23 April 2024
12 / 100

Oleh Reni Rosmawati

Ibu Rumah Tangga 

 

Lagi, kasus bullying hingga mengakibatkan kematian kembali terjadi. Kali ini korbannya adalah bocah laki-laki kelas 2 SD di Sukabumi. Diketahui anak SD yang berinisial MHD ini dikeroyok kakak kelasnya hingga tewas. Dari keterangan kakek korban, MHD sempat mengeluh sakit, tetapi ia tetap bersekolah. Nahasnya, di sekolah MHD kembali dikeroyok kakak kelasnya. Akibatnya, MHD pun harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami kejang-kejang. Ia pun mengalami sesak napas, hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir setelah mengalami kritis selama 3 hari. Menurut keterangan dokter, MHD mengalami pecah pembuluh darah. (TribunJabar.id, 20/05/2023)

 

Menanggapi hal ini, Kompol Dedi Suryadi mengaku pihaknya kini tengah menyelidiki kasus perundungan yang menyebabkan MHD meninggal. Dedi pun mengatakan akan segera meminta keterangan dari orang tua korban dan pihak sekolah serta pihak-pihak yang terlibat masalah tersebut. Ia pun menyatakan, akan melakukan pendalaman kasus agar tidak terjadi asumsi liar di masyarakat. (Kompas.com, 20/05/2023)

 

Bak Fenomena Gunung Es

 

Faktanya, kasus bullying di negeri ini khususnya yang melibatkan anak-anak di bawah umur bak fenomena gunung es. Kasus bullying yang melibatkan anak SD hingga berujung kematian berulang kali terjadi. Sebelum MHD, tak sedikit anak SD korban bullying yang juga meninggal dunia. Salah satunya adalah seorang bocah berusia 11 tahun di Tasikmalaya yang dibully hingga depresi dan meninggal dunia. (GridHealth, 21/07/2022)

 

Kenyataan ini mengonfirmasi bahwa kasus bullying di negeri ini sudah berada di level gawat darurat. Fakta ini juga membuktikan bahwa sistem pendidikan yang diterapkan saat ini telah gagal mencetak anak yang berakhlak mulia. Di sisi lain juga mengindikasikan ada yang salah dalam pola asuh keluarga maupun pergaulan di lingkungan masyarakat. 

 

Akibat Sistem Kapitalisme-Sekuler 

 

Sejatinya maraknya kasus bullying yang melibatkan remaja dan anak-anak ingusan di tanah air, tidak bisa dilepaskan dari pemberlakuan sistem pendidikan berbasis Kapitalisme-sekuler. Sistem ini telah gagal membentuk generasi yang berkepribadian mulia. Sebaliknya, sistem Kapitalisme telah sukses membentuk generasi yang bangga dengan perilaku buruknya. 

 

Hal ini karena paham sekuler (pemisahan agama dari kehidupan) yang menjadi landasan sistem Kapitalisme, telah berhasil mengikis ketakwaan individu, masyarakat hingga negara. Di sisi lain, paham liberal (kebebasan) yang terkandung dalam sistem Kapitalisme pun memiliki andil besar dalam membentuk karakter buruk manusia.

 

Pemikiran liberal telah menjauhkan umat dan generasi muslim dari pemahaman Islam yang sesungguhnya. Cara pandang liberal menjamin bahwa setiap manusia diberi kebebasan bertingkah laku tanpa memandang apakah hal tersebut sesuai dengan ketentuan syariat ataukah tidak. 

 

Sungguh, kasus bullying ini bukan perkara main-main. Jika dibiarkan akan sangat berbahaya dan bisa menghancurkan masa depan generasi penerus bangsa ini. Karena itu pemerintah harus segera mengambil langkah serius untuk mengatasi masalah bullying, seperti: pertama, membina setiap keluarga dan masyarakat agar taat pada syariat (Islam). Karena hanya syariat Islamlah satu-satunya benteng pencegah manusia berperilaku sadis.  Kedua, mendorong sekolah-sekolah agar menerapkan pola pendidikan islami kepada setiap siswanya. Agar tercipta akhlak mulia. Ketiga, membatasi berbagai tontonan baik di media massa maupun media sosial. Sebab, faktanya tontonanlah yang memicu rusaknya perilaku anak-anak dan masyarakat. Keempat, menerapkan hukuman yang tegas dan menjerakan bagi pelaku bullying

 

Sayangnya, hal demikian belum dilakukan oleh pemerintah. Sehingga kasus bullying terus mewabah dan menyasar bocah-bocah di bawah umur. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah telah gagal melindungi dan menjamin keamanan rakyatnya. 

 

Islam Mengatasi Bullying 

 

Sebagai agama sempurna, Islam hadir ke dunia ini untuk mengatasi seluruh problematika kehidupan. Termasuk masalah bullying. Bullying dalam pandangan Islam dikategorikan  sebagai perilaku yang dilarang dan diharamkan. Allah Swt. berfirman: 

 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengolok-olok suatu kaum. Karena bisa jadi yang kalian olok-olok tersebut lebih baik dari yang mengolok-olok. Dan janganlah sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan yang lain. Sebab, bisa jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah kalian mencela diri sendiri, dan memanggil dengan sebutan yang mengandung ejekan….”(QS. Al-Hujurat: 11)

 

Sejarah mencatat, betapa negara Islam di masa lalu mampu melahirkan generasi yang beriman, terampil dan  berakhlak mulia. Hal ini karena negara Islam menjadikan keimanan sebagai landasan dalam setiap perbuatan, sehingga menjadi benteng bagi manusia dari perilaku jahat/sadis. Islam memiliki mekanisme komprehensif dalam membangun kepribadian rakyatnya pada semua lapisan usia. 

 

Sejak dini, negara Islam di masa lalu menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Setiap sekolah dan keluarga didorong untuk menanamkan akidah yang kuat kepada setiap anak-anak. Sebab, sekolah dan keluarga merupakan pilar pengokoh kepribadian Islam. Dengan begitu, maka akan melahirkan generasi yang berkepribadian mulia dan senantiasa taat pada syariat.

 

Negara Islam pun mewajibkan seluruh masyarakat untuk berperilaku baik dan saling menyayangi serta menghargai. Baik kepada yang lebih tua ataupun kepada yang lebih muda. Tak lupa, negara Islam pun akan membiasakan budaya amar makruf nahi mungkar di tengah masyarakat. Sehingga ketika ada yang melanggar syariat seperti melakukan bullying, akan mudah dicegah. Sebab, masyarakat tak segan-segan saling menasehati. 

 

Di sisi lain, negara Islam pun menerapkan aturan yang tegas dan menjerakan bagi setiap pelaku kejahatan. Serta membatasi seluruh tontonan yang ada. Meskipun dulu belum ada media sosial dan media massa, tetapi segala yang dianggap akan merusak akhlak generasi dilarang keras dipertontonkan oleh Islam. 

 

Demikianlah betapa sempurnanya sistem Islam dalam menjaga umatnya agar senantiasa memiliki akhlak mulia. Dari sini, maka jelaslah hanya sistem Islam yang mampu mencetak generasi muslim berakhlak mulia. Karena itu, untuk menyelamatkan generasi dari perilaku bullying yang semakin marak adalah dengan kembali kepada Islam. Sungguh, selama sistem Islam tidak diterapkan, kasus bullying akan terus terjadi dan menyasar setiap lapisan usia. Wallahu a’lam bi ash-shawwab.

 

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.