20 April 2024
Hari Ibu
64 / 100

Dimensi.id-Peringatan hari ibu dilaksanakan setiap tanggal 22 Desember. Indonesia Sendiri tahun ini mengadakan berbagai acara khusus untuk memperingati hari ibu yang ke 94. Diantaranya acara pameran artefak yang akan diadakan oleh Kemendikbudristek. Gelar Pameran ini dengan tema The Truth Inside You. Ini untuk menggambarkan bagaimana perjuangan kaum ibu yang turut membangun budaya bangsa.

Kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (KemenPPPA) juga telah membuat tema Hari Ibu 2022. Menurut KemenPPA, catatan penting dari Peringatan Hari Ibu di Indonesia adalah bukan perayaan Mother’s Day sebagaimana yang diperingati di negara lain. Sejarah mencatat dicetuskannya Hari Ibu di Indonesia merupakan tonggak perjuangan perempuan untuk terlibat dalam upaya kemerdekaan bangsa dan pergerakan perempuan Indonesia dari masa ke masa dalam menyuarakan hak-haknya guna mendapatkan perlindungan dan mencapai kesetaraan.

Tema utama PHI ke-94 adalah perempuan berdaya Indonesia maju. Selain tema utama, ditetapkan sub-sub tema untuk mendukung tema utama dimaksud. (Tirto,13-12-2022)

Adapun sub tema yang dimaksud oleh KemenPPPA ada 4 yaitu : pertama,Kewirausahaan Perempuan Mempercepat Kesetaraan dan Mempercepat Pemulihan. Kedua, Perempuan dan Digital Economy. Ketiga, Perempuan dan Kepemimpinan. Keempat, Perempuan Terlindungi Perempuan Berdaya.

Perempuan berdaya sama dengan eksploitasi perempuan

Jika kita cermati dari tema dan sub tema PHI tampak sekali aroma pemikiran sekuler dan eksplotatifnya terhadap perempuan. Momen hari ibu dijadikan kesempatan untuk menyeret kaum ibu dari rumah-rumahnya terjun ke dalam aktifitas publik.

Pertama, pandangan bahwa Kewirausahaan perempuan mempercepat Kesetaraan seolah ingin menjelaskan bahwa akar persoalan kemiskinan perempuan adalah tidak terwujudnya kesetaraan laki-laki dan perempuan. Padahal kemiskinan yang dialami oleh perempuan juga dialami oleh laki-laki bahkan pengangguran terbanyak di negeri ini adalah laki-laki. Karena perempuan lebih sabar dalam bekerja dan lebih mampu menerima upah yang minim. Terjadi persaingan laki-laki dan perempuan di dunia kerja dan akhirnya banyak laki-laki yang nganggur.

Seruan berwirausaha bagi kaum perempuan untuk mengatasi kemiskinan ini merupakan bentuk eksploitasi. Perempuan juga diimingi dengan ekonomi digital supaya tetap mampu menopang ekonomi keluarga meski tetap di rumah. Padahal harusnya negara bertanggung jawab atas kemiskinan yang merata dan mendera rakyat. Ajakan Wirausaha perempuan hanya akan membuat perempuan lalai bahwa persoalan utama kemiskinan negerinya adalah akibat salah kelola negara.

Kedua, seruan kepada perempuan untuk terjun dan terlibat langsung dalam kepemimpinan juga bentuk lain dari eksploitasi perempuan. Sungguh keliru jika ada yang beranggapan bahwa persoalan yang dihadapi Perempuan disebabkan minimnya keterwakilan perempuan dalam kepemimpinan. Karena fakta menunjukkan ketika perempuan menjabat baik sebagai anggota legislatif, walikota, bupati atau kepala desa tidak otomatis menghasilkan kesejahteraan perempuan.

Disaat seorang perempuan terjun ke dalam kepemimpinan maka otomatis perannya di rumah akan berkurang. Perhatian terhadap keluarga dan anak minim. Sementara kebijakan yang dihasilkan selama dalam naungan demokrasi tetap akan dikangkangi oleh politisi dan korporasi, belum tentu berpihak pada rakyat apalagi pada perempuan.

Ketiga, pandangan yang menyatakan bahwa perempuan akan terlindungi jika kesetaraan gender terwujud, sungguh ini jauh panggang dari api. Faktanya ide kesetaraan gender ini justru merusak kaum perempuan. Fakta menunjukkan ketika perempuan terjun ke publik untuk bekerja dan menopang ekonomi keluarga justru rawan terjadi pelecehan.

Begitu banyak perempuan yang justru tersakiti di tempat kerja. Banyak perempuan negeri ini yang menjadi tenaga kerja wanita (TKW) ke luar negeri yang mengalami penyiksaan dari majikannya. Tidak sedikit dari mereka yang pulang tapi tidak mendapatkan haknya sebagai pekerja. Dalam alam demokrasi dimana kebebasan dipuja, perempuan bekerja justru berbayar secara fisik dan mental bagi perempuan.

Sungguh sangat kita sayangkan peringatan hari ibu justru dimanfaatkan oleh pejuang gender untuk mengajak kaum ibu ramai-ramai keluar rumah terjun ke publik dengan dalih menyelamatkan ekonomi keluarga. Karena sejatinya sumber nafkah keluarga adalah para kepala keluarga. Negara bertanggung jawab menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka hingga mereka mampu menafkahi keluarganya dengan layak.

Peran strategis seorang ibu

Seorang ibu memiliki peran strategis yang tidak bisa tergantikan. Peran perempuan adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Ini adalah peran utama perempuan. Allah melahirkan perempuan hanya untuk tujuan ini. Jika perempuan bekerja dan terjun ke publik maka itu perkara mubah saja. Boleh dilakukan selama tidak mengabaikan peran utama.

Sungguh miris jika melihat generasi saat ini. Pemuda dan remaja hidup bebas, gaul bebas dan hedonis. Mengapa ini terjadi? Pastinya ini tidak jauh dari minimnya peran ibu di rumah. Ibu sibuk bekerja. Pendidikan anak secara agama,adab dan akhlak terabaikan. Lahirlah generasi rusak pemuja kebebasan. Hasilnya generasi rusak pemuja syahwat, narkoba,free sex, LGBT dan kejahatan remaja yang semakin mengkhawatirkan.

Ini tidak lain efek negatif jika perempuan tersibukkan dengan urusan di luar rumah sementara anak dan keluarga terbengkalai.

Padahal ibu lah yang seharusnya sejak dini menanamkan agama pada anak. Ibu mengajarkan adab dan akhlak. Menanamkan akidah yang kuat juga tidak lepas dari peran ibu. Tumbuh kembang anak sejak dari kandungan hingga baligh merupakan tanggung jawab dasar seorang ibu.

Peran ibu sangat besar. Tidak bisa dipandang sebelah mata. Tidak akan tergantikan oleh siapapun. Peran melahirkan dan mendidik generasi emas menjadikan ibu pantas mendapatkan bakti seorang anak tiga kali lebih utama dari bakti anak kepada seorang ayah.

Ibu yang maksimal dalam perannya akan melahirkan generasi sholih dan cerdas. Mereka para mujahid dan mujtahid. Mereka menjadi calon pemimpin di masa depan, pengemban dakwah serta akan melanjutkan estafet dakwah. Bukan generasi rusak seperti sekarang.

Hanya saja peran ini bisa terwujud secara maksimal jika negara memberikan support kepada kaum ibu untuk maksimal melahirkan dan mendidik generasi. Negara menyediakan pelayanan kesehatan yang bagus selama mengandung hingga melahirkan, mendukung dengan menyediakan pendidikan yang berkualitas dan dan gratis, memudahkan para para kepala keluarga dalam menafkahi keluarganya secara maksimal dan layak.
Hanya dalam sistem Islam peran ibu seperti ini akan terwujud.

Wallahu ‘alam

Penulis : Khadijah An Najm

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.