25 April 2024
69 / 100

 

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan, dituduh subversif dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata: lawan! – Widji Thukul

Kritik merupakan suatu hal yang bisa jadi dirindukan oleh mereka yang ingin berbuat lebih baik. Mau mendengar aspirasi murni orang lain. Tapi, bagi mereka yang hanya ingin pujian, kritik bagaikan racun mematikan yang harus dibungkam dengan segala cara. Seperti kisah di negeri ini.

Kritik Pemerintah

Seorang tiktokers asal Lampung, Bima dengan nama akun Awbimax Reborn viral setelah mengkritik pemerintah Lampung. Di videonya, ia mempresentasikan alasan “Kenapa Lampung Gak Maju-Maju”. Bima menyoroti aspek infrastruktur, proyek Kota Baru, pendidikan, tata kelola birokrasi, pertanian, dan tingkat kriminalitas.

Tak hanya di Lampung, beredar luas di media sosial kondisi infrastruktur Pekanbaru yang memprihatinkan. Banyak lubang dan bebatuan yang membahayakan pengguna jalan. Hingga akhirnya salah seorang warga berinisiatif memperbaiki jalan tersebut dengan uang pribadinya.

“Selamat siang bosku, hari ini kegiatan nimbun jalan pakai duit pribadi untuk kepentingan rakyat. Bukan pakai duit dari rakyat untuk kepentingan pribadi,” kata Bambang dalam video viral itu.

Dilansir dari laman kompas, seorang pemuda yang juga pengusaha, Bambang, kembali memperbaiki jalan rusak dengan cara dicor menggunakan uang pribadi di Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (4/4/2023) pagi. Bambang membawa lima orang karyawannya yang bekerja di klinik perawatan mobil miliknya untuk mengecor jalan bersama.

Sampai saat ini, sudah tiga titik yang dicor olehnya. Bambang berharap bisa mengecor jalan rusak lainnya. Mengingat pentingnya infrastruktur bagi rakyat.

Mendapat Ancaman

Walau beda daerah, tapi baik Bima atau Bambang mengakui sama-sama mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Bambang mengaku salah satu rukonya dilempari palu oleh orang tidak dikenal. Sehingga kaca di klinik mobilnya pecah.

Sementara Bima, yang tengah belajar di Australia mengaku dirinya dipadukan oleh seorang advokat ke pihak kepolisian. Tak hanya itu, Bima juga mengaku bahwa ibunya didatangi pihak kepolisian saat berada di kantor. Ayahnya yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dipanggil oleh Bupati Lampung Timur.

Dua kasus ini hanya secuil fakta pembungkaman yang terjadi. Masih ada Apip yang dimarahi, diteror, diancam karena mengkritik masa jabatan kades 9 tahun, ada Johnson Panjaitan yang mengaku rumahnya diteror setelah mengkritik penindakan makelar kasus dan kepolisian, dan lainnya.

Inilah fakta yang terjadi di negeri yang mengaku menganut demokrasi. Ternyata suara rakyat dibungkam disana sini oleh aturan demokrasi sendiri, UU ITE.

Hipokrit Demokrasi

Vox voli vox dei. Suara rakyat suara Tuhan. Begitu bunyi slogan dalam demokrasi. Pendapat rakyat disetarakan dengan suara Tuhan. Pendapat rakyat akan didengar dan diakui, katanya. Nyatanya ternyata hanya rakyat tertentu yang didengar dan diakui.

Di alam demokrasi, aturan dibuat oleh manusia sendiri. Termasuk UU ITE yang disahkan tahun 2008 lalu. UU ini memiliki banyaknya pasal karet, interpretasi terhadap pasal-pasal tersebut sering multitafsir. Sebagian pendengung pro pemerintah memanfaatkannya dengan melaporkan siapa pun yang berani mengkritik pemerintah dengan beraneka tuduhan. Hasilnya, aksi lapor-melapor kerap mewarnai jalannya pemerintahan saat ini yang dianggap antikritik.

Pada akhirnya, UU ITE seolah menjadi alat bungkam yang efektif menjerat siapa pun yang menyinggung dan mengkritik pemerintah, sekalipun kritiknya sesuai data dan fakta. Kalaulah tidak sampai pada pelaporan, para pengkritik akan dihujani serangan verbal hingga personal. Ujung-ujungnya, si pelapor dituduh macam-macam, semisal penghasut, provokator, anti-NKRI, anti-Pancasila, dan sebagainya. Inilah Hipokrit demokrasi yang membungkam dan menindas rakyat atas nama rakyat.

Kritik dalam Islam

Islam sebagai Dien yang sempurna, tak hanya mengatur tentang sholat, zakat, puasa saja. Islam juga mempunyai aturan rinci tentang mengkritik penguasa.

Dalam Islam budaya saling mengingatkan merupakan salah satu syariat yang wajib dijalankan. Ada banyak dalil dalam Alquran yang menyatakan kewajiban amar makruf nahi Munkar, salah satunya ada dalam quran surat Ali Imran ayat 104 yang artinya, “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Islam sesuai fitrah manusia. Dan fitrah manusia adalah condong pada kebaikan, kebenaran. Maka manusia yang memiliki fitrah pasti akan tidak nyaman, tidak suka akan kerusakan, kemaksiatan. Sehingga ia akan melakukan kritik, amar makruf nahi mungkar. Menyampaikan pendapatnya agar fakta yang rusak bisa diubah menjadi baik. Tak terkecuali kritik kepada penguasa.

Oleh karena itu, tidak ada manusia anti kritik dalam Islam. Semua orang lebih senang mendapat kritik yang membangun dari pada pujian. Sebagaimana perkataan Umar bin Khattab, “Orang yang mau menunjukkan di mana letak kesalahanmu, itulah temanmu yang sesungguhnya. Sedangkan mereka yang hanya menyebar omong kosong dengan selalu memujimu, mereka sebenarnya adalah para algojo yang justru akan membinasakanmu. ”

Tak hanya itu, Islam pun memfasilitasi aktivitas amar makruf terhadap penguasa dengan menjadikan Majelis Umat sebagai salah satu struktur dalam pemerintahannya. Majelis umat adalah wadah bagi aspirasi rakyat, dimana Khalifah meminta pendapat tentang berbagai urusan. Juga tempat rakyat menyampaikan keluh kesahnya.

Para penguasa dalam islam harus mempunyai kesadaran bahwa dengan kritiklah penguasa bisa selamat dari sikap zalim dan mungkar. Dengan muhasabah, penguasa akan bersikap mawas diri karena menyadari setiap kebijakannya pasti berdampak bagi rakyat yang dipimpinnya. Begitu juga dengan beratnya beban amanah yang harus ia pertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. kelak di akhirat.

Ada banyak kisah teladan betapa legawa para penguasa dalam Islam yang menerima kritik dari rakyatnya. Ada kisah Umar bin Khattab yang dikritik oleh seorang perempuan saat menetapkan mahar. Padahal, Allah pun tak menetapkan batas maksimal mahar seorang perempuan, mengapa seorang Umar berani menetapkan batas maksimal. Menyikapi kritikan ini, sang amirul mukminin berkata, “Perempuan itu benar dan Umar keliru.”

Ia berani mengakui kekeliruannya dalam menetapkan kebijakan di hadapan khalayak. Ada juga kisah masyhur Umar dengan ibu yang memasak batu untuk anak-anaknya karena kemiskinan yang diderita, ibu yang menolak menyusui anaknya karena tunjangan hanya diberikan pada anak yang sudah tidak menyusui, dan lainnya. Semua kejadian dan kritikan direspon Amirul Mukminin Umar bin Khattab dengan lapang dada.

Inilah potret penguasa yang didamba oleh kita. Semuanya lahir dari rahim keimanan pada Rabb nya. Hingga rasa cinta dan benci juga rida dan tidak rida lahir dari keimanan pada Allah swt.

Wallahua’lam bish shawab.

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.