30 April 2024
60 / 100

Dimensi.id—Seusai menghadiri KTT Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Riyadh, Arab Saudi, untuk membahas situasi di Gaza, Palestina. Jokowi berpendapat, KTT OKI sangat penting sebagai upaya tambahan untuk menghentikan serangan Israel terhadap Palestina. Dalam kesempatan tersebut, Jokowi akan mempertegas seruan agar segera dilakukan gencatan senjata dan juga meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Palestina.

Jokowi kemudian melanjutkan perjalanannya ke Washington DC. Dalam kunjungannya tersebut, Jokowi akan bertemu Presiden AS Joe Biden untuk mempertegas posisi Indonesia terkait kondisi Gaza. Sekaligus menyampaikan hasil KTT OKI kepada Joe Biden. “Kunjungan ini juga merupakan kesempatan baik untuk langsung menyampaikan hasil KTT OKI di Riyadh yang mencerminkan solidaritas negara-negara OKI untuk membela keadilan dan kemanusiaan,” jelas Jokowi.

Setelah bertemu Joe Biden, Jokowi kemudian akan menuju ke San Fransisco untuk menghadiri KTT APEC. Dalam KTT APEC itu, Jokowi akan membawa isu pembangunan berkelanjutan dan pembangunan inklusif. “Dari Washington DC saya akan menuju ke San Fransisco untuk menghadiri KTT APEC dan isu pembangunan berkelanjutan, pembangunan inklusif merupakan dua isu yang akan dibawa Indonesia dalam KTT APEC”. Selain itu, Jokowi juga akan melakukan sejumlah pertemuan bilateral dan pertemuan dengan kalangan pebisnis di sela-sela KTT APEC di San Fransisco (republika.co.id, 11/11/2023).

Tak Cukup Milisi, Pembelaan Atas Palestina Butuh Aksi Nyata Negeri Muslim

Di sisi lain, serangan Israel yang membabi buta telah memantik reaksi beberapa milisi pendukung Palestina di Timur Tengah untuk ikut melancarkan tindakan balasan. Diantaranya milisi Hizbullah di selatan Lebanon menembakkan puluhan roket ke Kota Kiryat Shmona Israel pada Kamis, 2 November. Kemudian kelompok Houthi di Yaman juga meluncurkan dronenya untuk menyerbu Israel pada Selasa, 31 November dan Jihad Islam yang merupakan salah satu milisi Palestina yang bermarkas di Jalur Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas. (cnnindonesia.com, 3/11/2023).

Serangan-serangan milisi di Timur Tengah ini tak banyak berarti, sebab sebagian besar pemimpin muslim disibukan dengan hal lain, yaitu perekonomian. Kita lihat bagaimana Presiden Joko Widodo seolah hanya membawa proposal perdamaian yang berisi seruan gencatan senjata, dari Riyadh Saudi Arabia ke Washington DC, lupakah beliau jika kedua negara yang beliau kunjungi tangannya berlumuran darah saudara kita di Palestina akibat dukungan mereka untuk Israel laknatullah?

KTT APEC yang beranggotakan 21 negara seperti Australia, Brunei Darussalam, Canada, Chile, China, Hong Kong-China, Indonesia, Japan, South Korea, Malaysia, Mexico, New Zealand, the Philippines, Peru, PNG, Russia, Singapore, Chinese Taipei, Thailand, the United States, dan Viet Nam, sebenarnya juga bagian dari strategi negara besar pengusung kapitalisme untuk mengatur sekaligus mengontrol gerak negara-negara di dunia . Tujuannya satu, agar hegemoni negara besar pengusung kapitalisme tetap bisa menancap. APEC pun berisi negara-negara yang bergandengan mesra dengan Israel, seperti Australia dan Amerika. Apakah yang diharapkan dari kerjasama yang tidak berimbang ini? Apalagi status Indonesia masih ngos-ngosan meraih predikat High Middle Country dari yang sebelumnya Low Middle Country.

Solusi Hakiki Bebaskan Palestina Hanya Jihad dan Khilafah

Selain masih berkutat pada persoalan ekonomi, dimana mindset negara kita dan berikut negara-negara di dunia ini masih beranggapan negara Eropa terbaik , sehingga bak kerbau dicocok hidungnya mengikuti saja apa arahan mereka. Padahal kondisinya justru semakin menenggelamkan negeri sendiri dalam kubangan penjajahan gaya baru. Ditambah satu penyakit lagi yaitu nasionalisme . Nasionalisme telah membatasi upaya membela Palestina dan hanya riuh dengan kecaman semata. Bahkan dengan cara apapun kita memberitahu posisi kita terhadap Palestina di hadapan AS, tak mengubah apapun, justru menjadi bahan candaan mereka.

Padahal Allah SWT jelas berfirman yang artinya,” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan teman kepercayaan kalian orang-orang yang ada di luar kalangan kalian. Mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemadaratan bagi kalian. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, sementara apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepada kalian ayat-ayat (Kami) jika saja kalian paham”. (TQS Ali Imran : 118).

Pasalnya, Israel bagi Amerika adalah malaikat penyelamat dari berbagai krisis meskipun kini AS juga sedang babak belur membiayai Israel agar bisa terus memerangi Palestina. Dengan terus berlangsungnya perang setidaknya AS mampu sedikit menghambat gerak Cina yang terus memperluas wilayah kekuasaan ekonominya, dan yang paling penting bisa menghambat tegaknya Khilafah, institusi pemersatu kaum muslimin meski pengundurannya hanya beberapa tahun, ini karena ketakutan mereka yang luar biasa kepada kaum muslim.

Sejarah tak mungkin bisa dihapuskan ketika pedang-pedang kaum muslim menebas setiap halangan fisik dari para penguasa kafir yang ketika itu menjajah negeri-negeri muslim dan membunuhi anak-anak dan perempuan. Inilah pula alasan mengapa setelah dunia Islam berhasil dikuasai, mereka memecah belah menjadi banyak negara bangsa (nation state), hanya agar kaum muslim hanya sibuk mengurusi dirinya sendiri sebatas wilayah negaranya. Dan abai terhadap nasib saudara seakidah di negara lain.

Faktanya kini lebih parah, yaitu abai pada realita perang yang terjadi antara “ negara” Israel dibantu negara-negara eropa lainnya melawan Hamas. Padahal perang haruslah negara melawan negara. Dalam paragdima nation state perilaku demikian adalah benar, sebab yang dimaksud negara adalah yang sudah ditentukan batas-batas teritorialnya. Urusan Palestina sudah bukan urusan negaranya, meskipun sesama muslim. Dan ini berlangsung terus menerus, berganti pemimpin akan tetap pada arahan yang sama. Jika berbeda, maka negara penguasa ( barat kafir penjajah) akan turut campur dalam proses pemilihan pemimpinnya.

Semestinya, setiap muslim menyadari kewajibannya untuk membela Palestina, saudara sesama muslim yang sedang teraniaya, meski negara bersikap berbeda. Sebagaimana Allah swt. Berfirman yang artinya,”Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara”. (TQS al-Hujurat : 10). Umat Islam ibarat satu tubuh, sehingga satu keharusan membela Palestina yang teraniaya. Negara seharusnya berperan lebih nyata mengikuti langkah milisi. Bersatu bersama negeri muslim lainnya, dengan satu komando Khalifah.

Islam menjadikan pembelaan adalah satu kewajiban yang harus dipenuhi sesama muslim dan negeri muslim, apalagi Ketika musuh bertindak di luar batas kemanusiaan dan menghilangkan nyawa kaum muslim. Allah swt. Berfirman,”Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama ini maka kalian wajib menolong mereka”. (TQS al-Anfal [8] : 72). Maka, tak ada jalan lain menolong saudara di Palestina kecuali menghadap Israel dengan negara Islam. Sebab negara Islam akan mewujudkan pembelaan terbaik terhadap wilayah yang dirampas penjajah. Rasulullah saw. Bersabda, “Sungguh Imam/Khalifah (Kepala Negara) itu laksana perisai; (orang-orang) akan berperang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya”. (HR al-Bukhari dan Muslim). Wallahualam bissawab. [DMS].

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.