20 April 2024
Masjid
10 / 100

 

Dimensi.id – Jika mendengar kata masjid, apa yang akan kita pikirkan? Kebanyakan dari kita akan berpikir masjid adalah sebuah tempat untuk beribadah umat muslim. Benarkah hanya ibadah seperti sholat atau kajian saja?

Bebas Kepentingan Politik

Sebuah masjid di Cirebon diketahui mengibarkan bendera politik. Setelah berita ini tersebar, publik mengecamnya. Bahkan, dari laman Republika.co.id (8/1/2023), Wakil Presiden Ma’ruf Amin menegaskan masjid maupun rumah ibadah lainnya harus bebas dari kepentingan partai politik maupun lainnya.

Hal ini sebetulnya sudah diatur dalam undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, yang di dalamnya menjelaskan bahwa pelaksana, peserta, dan tim Kampanye Pemilu dilarang menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan untuk berkampanye.

Privasi

Dalam sistem sekularisme kapitalisme yang diterapkan saat ini, agama termasuk dalam hal privasi. Masjid sebagai ibadah pun dibatasi sebagai tempat muslim mengatur hubungan privasinya dengan Tuhan. Sementara di ranah publik, agama tidak diperkenankan untuk dibawa. Atau sekedar dijadikan spirit dan formalitas.

Inilah upaya untuk menjauhkan islam dari pemeluknya. Inilah upaya untuk Mengkerdilkan islam dalam kehidupan. Islam dijadikan ritual saja tanpa ada pengaruh besar bagi peradaban dan kebangkitan umat. Dengan dalil agama dan tempat ibadah adalah tempat yang suci, sementara politik penuh dengan hal yang kotor. Tak pantas bagi agama bersanding dengan politik.

Melahirkan Kezaliman dan Perpecahan

Banyak orang berpemahaman sekularisme khawatir jika agama digabungkan dengan politik maka akan terjadi kezaliman. Penguasa akan menindas rakyatnya atas nama Tuhan dan agama, seperti yang dulu terjadi saat lahirnya sekularisme di Barat sana. Padahal, tidak demikian dengan Islam dan yang Rasul contohkan.

Perpecahan yang dikhawatirkan lahir ketika politik ada dalam mesjid merupakan akibat dari politik yang tidak islam saat ini. Politik pragmatis yang saat ini digunakan syarat akan perpecahan, permusuhan. Mereka saling berebut kekuasaan demi kepentingan pribadi dan kelompok, bukan umat. Apalagi memang manfaat yang dijadikan landasan dalam bertindak di sistem sekarang ini.

Coba kita perhatikan hampir semua para politikus yang berkampanye berubah jadi alim penampilannya. Namun, saat jabatan sudah diraih ia justru mengeluarkan kebijakan yang bertentangan dengan aturan Allah.

Definisi politik saat ini pun hanya dikaitkan dengan kekuasaan. Padahal, bukan itu politik dalam islam. Salah mendefinisikan sesuatu akan menghantarkan pada kekeliruan bertindak.

Masjid dalam Islam

Bukan sejarah Barat yang harusnya kita jadikan acuan. Bukan pula menerapkan sistem yang berasal dari Barat sana. Sebagai muslim, sudah seharusnya kita berpegang pada pedoman Alquran, dan teladan Rasul.

Ingatkah kita dengan masjid pertama yang dibangun? Masjid quba. Masjid dengan keutamaannya ini tak hanya Rasul jadikan sebagai tempat shalat dan belajar quran saja. Tapi, masjid dalam Islam dijadikan sebagai pusat aktivitas pemerintahan.

Dengan kata lain, masjid dalam islam sangat dekat dengan aktivitas politik. Di masjid dibahas semua problematika umat. Karena politik dalam islam bukan hanya kampanye dan kekuasaan, tapi mengurusi urusan umat. Membicarakan permasalahan umat, peduli akan umat, mencari solusi atas permasalahan umat, semuanya termasuk aktivitas politik dalam Islam.

Rasulullah dan para sahabat pun melakukan hal ini di masjid. Rasul mendidik umat di masjid. Rasul pun mendiskusikan semua permasalahan umat di masjid. Masalah pribadi, sosial, ekonomi, bahkan jihad dibahas di masjid. Inilah bukti islam menyeluruh dan menjadi solusi bagi problematika kehidupan.

Masjid

Selama ini kita diarahkan untuk menjauhkan masjid dari fungsi komprehensifnya. Sebagaimana muslim dijauhkan dari islam kaffah. Wajar jika kini islam politik menjadi sesuatu yang asing, sebagaimana asingnya masjid digunakan untuk aktivitas politik. Asing dan aneh pula orang yang berjuang menegakkan islam kaffah di tengah umat kini. Namun, jangan khawatir, Rasulullah saw bersabda, “Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).

Wallahua’lam bish shawab.

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.