29 Maret 2024
Kekerasan Anak
71 / 100

Dimensi.id-Nama Cristian Rudolf Tobing (36), dewasa ini tengah menyedot perhatian publik. Bukan tanpa sebab, yang demikian lantaran ia telah membunuh Ade Yunia Rizabani alias Icha (36) di sebuah Apartemen di Jakarta. Diketahui pria yang merupakan mantan pendeta tersebut membunuh Icha, dikarenakan dendam. Pembunuhan ini pun dilakukan secara terencana. Pelaku mengaku bahwa sebelumnya telah mempelajari cara membunuh tanpa suara lewat internet. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan AKBP Indrawienny Panjiyoga, Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya. (detikNews, 23/10/2022)

Kekerasan hingga berujung kematian di negeri ini memang bak fenomena gunung es. Dari tahun ke tahun kasus ini bukannya berkurang, malah terus meningkat tajam.

Dilansir oleh Okezone.com (24/10/2022), sepanjang Oktober 2022, beberapa kasus kekerasan hingga berujung pembunuhan telah terjadi di negeri ini. Salah satunya aksi penganiayaan terhadap seorang bayi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Diketahui bayi malang tersebut dibanting oleh pamannya sendiri ke lantai hingga meregang nyawa pada Sabtu (22/10/2022).

Kasus serupa juga terjadi di Sragen, Jawa Tengah. Masih dalam laman yang sama, seorang ibu bernama Suwarni (64) Tahun, tega menghabisi anaknya Supriyanto (40). Kemudian juga ada kasus kekerasan di kalangan remaja di Jalan Bintaro Permai Raya pertigaan Kodam, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Dalam aksi tawuran tersebut polisi berhasil mengamankan berbagai jenis senjata tajam.

Innalillahi, entah apa yang terjadi di negeri ini. Kenapa kekerasan demikian marak di mana-mana. Pelakunya pun datang dari berbagai kalangan. Baik pendeta, remaja, saudara, seorang suami, bahkan seorang ibu. Motifnya juga beragam, dari mencurahkan kekesalan hingga balas dendam. Hal ini menjadi pertanyaan besar mengapa yang demikian bisa terjadi? Sebegitu mahalkah harga keamanan di negeri ini?

Penyebab Maraknya Kekerasan

Sejatinya, maraknya kekerasan hingga penghilangan nyawa di negeri ini, dipicu oleh beberapa faktor. Pertama, minimnya ketakwaan individu. Kedua, tidak sehatnya interaksi di masyarakat, sehingga memunculkan stress sosial. Ketiga, mandulnya fungsi keluarga sebagai tempat menempa kasih sayang. Keempat, maraknya tontonan berbau kekerasan dan maksiat. Kelima, minimnya peran dari negara dan penguasa dalam mengatasi kasus ini.

Padahal sejatinya, untuk mengatasi masalah kekerasan yang mewabah, harus ada kerjasama antara keluarga, masyarakat, dan negara/penguasa. Setiap keluarga dan masyarakat butuh dibina agar taat pada agama (Islam). Ketika keluarga dan masyarakat taat pada agama (Islam), maka dapat dipastikan akan tercipta lingkungan yang sehat. Karena agama merupakan rambu-rambu bagi manusia dalam melakukan aktivitas.

Baca Juga : Pengelolaan SDA atas Asing, Selamanya Tak Akan Membawa Kesejahteraan Indonesia

Sementara negara dan penguasa harus segera mengambil langkah serius agar masalah ini segera dapat diatasi sampai tuntas. Seperti menerapkan hukum yang tegas dan menjerakan bagi pelaku kekerasan terhadap anak. Di sisi lain pemerintah pun harus mengawasi seluruh tontonan yang ada. Tetapi sayang, semuanya hanya isapan jempol saat ini.

Sistem Kapitalisme-sekuler Biang Keroknya

Penerapan Sistem Kapitalisme-sekuler telah menjadikan tatanan kehidupan demikian rusak dan tidak sinkron. Sistem ini telah gagal memberikan jaminan keamanan bagi manusia. Sebab, paham sekuler (pemisahan agama dari kehidupan) telah mengikis ketakwaan individu, masyarakat dan negara. Ketika agama sudah tidak dijadikan patokan dalam kehidupan, maka terciptalah manusia yang rentan stress dan mudah emosi. Bahkan tidak segan membunuh demi melampiaskan kekesalan atau kemarahannya.

Mirisnya, penerapan sistem ini pun telah sukses mencetak para pemimpin yang abai dan lalai dalam menjaga keamanan rakyatnya. Karena, dalam sistem Kapitalisme, hukum bagi para pelaku kekerasan dan maksiat lainnya demikian lemah. Hal ini diperparah dengan maraknya tayangan-tayangan yang berbau maksiat hingga kekerasan. Dalam sistem ini, berbagai konten maksiat dan kekerasan banyak bertebaran. Tujuannya demi meraih cuan dan subscriber banyak. Ditambah dengan sistem sanksi yang lemah dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Alhasil, terjadilah beragam tindak kejahatan. Termasuk kekerasan yang berujung pada kematian.

Islam Solusi bagi Kekerasan

Sebagai agama sempurna, Islam hadir ke muka bumi ini bukan sekadar agama ritual belaka, tetapi Islam mempunyai solusi untuk semua masalah kehidupan. Termasuk problem kekerasan.

Dalam Islam, nyawa manusia demikian dilindungi. Membunuh seseorang tanpa alasan yang hak adalah dosa besar.

Rasulullah saw. bersabda:

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah daripada terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR.Tirmidzi)

Tersebab itulah, negara yang menerapkan aturan Islam akan sungguh-sungguh menjaga nyawa manusia. Agar nyawa manusia terjamin keamanannya, maka penguasa Islam akan memosisikan dirinya sebagai junnah (pelindung) bagi rakyatnya.

Negara yang menerapkan aturan Islam pun akan mencegah segala macam yang menjurus pada kejahatan/kekerasan. Sejak dini, negara Islam akan membina ketakwaan dan keimanan rakyatnya dengan menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang kuat. Sehingga rakyat menjadi pribadi yang taat pada syariat dan jauh dari hal yang berbau maksiat.

Negara Islam juga membudayakan amarma’rufnahimungkar dan saling menasihati. Sehingga ketika kejahatan terjadi, akan segera bisa dicegah dan diatasi. Sebab, masyarakat tak segan saling menasihati. Negara Islam pun akan mengawasi berbagai tontonan di media-media yang ada. Sehingga tidak ada lagi tayangan-tayangan berbau kekerasan dan maksiat.

Di sisi lain, negara Islam pun akan menerapkan sistem ekonomi berbasis syariat. Sehingga adil dan stabil, jauh dari krisis ekonomi. Alhasil, setiap masyarakat maupun individu akan terhindar dari stress akibat kesulitan ekonomi.

Jika terjadi kekerasan (meskipun kemungkinannya kecil), maka negara Islam akan segera mengatasi hal tersebut sampai tuntas. Negara Islam akan menerapkan aturan tegas kepada pelaku kekerasan.

Jika kejahatan yang dilakukan adalah membunuh, maka negara Islam akan menerapkan hukuman serupa (mati) bagi pelaku. Tetapi, apabila kejahatan yang dilakukan tidak sampai membunuh, negara Islam akan menerapkan sanksi (ta’zir) yang jenis kadarnya ditentukan oleh pemimpin Islam (Khalifah). Tentunya, sanksi dan hukuman ini, dipastikan bersifat menjerakan sekaligus menjadi pencegah bagi manusia untuk melakukan kejahatan serupa.

Demikianlah betapa sempurnanya Islam dalam mengatasi seluruh masalah kehidupan. Islam mengentaskan masalah dari akarnya. Dari sini, maka jelas hanya dalam sistem Islamlah berbagai kerusakan dan kekerasan tidak mendapat tempat.

Melalui penerapan syariat Islam kafah (menyeluruh), maka jaminan keamanan, jiwa, akal, akidah, harta, kehormatan, serta wibawa negara, akan terjaga. Karena itu, sudah sepantasnya kita kembali kepada Islam dan menerapkannya secara menyeluruh dalam seluruh sendi kehidupan. Kemudian membuang sistem Kapitalisme-sekuler biang segala kerusakan.

Wallahu a’lam bi ash-shawwab.

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.