3 Mei 2024

Dimensi.id-Covid-19 yang semakin berkembang membuat pemerintah memberlangsungkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), akibatnya terjadi PHK massal membuat krisis ekonomi bagi setiap masyarakat, walaupun pemerintah memberikan bantuan sosial, nyatanya itu sama seklai tak cukup memenuhi kebutuhan hidup, kemerosotan ekonomi yang dialami masyarakat, pekerjaan yang hilang akibat kebijakan PSBB, dan tidak bolehnya mudik padahal mereka sama sekali tidak memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya membuat masyarakat mengalami dilema yang serius.

Covid-19 memang merupakan masalah serius tapi memenuhi kebutuhan hajat hidup manusia juga tak kalah serius, jiga seperti ini kejadiannya masalah yang muncul bukan lagi mati akibat covid-19 tapi mati akibat kelaparan.

Konsep di rumah aja jangan kemana-mana bila sayang keluarga hanyalah suatu selogan yang berlaku bagi masyarakat kalangan atas, masyarakat menegah saja susah apalagi kebawah, masa pandemi ini yang ada di benak masyarakat hanyalah bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidup mereka, karena memang cari makan di tengah pandemi ini benar-benar sangat susah, akibat aktivitas yang dibatasi. Tak heran masyarakat stres memikirkan bagaimana cara untuk bisa mendapatkan pengahsilan walaupun sedikit   dan melalui berbagai resiko.

Tak heran dengan susahnya ekonomi saat ini, mengakibatkan rusaknya kehidupa sosial masyarakat, kebutuhan yang tinggi di saat memasuki Bulan Ramadhan, ada yang memilih jalan meremapok untuk pendapatkan pengahsilan di tambah lagi pemebebasan ribuan narapidana dengan dalih mengurangi resiko penyebaran di dalam sel.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisiaris Besar Yusri Yunus mengatakan pelaku perampokan menargetkan minimarket atau toko-toko yang menjual kebutuhan sehari-hari. Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Asep Adi Saputra mengatakan peningkatan angka kejahatan  selama masa pandemi corona sekitar 11,8 persen CNNIndonesia (25/04/2020).

Pastinya tidak ada orang yang ingin melaulakan perampokan secara suka rela, mereka melakukannya pasti karena merasa putus asa karena merasa prustasi serta tidak ada jalan lagi untuk bisa memperoleh penghasilan   dan juga tidak ada orang kaya yang melakukan perampokan yang menargetkan minimarket atau toko-toko yang menjual keperluan sehari-hari, pastinya yang melakukan peramapokan adalah orang-orang yang mengalami kesulitan hidup, wajar jika angka kejahatan semakin meningkat, karena meorosotnya ekonomi secara besar-besaran, PHK massal, dan pekerjaan tidak ada , tambah lagi ribuan napi yang dibebaskan yang membuat kerusakan sosial dan angka kejahatan semakin tinggi.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula, ini adalah kata-kata kiasan yang menggabarkan keadaan kita saat ini, sudahlah covid-19 mengahantui, bencana kelaparan melanda, tambah lagi hilangnya rasa aman karena kasus kejahatan dan ribuan napi yang dibebaskan. Rasa prustasi yang dialami oleh sesorang bisa memicu terjadinya tindak kekerasan yang meyebabkan maraknya kerusakan sosial.

Pengangguran, peningkatan angka kemiskinan, hingga kejahatan dapat memicu berbagai kerusakan sosial di tengah-tengah masyarakat. Sembako yang dibagikan tidak bisa dijadikan solusi untuk menyelesaikan rasa prustasi,  seorang pria berinisial JT di Jakbar bunuh diri usau sebulan terkena PHK .CNNIndonesia (21/04/2020).

Kasus bunuh diri akibat PHK ini telah merusakan tatanan kehidupan seseorang dan masyarakat hingga membuat mereka mengabil langkah yang gila untuk mengatasi rasa prustasinya, tidakkah pemerintah merasa malu dengan keadaan ini, ini menjadi bukti gagal pemerintah dalam menanggung jawabi rakyatnya, yang dibutuhkan bukanlah kata-kata motivasi yang saat ini tidak berarti apa-apa tetapi solusi untuk memperbaiki kehidupan, jika pemerintah mengambil langkah yang benar dan singap dalam mengasi masalah pandemi ini sedari awal pastilah tidak akan terjadi hal yang luar biasa rusak seperti saat ini.

Penanganan masalah yang diambil pemerintah terbukti tidak tepat, faktanya kia melihat angka penyebarluasan covid-19 yang semakin tinggi, peningkatan angka kemiskinan dan kejahatan yang semakin marak. Ibarat penyakit, negeri ini sakitnya sudah komplikasi. Kalau lah masalah ini tidak di selasaikan secara tepat maka kehancuran sudah didepan mata,  apalagi yang diharapkan?, bantuan sosial yang diberikan perintah tidak disetiap daerah ada, adapun tidak semua bisa mendapatkannya karena ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar bisa menerima bantuan sosial, buktinya saya hanya bisa melihat ditelivisi bantuan sosial, kalau disekitar tempat tinggal saya tidak ada. 

Mau tidak mau pemerintah harus sigap dan cerdas dalam mengatasi ini, dan jangan saampai memikirkan untung rugi yang akan didapatkan oleh peerintah, karena jika masih memikirkan untung rugi, maka pasti  kebijakan dan penaganan yang diberikan tidak akan mampu menyelesaikan masalah yang menimpa negeri ini secara tuntas.

Segala   stuktur negara harus menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh, agar polemik ini bisa mendapatkan titik terang, aneh jika presiden yang melakukan bantuan sosial, membagi-bagikan sembako dengan mobilnya, tetapi mereka yang duduk dikursi pemerintahan duduk cantik dan mengatakan ayok kerja sama melawan covid-19, kalau mengatakan itu saja anak-anak juga bisa. Buktikan kalau kalian yang duduk dikursi peerintahan pantas duduk dikursi yang susah didapatkan itu.

Penanganan yang tepat akan membuahkan hasil yang bagus, sebaliknya penanganan yang salah akan mebuahkan hasil yang rusak, salah-salah sedikit bisa fatal akibatnya, karena kondosi saat ini sangat-sangat rentan, maka peerintah harus memberikan kebijakan yang cerdas, sigap, dan cepat tanggap, agar masalah ini bisa diseleseikan secepat mungkin.

penulis : Eka Budi utari (Aktivis Mahasiswa UINSU)

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.