23 April 2024
11 / 100

Dimensi.id-Semula tak ada yang tahu siapa wanita muda berusia 25 tahun, berinisial YN, kini menjadi viral, bukan karena usaha rental PlayStation di rumahnya, di kawasan Alam Barajo, Kecematan Alam Barajo, Kota Jambi. Namun karena kelakuan binalnya dengan melecehkan 11 anak, anak-anak itu diperintahkan untuk menonton live saat ia berhubungan badan dengan suaminya.

 

Ayah dari salah satu anak yang menjadi korban pelecehan berinisial E mengatakan, “Anak saya bersama korban anak lainnya disuruh menonton dewasa dan pelaku juga menyuruh korban mengintip dari luar melalui celah di jendela saat pelaku berhubungan intim dengan suaminya.” Diketahui juga telah berulangkali terjadi kekerasan seksual sehingga ia melaporkan kasus ini (tvonemews.com, 5/2/2023).

 

Sang suami secara terang-terangan membeberkan tabiat YS yang sehari-hari yang kerap menunjukkan perilaku menyimpang dengan melukai diri sendiri bahkan sering mengancam akan dibunuh jika ia menolak berhubungan badan. Dan hari ini, 7 Februari 2023, YS dibawa ke rumah sakit jiwa untuk diperiksa kejiwaannya.

 

Psikolog analisa Widyaningrum meski mengaku belum memeriksa YS secara profesional namun ia mengatakan faktor penyebabnya sama dengan kasus yang ia temukan di lapangan, yaitu merujuk kepada orang yang melakukan kecenderuangan seksual secara berlebih, menurut DSM 5 ini adalah hypersexuality, di mana kiterianya meliputi yang pertama, adanya dorongan ingin melakukan seksual. Kemudian, berlaku dan kepikiran tentang seks terjadi karena pengalaman hidup sebelumnya alami tekanan seperti trauma.

 

Bahkan, dengan tidak melakukan hubungan seksual seperti kehilangan kendali diri, seperti cemas, anxiety, panik, dan lain sebagainya. Maka dari itu, dia katakan, ia akan melakukan segala cara untuk memuaskan diri secara seksual.

 

Sekulerisme Pangkal Kerusakan Kepribadian

 

Kasus ini benar-benar membuktikan betapa rusaknya sistem kehidupan yang berlandaskan kepada sekulerisme kapitalisme. Fitrah keibuan pun menjadi rusak berubah menjadi keji tanpa nalar. Perempuan yang selama ini dianggap sebagai korban, ternyata bisa menjadi pelaku, bahkan dalam perbuatan yang sangat keji. Jelas, sikap memisahkan agama dari kehidupan, atau sekulerisme penyebabnya. Dimulai dari negara,yang menerapkan aturan selain aturan Allah SWT, sehingga berdampak pada rakyat.

 

Bagaimana bisa? Ya, karena perbuatan terlarang dalam agama, malah menjadi komoditas, tontonan dan tuntunan. Semua dilabeli demi kebebasan. Manusia berhak berkreasi atas dirinya. Bukan tak mungkin, jika dikatakan YS pernah mengalami trauma sehingga otaknya tak bisa berpikir benar, itu berasal dari perilaku orang-orang di sekitar lingkungannya maupun tontonan yang ia tonton setiap hari. Menstimulasi otaknya dengan tayangan yang tak pantas ia tonton. Lihat isi berita di media sosial hari ini, unfaedah, hanya membicarakan artis yang saling hujat, hubungan suami istri yang semestinya bukan untuk publik, flaxing, hedonisme dan lainnya.

 

Disinilah semestinya peran negara sangat penting, berusaha memfilter apapun yang bertentangan dengan agama maupun norma budaya di masyarakat. Lagi-lagi, sekulerisme yang berkuasa dibalik jargon Hak Asasi Manusia, Kebebasan dan lain sebagainya telah menghilangkan fungsi itu. Apalagi, sistem ekonomi negara kita maupun dunia adalah kapitalisme yang memang sangat cocok dengan sekulerisme, apapun yang bisa mendatangkan manfaat tak boleh dihalangi, terutama atas nama agama.

 

Khomer yang jelas haram, menjadi halal dengan alasan pariwisata mendatangkan pendapatan negara, film-film porno maupun situs online yang menyediakan konten sampah masih marak, hanya karena rumah produksinya bertaraf internasional, dan mereka bayar pajak. Budaya barat dalam hal berpakaian dan bersosialisasi pun menjadi kiblat modernitas, padahal apa yang mereka pakai mencerminkan apa yang merek fikirkan, kebebasan tanpa batas. Lantas, mengapa negeri dengan muslim terbesar di dunia ini nurut begitu saja? Padahal jelas-jelas ajaran agamany melarang. Pura-pura tak tahu demi harta yang pasti.

 

Karena itu, tidak sepantaasnya umat berharap kebaikan dalam sistem ini, karena sistem ini merusak kehidupan manusia. Tak ada yang bisa diharapkan, ibarat sebuah tanaman yang akarnya sudah busuk, diganti pot ataupun disiram dan diberi pupuk, tetap tak akan tumbuh dengan baik. Kecuali harus dicabut dan diganti dengan tanaman yang baru.

 

Islam memiliki aturan kehidupan yang sempurna dan menyeluruh

 

Allah SWT berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” [QS. Al Isra: 9]. Maka siapapun yang menerapkan semua isi Alquran tanpa memilah ataupun meninggalkan sebagian dan melaksanakan yang sebagian tentu akan selamat dunia akhirat.

 

Jika kini kaum Muslim sendiri ragu, hal ini karena sedemikian dalamnya racun sekulerisme dihujamkan oleh asing ke benak-benak mereka. Yang tersisa hanyalah gambaran kebahagiaan semu. Seolah kapitalisme, sekulerisme, HAM mampu memberikan kehidupan yang lebih baik. Hingga ada salah satu ormas di negeri ini yang mengumumkan akan menjalankan fiqih baru yaitu piagam PBB yang lebih menghormati perbedaan dan mampu memelihara persatuan.

 

Astaghfirullah, fakta kerusakan generasi hari ini sudah dalam taraf memprihatinkan, hingga seorang ibu, yang seharusnya menjadi pendidik , lemah lembut dan berkasih sayang kepada anaknya ataupun anak-anak kaum Muslim lainnya berubah menjadi keji dan mesum bukankah itu sudah bencana yang luar biasa? Islam dengan seperangkat aturannya datang untuk mengatur kehidupan dunia, dan menetapkan adanya pertanggungjawaban di akherat.

 

Yah, perilaku ibu mesum di Jambi itu harus dijatuhi sanksi yang berat, sebab mendekati zina saja dilarang ini malah mempertontonkan pada orang lain hingga menciptakan pelecehan dan suasana tidak nyaman aman. Akankah hukum di negeri ini akan mewujudkannya? Jelas tidak! Lagi-lagi, keadilan di negeri ini adalah komoditas, tergantung siapa yang membutuhkan dan memainkan.

 

Dalam Islam, negara berkewajiban menjaga kehormatan individu rakyat, siapapun dia, tidak berhak diperlakukan tak senonoh meski ia masih anak-anak. Muslim maupun non muslim. Pertama melalui pendidikan, dengan kurikulum berdasarkan akidah. Agar anak paham siapa yang harus ia takuti dan taati, yaitu Allah SWT, ditanamkan bahwa Allah SWT Maha mengawasi.

 

Kedua melalui jaminan ekonomi syariat yang mudah diakses oleh setiap individu rakyat, baik ia sebagai konsumen maupun produsen. Tak sedikit kasus pelecehan seksual karena himpitan ekonomi, kemiskinan ekstrem menjadi bagian dari rakyat, sehingga jika rakyat terlampau sulit sejahtera, ia akan dengan mudah beraktifitas tanpa takut risiko. Maka wajar jika kriminal marak.

 

Ketiga, negara bersama rakyat menyatu dalam beramar ma’ruf nahi mungkar, bukan negara sebagai penjaga keuangan, sedang rakyatnya susah tak digubris. Keempat dengan sistem hukum dan peradilan yang tegas dan bukan tebang pilih. Dengan demikian manusia terjaga tetap dalam fitrahnya sebagai manusia yang merupakan sebaik-baik ciptaan Allah SWT. Wallahu a’lam bish showab. [DMS].

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.