25 April 2024
Pencitraan Jokowi di GBK
58 / 100

Dimensi.id-Pertemuan akbar relawan Jokowi di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) masih menuai polemik. Acara bertajuk “Nusantara Bersatu” itu ditaksir menghabiskan anggaran sebesar Rp100 miliar (https://wartaekonomi.co.id). Lalu apa yang dihasilkan dari pertemuan relawan yang menghabiskan dana besar, sampai seratus milliar.

Padahal, barusan bencana alam menimpa negeri ini bertubi-tubi. Gempa bumi dan tanah longsor di Cianjur, angin puting beliung di Sidoarjo, dan bencana lainnya yang membuat rakyat menderita. Sungguh tidak punya hati pesta bersama relawan pendukung layaknya kampanye dilakukan hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya masih punya pendukung yang besar.

Sungguh menyakiti hati rakyat dengan menggelar acara besar hanya untuk pencitraan. Apalagi, semua dilakukan tidak sesuai dengan fakta sebenarnya. Banyak yang merasa tertipu dalam sebuah video yang sempat viral, menunjukkan emak-emak yang kecewa karena berfikir acara dzikir bersama, pengajian dan sholawatan tapi ternyata hanya acara politik untuk mencari simpati dan dukungan dengan dangdutan.

Pesta digelar dengan relawan pendukung, sementara jeritan rakyat tidak didengar. Hanya berfikir kekuasaan, bukan usaha untuk mengurusi rakyat yang sengsara karena kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat.

Kepemimpinan dalam sistem demokrasi harus segera diakhiri, sehingga hak rakyat bisa dipenuhi. Kebijakan yang pro rakyat harus dibuat agar rakyat bisa tersenyum bahagia. Jikalau tidak mampu memenuhinya lebih baik mundur, bukan malah menghambur-hamburkan uang rakyat hanya untuk membangun kesan bahwa dirinya pemimpin yang baik.

Rakyat semakin cerdas tidak bisa ditipu yang kesekian kali dengan janji-janji manis dan pencitraan. Rakyat tidak bisa lagi tertipu dengan penampilan yang nampak memikirkan rakyat dengan rambut putih atau kerutan di wajah, tapi semua hanya ditampakkan untuk pencitraan agar nampak terlihat memperhatikan rakyat.

Bukan lagi penampilan fisik yang menjadi indikator seorang pemimpin merakyat dan perduli serta mau mengurusi rakyat. Bukan terlihat sederhana, lugu dan merakyat dari penampilan fisik, tapi pemimpin yang baik akan nampak dari kebijakan yang dihasilkan.

Bagaimana bisa dianggap merakyat dan perduli pada rakyat jika kebijakannya menyengsarakan rakyat. Sementara, saat rakyat unjuk rasa untuk menyampaikan aspirasinya karena kebijakan yang tidak pro rakyat dianggap radikal, intoleran dan anti kebhinekaan. Para buzzer dibayar dengan uang rakyat disewa hanya untuk menyerang siapa saja yang dianggap musuh yang membahayakan kekuasaan.

Saat kekuasaan menjadi tujuan dalam sistem demokrasi, pemimpin tidak lagi mau mengurusi rakyatnya. Para pemimpin dalam sistem demokrasi menjadikan rakyat sebagai komoditas yang didekati saat dibutuhkan menjelang pemilu untuk memenangkan kekuasaan . Dan untuk mempertahankannya pencitraan terus dilakukan dengan dana yang sangat besar yang harusnya untuk memenuhi hak rakyat, bukan memenuhi nafsu untuk berkuasa.

Membangun citra positif tanpa didukung prestasi yang baik selama memimpin hanya membangun bangunan rapuh yang mudah rubuh. Rakyat butuh bukti nyata yang membuat mereka bisa hidup sejahtera. Hidup aman menjalankan keyakinannya tanpa merasa terancam dengan berbagai tuduhan yang tidak berdasar. Bukan blusukan yang hanya membuat kesan perduli pada rakyat, tapi penuhi hak rakyat dengan memberikan bukti nyata bisa mensejahterakan rakyat.

Rakyat butuh pelayanan kesehatan gratis dengan pelayanan prima, bukan asuransi dengan pelayanan ala kadarnya. Rakyat butuh pendidikan gratis, bukan biaya pendidikan mahal yang tidak terjangkau oleh rakyat biasa. Rakyat butuh jaminan kebutuhan dasar lainnya agar mereka bisa tersenyum bahagia hidup di negeri yang kaya raya dengan sumber daya alam yang melimpah.

Rakyat juga butuh keadilan dan rasa aman agar mereka nyaman untuk menjalankan keyakinannya tanpa merasa terganggu dan terancam di negeri yang mereka dilahirkan. Pemimpin harus bersikap adil pada seluruh rakyat bukan hanya pada relawan pendukungnya.

Rakyat yang kritis juga harus didekati, didengar dan diperhatikan, karena bisa jadi dari mereka datang solusi cemerlang yang dibutuhkan negeri ini agar bisa keluar dari berbagai krisis multidimensi. Bisa jadi solusi terbaik untuk negeri datang dari mereka yang kita anggap musuh. Semua rakyat harus diperlakukan adil bukan hanya para penjilat yang berlindung dibalik ketiak penguasa.

Pemenuhan hak rakyat bisakah terwujud dalam sistem demokrasi? Perlahan kita ragu dan semakin tidak yakin karena terbukti pergantian rezim tidak membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Reformasi, perubahan yang dimotori oleh mahasiswa seolah jalan ditempat bahkan tidak tahu bagaimana mulai melakukan perubahan hakiki. Kesejahteraan hanya milik oligargi, sementara keadilan hanya untuk mereka, para relawan pendukung rezim.

Mereka yang bersebrangan dengan rezim dianggap musuh yang harus dibungkam dan dihabisi. Korupsi terus meraja lela dan kejahatan serta penyimpangan menggurita, karena dilakukan oleh mereka yang harusnya melindungi rakyat dari berbagai bentuk kejahatan dan penyimpangan. Perubahan hakiki hanya bisa diwujudkan dengan khilafah, saat Islam bisa diterapkan secara kaffah. Saatnya umat berfikir cemerlang untuk mencampakkan demokrasi, kemudian diganti dengan sistem terbaik dari al-Khalik agar kehidupan Islami bisa segera terwujud.

Penulis : Mochamad Efendi

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.