28 Maret 2024
58 / 100

 

Tak diragukan lagi, zaman sekarang semua dijadikan konten. Demi mendulang Cuan, semua bisa dilakukan, dieksploitasi. Mulai dari eksploitasi kekayaan, wajah, keluarga, anak, sampai kemiskinan tak ketinggalan.

Ngemis Online

Kini sedang marak fenomena mengemis online dengan cara siaran langsung di aplikasi Tik Tok. Demi mendapat rupiah dari fitur hadiah, para konten kreator mengemis online dengan cara yang tak lazim. Salah satu kreator menyuruh orangtuanya, kakek neneknya yang sudah berumur untuk mandi lumpur. Ia menggunakan thumbnail hanya untuk hiburan dan kalimat ia tidak butuh viral tapi butuh uang.

Para warga geram dengan fenomena ini. Bahkan meminta pihak kepolisian untuk bertindak. Dilansir dari laman CNN (15/1/2023), Menteri Sosial Tri Rismaharini bakal menyurati pemerintah daerah (pemda) untuk menindak fenomena ‘ngemis online’ yang viral di Tiktok. Beliau menyampaikan bahwa aktivitas ngemis tidak diperbolehkan oleh perppu dan perda, baik itu online atau secara langsung di jalan.

Eksploitasi Kemiskinan

Inilah potret kapitalisme. Fakta jurang kemiskinan kian dalam, semakin banyak rakyat yang jatuh miskin. Apalagi angka PHK kini kian tinggi, sementara lapangan pekerjaan sulit dicari. Sehingga timbul dorongan untuk menggunakan apapun demi mendulang Cuan. Kemiskinan yang ada pun ikut dieksploitasi.

Rasa iba yang ada pada penonton dimanfaatkan demi tercapainya materi. Mereka tak lagi peduli akan harkat martabat saat mengemis. Yang mereka pedulikan hanya mendapatkan materi melimpah dengan cara yang mudah. Tak pusing memikirkan perkataan yang menganggap mereka durhaka saat meminta orangtua dan kakek neneknya yang sudah renta untuk mandi air kotor. “Butuh uang!” mereka bilang.

Inilah potret Buram kapitalisme yang gagal menyejahterakan rakyatnya. Sumber Daya alam yang melimpah dikelola dengan salah. Sementara gaya hidup hedonis, konsumtif disuntikkan di tengah masyarakat. Mereka merasa malu karena tidak punya kekayaan. Hingga lahirlah generasi yang menghalalkan segara cara demi mendulang uang.

Pandangan Islam

Rasulullah saw bersabda, ” Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allâh akan menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allâh akan memberikan kecukupan kepadanya.” (HR. Bukhari Muslim)

Hadist di atas menjadi dalil untuk menahan diri dari meminta-minta demi menjaga kehormatannya. Ia juga jadi motivasi untuk memberi apa yang ia punya karena memberi lebih baik di hadapan Allah daripada meminta-minta.

Di hadist lain, Rasul mencela perbuatan meminta-minta yang tidak dalam kondisi darurat. “Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.” (HR. Bukhari Muslim)

Juga hadist, “Barangsiapa meminta-minta (kepada orang lain) tanpa adanya kebutuhan, maka seolah-olah ia memakan bara api.” (HR. Ahmad)

Untuk menghindari orang meminta-minta demi memunuhi kebutuhannya, Islam menyediakan berlapis solusi. Pertama, adanya perintah bekerja. Sebagaimana Rasul contohkan saat ada yang meminta pada beliau. Beliau memberikan kapak dan menyuruh peminta itu memotong kayu bakar di hutan untuk dijual. Bisa saja bagi beliau untuk memberikan uang secara langsung. Tapi, Rasul mendidik kita untuk berusaha, bekerja bukan meminta-minta.

Dalam suatu kisah bahkan diceritakan Rasul memegang tangan seorang sahabat, Sa’ad al Khudri, yang kasar karena bekerja memecah batu. Rasul bersabda bahwa inilah tangan yang membawa ke surga. Masyaallah. Begitu besar penghargaan bagi mereka yang berusaha bekerja mencari nafkah u tuk keluarganya. Walau di dunia tangannya melepuh, kasar, kapalan, kotor. Tapi, menurut kacamata Allah dan Rasul, itulah tangan yang mulia.

Kedua, Islam ajarkan kepekaan dan saling peduli terhadap sesama. Dengan saling peka dan peduli, tak akan ada yang kelaparan. Sebagaimana Rasul perintahkan untuk berbagi pada sesama, memperbanyak kuah jika masak dan membagikannya pada tetangga. Tak hanya itu, masyarakat oun saling menguatkan dalam ketaatan.

Ketiga, peran negara sebagai penguasa harus menerapkan aturan yang membawa pada keberkahan, Islam. Islam akan menerapkan sistem ekonomi yang menyejahterakan umat. Baitul mal memiliki banyak pos pemasukan.

Negara pun akan memfasilitasi setiap orang yang mempunyai kewajiban untuk mencari nafkah dengan membuka lapangan pekerjaan. Sementara kebutuhan setiap rakyat akan dipenuhi oleh negara. Seperti sandang, pangan, papan, juga pendidikan, kesehatan dan keamanan.

Semua ini bukan hanya teori tapi pernah diterapkan dan menghasilkan kegemilangan peradaban Islam. Tidakkah kita rindu dengan peradaban gemilang itu? Sudah saatnya kita kembali menerapkan kalimat Allah di bumi ini agar tak ada lagi mental pengemis.

Wallahua’lam bish shawab.

 

 

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.