru kebenaran hakiki yang bersumber dari ajaran yang lurus dan mulia.

Semoga kita semua tidak lelah untuk menyiapkan generasi cemerlang yang merupakan calon pemimpin masa depan untuk membawa perubahan hakiki dengan Islam, sampai Allah merubah sistem demokrasi yang sekuler dengan sistem Islam yang akan menjamin diterapkannya Islam secara kaffah untuk mewujudkan kehidupan Islami yang menjadi alasan terbukanya pintu berkah dari langit dan bumi karena penduduk suatu negeri yang beriman dan bertaqwa. [Dms]

Penulis : Mochamad Efendi

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.