18 April 2024
67 / 100

Insyaalah 2 hari lagi , kita akan berjumpa dengan bulan yang sanagat mulia, yaitu bulan Ramadhan. Bulan penuh keutamaan yang di dalamnya Allah Swt. melipatgandakan pahala, menurunkan rahmat dan ampunan-Nya yang berlimpah-ruah bagi para hamba-Nya yang berpuasa di dalamnya dengan penuh keimanan dan hanya mengharap rida-Nya. Rasulullah saw. bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa saja yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan dan hanya mengharap pahala-Nya, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Muttafaq ‘alayh).

Semua kaum muslimin bergembira menyambutnya. Mempersiapkan segala sesuatu nya layaknya menyambut tamu agung.  Ada yang menyambutnya dengan membersihkan lingkungan, memperindah rumah, berbagi makanan dan bentuk bentuk kegembiraan laianya.

Kegembiraan itu karena selama satu bulan mereka akan dinaungi keberkahan, yang di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya setiap doa dikabulkan, ampunan diberikan dan ganjaran amal dilipatgandakan. Orang-orang yang berpuasa selama Ramadan juga dibahagiakan dua kali oleh Allah Swt., yakni saat berbuka puasa dan saat berjumpa dengan-Nya kelak di dalam surga-Nya.

Keutamaan Ramadhan

Banyak dalil dalil yang menunjukan keutamaan –keutamaan di bulan ramadhan. Allah Swt. Rasulullah Nabi Muhammad saw. menyebut Ramadan sebagai penghulu bulan. Sabda beliau,

سَيِّدُ الشُّهُورِ شَهْرُ ‌رَمَضَانَ، وَسَيِّدُ الْأَيَّامِ يَوْمُ الْجُمُعَة

“Penghulu bulan adalah Ramadan dan penghulu hari adalah Jumat.”(HR Ibnu Abi ad-Dunya’).

Di antara keutamaan dan kemuliaan bulan Ramadan adalah: Pertama, Ramadan adalah bulan ‘pembakaran’ atau penghapusan dosa-dosa. Dalam riwayat Anas bin Malik, Rasulullah saw. bersabda,

إِنَّمَا سُمِّيَ رَمَضَانُ لِأَنَّهُ يَرْمِضُ الذُّنُوبَ

“Sungguh dinamakan Ramadan karena ia membakar dosa-dosa.” (Asy-Saukani, Fath al-Qadîr, 1/240).

Maknanya, dengan beribadah puasa Ramadan, dosa-dosa yang ada dalam diri umat Islam akan hilang. Puasa Ramadan akan menghapus dan menghilangkan dosa-dosa mereka (Al-Mawardi, Al-Hâwi al-Kabîr li al-Mawardi, 3/854).

Baca juga: Menjadi Muslim Terbaik

Hadis di atas sejalan dengan sabda Nabi saw. yang lain,

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

“Salat lima waktu, Jumat yang satu ke Jumat berikutnya dan Ramadan yang satu ke Ramadan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar.” (HR Muslim).

Kedua, Ramadan adalah bulan turunnya Al-Qur’an. Allah Swt. berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِى أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ

“Ramadan adalah bulan yang di dalamnya Al-Qur’an diturunkan, sebagai petunjuk bagi manusia serta berisi ragam penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS Al-Baqarah [2] : 185).

Al-Qur’an adalah wahyu Allah Swt. sekaligus mukjizat terbesar untuk Rasulullah saw.. Al-Quran juga merupakan hujah dalam berdakwah dan sumber hukum bagi kaum muslim. Allah Swt. telah memilih Ramadan sebagai bulan turunnya Al-Qur’an pada malam yang penuh keberkahan.

إِنَّا أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ , إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ

“Sungguh Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada suatu malam yang diberkahi dan sungguh Kamilah Pemberi peringatan.” (TQS Ad-Dukhan [44] : 3).

Pada malam yang disebut Lailatulqadar ini Allah Swt. memerintahkan para malaikat yang dipimpin Jibril as. untuk membawa keselamatan dan kebaikan sepanjang malam tanpa ada keburukan hingga terbit fajar. Demikian penjelasan Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya.

تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ . سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Pada malam itu turun para malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al-Qadar [97] : 4—5).

Ketiga, Ramadan bulan yang di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Keadaan seperti itu tidak terjadi pada bulan-bulan lain. Hanya ada sepanjang Ramadan dari awal hingga akhir. Nabi saw. bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

“Saat Ramadan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Imam Ibnu Hajar menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan setan-setan dibelenggu adalah mereka tidak bebas mengganggu kaum muslim sebagaimana bebasnya mereka pada waktu lain di luar Ramadan. Ini karena kaum muslim sibuk dengan puasa yang menahan syahwat mereka, juga karena kaum muslim sibuk dengan membaca Al-Qur’an dan zikir.

Baca juga: Potong Upah, Jaminan Sejahtera?

Ulama lainnya menyebut bahwa yang dimaksud setan-setan dibelenggu adalah sebagian dari mereka, yakni kalangan pembesar dari para setan. Sebagian lagi menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan setan-setan dibelenggu adalah mereka dilemahkan sehingga tidak mampu mengganggu dan memperdaya syahwat.

Keempat, Ramadan adalah bulan yang di dalamnya pahala dilipatgandakan. Allah Swt. berfirman dalam hadis qudsi,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

“Setiap amal kebaikan manusia akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat.” Allah Swt. berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalaskan pahalanya. Hal itu karena orang yang berpuasa telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Orang orang yang Merugi di Bulan Ramadhan

Apakah ada orang yang merugi dibulan ramadhan? Kalau ada, bagaimana ciri ciri mereka?

Nabi saw. mengingatkan bahwa ternyata ada orang-orang yang justru merugi manakala Ramadan tiba dan berlalu. Sabda beliau,

قَالَ لِي جِبْرِيلُ: رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَقُلْتُ: آمِينَ

 

“Jibril as. berkata kepada diriku, ‘Sungguh sangat merugi seseorang yang masuk ke dalam bulan Ramadan, lalu tidak diampuni dosanya.’ Aku pun mengucapkan, ‘Amin (Ya Allah, kabulkanlah).’” (HR Al-Bukhari).

Ada dua ciri yang terkategori  mereka yang merugi selama Ramadan:

 Pertama: Mereka mengerjakan ibadah saum, tarawih, dan beragam amal lainnya bukan karena iman dan mengharap rida Allah Swt.. Mereka beribadah dengan riya dan sumah, seperti untuk pencitraan. Naudzubillah. Sebabnya, syarat untuk meraih magfirah-Nya adalah beramal semata-mata karena iman dan mengharap rida-Nya. Rasulullah saw. bersabda,

مَن صَامَ رَمَضَانَ، إيمَانًا واحْتِسَابًا، غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ

“Siapa saja yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan dan semata-mata mengharap rida Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Al-Bukhari).

Kedua, mereka berpuasa hanya menahan lapar dan haus, sedangkan lisan dan badan mereka terus melakukan kemaksiatan. Rasulullah saw. bersabda,

رُبَّ صائمٍ حَظُّهُ مِن صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ

“Boleh jadi orang yang berpuasa itu ganjaran dari puasanya hanya rasa lapar dan dahaga.” (HR Al-Bukhari).

Dalam hadis Nabi saw. yang lain juga dinyatakan,

مَن لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ والعَمَلَ بِهِ، فليسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ في أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وشَرَابَهُ

“Siapa saja yang tidak meninggalkan kedustaan dan tetap melakukan kemaksiatan, Allah tidak membutuhkan amalan (puasa)-nya yang di dalamnya dia meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR Al-Bukhari).

Termasuk kemaksiatan di sini adalah sengaja mencampakkan hukum-hukum Allah Swt., memfitnah dan menyebarkan permusuhan kepada sesama muslim, serta berkolaborasi dengan orang-orang zalim, padahal Allah Swt. telah mengingatkan agar jangan cenderung kepada orang-orang zalim (Lihat: QS Hud [11] : 113).

Karena itu, sambutlah Ramadan dengan kesiapan iman dan takwa. Mari kita menjadikan Ramadan tahun ini sebagai kesempatan melakukan perubahan diri menjadi insan yang lebih baik di hadapan Allah Swt. Totalitas dalam ketaatan bukan hanya sesaat selama Ramadan, lalu melupakan Allah Swt. serta perintah dan larangan-Nya begitu Ramadan usai.

Sungguh, kita mengharapkan rahmat dan ampunan Allah Swt. setiap saat agar diri ini layak melewati pintu Rayyan di surga-Nya yang telah disiapkan bagi orang-orang yang berpuasa dengan penuh ketaatan.

مَن يَعْزِمُ عَلىَ تَرْكِ اْلمَعَاصِي فِي شَهْرِ رِمَضَانَ دُونَ غَيْرِهِ؛ فَلَيْسَ هَذَا بِتَائِبٍ مُطْلَقًا

“Siapa saja yang bertekad meninggalkan maksiat pada Ramadan saja, tanpa memiliki tekad yang sama pada bulan-bulan lainnya, ia bukanlah orang yang benar-benar bertobat.” (Ibnu Taimiyah, Majmû’ al-Fatâwâ, 10/743) [AW]

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.