19 April 2024
toleransi
64 / 100

Dimensi.id-Toleransi sering dimaknai salah dengan menganggap semua agama sama, sehingga ikut merayakan hari raya agama lain dan memberi selamat pada mereka dianggap hal biasa. Ikut mempersiapkan peribadatan agama lain dianggap bentuk toleransi yang dijunjung tinggi dalam ajaran sekularisme. Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka membagikan video persiapan menjelang Natal di wilayahnya.

Namun tidak demikian toleransi dalam ajaran Islam, karena toleransi dalam Islam tegas dan jelas tanpa ikut campur urusan peribadatan agama lain. Menunjukkan begitu rapuhnya akidahnya dan berislam hanya setengah-setengah untuk pencitraan agar terkesan baik dihadapan manusia. Muslim sejati akan mengembalikan pada ajaran Islam secara kaffah, bukan apa kata orang. Dalam Islam, standar perbuatan jelas dan tegas bukan sesuatu yang samar, karena menjadikan pemikiran manusia yang lemah dan sering salah sebagai landasan berfikir.

Rasullulah dalam kepemimpinannya tidak pernah mencontohkan dengan ikut mempersiapkan perayaan dan peribadatan agama lain sebagai bentuk toleransi. Dalam sistem sekuler seperti saat ingin mungkin dianggap keren, menjadikan agama sebagai permainan, bukan keyakinan yang harus dipegang teguh. Bisa jadi Keren di mata manusia, tapi bukan sikap dan perbuatan yang benar dihadapan Allah SWT. Berislam harus kaffah, tidak boleh setengah-setengah. Muslim sejati harus berani menunjukkan identitas dan sikapnya sebagai muslim, dan menjadikan Islam sebagai standar setiap perbuatan.

Toleransi dalam Islam jelas dan tegas batasannya. Seperti yang dijelaskan di al-Qur’an surat al-Kafirun. “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” Sikap tegas yang ditunjukkan seorang Muslim sejati, tidak boleh ikut-ikut merayakan peribadatan agama lain, bahkan hanya sekedar memberi ucapan selamat. Akhidah adalah dasar dan landasan bagi kita untuk memutuskan sesuatu.

Meskipun banyak orang menganggap bahwa ikut mempersiapkan dan merayakan peribadatan agama lain dianggap kebaikan, namun kita harus berani memiliki sikap yang berbeda atas pemahaman orang kebanyakan yang salah dalam memaknai toleransi. Tidak peduli dikatakan radikal ataupun intoleran, kita harus berpegang teguh pada keyakinan yang benar. Kita harus berani berislam kaffah dan bangga menjadi muslim sejati. Beragama bukanlah pencitraan agar dilihat baik dihadapan manusia, tapi semua kita lakukan untuk mencari ridho Allah.

Yakinlah apapun yang diperintahkan dalam ajaran Islam yang lurus dan mulia pastilah membawa kebaikan. Tidak perlu ragu, tapi segera kerjakan sebagai sebagai bentuk keimanan dan ketaqwaan kita jika itu diperintahkan dalam Islam. Sebaliknya, katakan tidak pada sesuatu yang dilarang dalam Islam, meskipun banyak orang menganggap biasa bahkan satu kebaikan yang dijunjung tinggi.

Sikap tegas seorang muslim sejati, tidak akan mudah dipengaruhi. Namun Muslim sejati akan menjadi lentara yang memberi cahaya pada siapapun agar mereka bisa melihat kebenaran hakiki, bukan dengan kekerasan atau paksaan. Kebenaran Hakiki pada hakekatnya berasal dari al-khalik, pencipta alam semesta, manusia dan hidup.

Islam bukan berasal dari bangsa tertentu, tapi Islam adalah milik seluruh umat manusia yang diturunkan oleh Allah melalui Rasul Nya agar manusia tertunjuki ke jalan lurus, jalan orang-orang yang telah diberi nikmat, bukan mereka yang dapat murkaNya, dan tidak pula mereka yang tersesat. Jika Islam diterapkan secara kaffah akan membawa pada kebaikan pada seluruh umat manusia dan memperbaiki semua yang rusak karena diterapkannya sistem yang rusak.

Berislam tidak boleh setengah-setengah hanya karena ingin dianggap toleran. Padahal sikap toleran sangat jelas dan tegas dalam Islam, tidak mencampur adukkan keyakinan, bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Jadi tidak perlu mencampuri ataupun mengikuti agama lain. Jangan karena ingin diterima oleh semua kalangan, kita menggadaikan keyakinan.

Kekuasaan di dunia hanya sementara, sementar kehidupan akhirat untuk selama-lamanya. Sungguh rugi punya kekuasaan tapi tidak digunakan untuk memperjuangkan Islam, padahal kekuasaan pada hakikatnya dari Allah SWT. dan nanti pasti akan dimintai pertanggung jawabannya. Celaka, jika kekuasaan yang dimiliki digunakan untuk musuhi agama Allah, bukan menolong agamaNya. Padahal jelas pertolongan Allah akan datang jika kita mau membela dan menolong agamaNya.

Saat bencana datang siapa yang bisa menolong? Hanya Allah pencipta hidup, alam semesta, dan manusia, bukan penguasa atau orang yang kita puja. Mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa, bahkan hanya untuk menolong diri mereka sendiri. Lalu, bagaimana kita menolak diatur dengan syariatNya secara kaffah, padahal Dia Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Mudah bagiNya mencabut semua yang selama ini kita nikmati. Kenapa menolak perintahNya, padahal Dia yang menciptakan kita, dan menjamin setiap rezeki bisa kita nikmati, meskipun kita hanya diam tanpa melakukan apa-apa. Saat Dia menghendaki bencana terjadi pada penduduk suatu negeri, hanya kepadaNya kita memohon pertolongan.

Sungguh, sekularisme adalah ajaran orang-orang bodoh yang tidak mampu berfikir cemerlang. Kesombongan manusia, menjadikan manusia bersikap bodoh dan jauh dari petunjukNya. Padahal jika mau mengikuti Islam, kita akan termasuk orang-orang beruntung, mereka yang telah diberi nikmat. Kemudahan dan keberkahan akan kita rasakan, dan sebaik-baik tempat kembali akan kita dapat.

Saatnya, kita berfikir cemerlang dengan menerapkan Islam secara kaffah setidaknya dalam kehidupan kita. Islam tidak hanya berlaku di tempat ibadah, tapi Islam harus kita bawa kemanapun kita pergi dan menjadikanya sebagai landasan berfikir untuk memutuskan sesuatu itu benar atau salah termasuk juga saat kita harus bertoleransi. Kembalikan semua pada ajaran Islam yang lurus dan mulia agar kita tidak tersesat dari jalan yang lurus dan agar kita bisa menjadi orang-orang mulia. [Dms]

Penulis : Mochamad Efendi

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.