25 April 2024
Kebebasan Berpendapat Hanya Angan, Dimana Demokrasi?

Kebebasan Berpendapat Hanya Angan, Dimana Demokrasi?

67 / 100

Dimensi.id-Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Profesor Thomas Djamaluddin menuliskan permintaan maaf usai menyebut Muhammadiyah tidak taat kepada pemerintah karena perbedaan penetapan 1 Syawal (wartaekonomi.co.id, 27/4/2023). Sebelumnya, Andi Pangerang Hasanuddin, yang juga seorang peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melayangkan komentar berisi ancaman menghalalkan darah alias pembunuhan kepada warga Muhammadiyah juga karena perbedaan penentuan akhir Ramadan.

Wakil Sekretaris Jendral MUI, sekaligus Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, M Azrul Tanjung, turut mempertanyakan kapasitas Andi yang bukan ahli di bidangnya dan meminta polisi segera memanggil dan mengusut yang bersangkutan karena sudah membuat resah dan keonaran.

Azrul menyebut selama ini tidak pernah ada masalah dengan perbedaan dalam penentuan awal Ramadan dan Idulfitri di tanah air. Sebab, perbedaan itu adalah rahmat selagi masih dalam kesamaan akidah. Azrul menegaskan Muhammadiyah merupakan organisasi besar dan selalu terlibat dalam pembangunan peradaban di Indonesia.

Demikian pula dengan Anggota Komisi X DPR RI Prof Zainuddin Maliki yang merasa geram dengan ancaman yang datang kepada Masyarakat Muhammdiyah. Dirinya mengatakan tak boleh muncul kembali peneliti-peneliti serupa AP Hasanuddin.

BRIN menurutnya harus turun tangan. Salah satunya dengan memberikan tindakan tegas atas hal tersebut serta mengedukasi jajarannya mengenai toleransi. “Yang bersangkutan sudah meminta maaf, tetapi saya mengharap BRIN tetap memberi edukasi dan mengambil langkah tegas kepada penelitinya agar tidak merusak semangat toleransi yang sedang dibangun bersama dengan susah payah,” kata Zainuddin ( wartaekonomi.co.id, 28/4/2023).

Keadaan politik negeri ini memang bak hutan rimba, pejabat mudah mengancam, rakyat susah mencari keadilan. Sedemikian kacaunya hingga persoalan perbedaan ini meruncing pada intimidasi kelompok masyarakat, ormas, bahkan hingga parpol. Terutama mereka yang giat menyerukan perubahan, penerapan Islam Kaffah seolah mereka adalah musuh, gulma perusak tanaman pokok. Astaghfirullah.

Sejatinya kelompok masyarakat, Ormas atau Parpol hanyalah wadah berkumpul masyarakat untuk memberikan aspirasi dan mencerdaskan umat sebagaimana landasan dalilnya dalam firman Allah SWT dalam Qs Ali Imran :108, namun justru menumbuhkan sikap ashobiyah ( fanatik kelompok) yang berlebihan hingga melebihi fanatik terhadap agama itu sendiri. Bahkan pada praktiknya tak segan menganggap saudara seakidah sebagai musuh. Ini bukti lemahnya taraf berpikir kaum Muslim hari ini.

Demokrasi Bermuka Dua

Kebebasan berpendapat nyatanya tidak berlaku untuk Islam, penyerangan dilakukan baik secara fisik maupun verbal, dari kaum Muslimin sendiri maupun pemerintah. Inilah bukti bahwa demokrasi tidak konsisten terhadap pilar-pilar kebebasan yang diusungnya. Bahkan sebagai pemangku kekuasaan di beberapa wilayah hingga ada pelarangan penggunaan fasilitas umum untuk mereka yang merayakan Idul Fitri lebih awal. Sungguh sangat ekstrem.

BRIN sebagai salah satu lembaga negara yang menjadi manifestasi ilmu pengetahuan, sains dan teknologi justru menyulut ujaran kebencian, sangat tidak relevan. Semestinya sebagai kaum terpelajar, yang dilebihkan Allah sederajat lebih tinggi dari manusia biasa karena keilmuan mereka mampu secara bijak menjadi jembatan antara penguasa dan rakyat, kemudian secara sadar mengedukasi umat agar lebih cerdas dan memahami agama lebih baik.

Baca Juga : Manfaat Menulis Artikel: Mengapa Menulis Adalah Hal Penting Bagi Kita

Ditambah dengan dangkalnya pemikiran kaum Muslimin terhadap agamanya makin memperburuk keadaan. Tentulah ini akibat demokrasi yang asasnya adalah sekuler, dimana agama dilarang ikut campur dalam pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Padahal, dua wilayah inilah yang paling sering memunculkan pergesekan. Berbeda dengan Islam jika dijalankan dalam ranah individu, selain tak akan berpengaruh pada politik di negeri ini, juga karena Islam secara individu pun diterapkan hanya sebagian kecil saja.

Setiap tahun terjadi perbedaan penentuan hari raya , demikian pula saat penentuan awal puasa, seharusnya memunculkan tanya, mengapa demikian? Padahal bulannya satu begitupun dalilnya sangat jelas. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Berpuasalah kalian dengan melihat hilal dan berbukalah (mengakhiri puasa) dengan melihat hilal. Bila ia tidak tampak olehmu, maka sempurnakan hitungan Sya’ban menjadi 30 hari,” (HR Bukhari dan Muslim).

Memang sudah masyhur jika ada dua metode dalam menentukan awal dan akhir Ramadan, yaitu metode rukyatul hilal dan ikmal atau istikmal.

Pertama

metode rukyatul hilal adalah melihat secara kasat mata munculnya bulan sabit yang menandakan sudah akhir bulan Sya’ban dan masuk awal bulan Ramadan, sesaat setelah tenggelamnya matahari, sehingga kaum Muslim diwajibkan untuk berpuasa. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya, “Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan tersebut.” (Qs al-Baqarah : 185).

Kedua

Rukyatul hilal ikmal atau istikmal. Metode ini digunakan bila malam ke-29 Sya’ban, hilal juga masih belum terlihat karena terhalang awan atau cuasa. Metode ini juga disinggung dalam hadits Rasulullah yang dijelaskan sebelumnya. Konsep dari metode ikmal pada dasarnya adalah menggenapkan hitungan bulan menjadi 30 hari.

Selain itu ada metode lain yaitu hisab, yaitu mengacu pada gerak faktual bulan di langit sehingga bermula dan berakhirnya bulan kamariah berdasarkan pada kedudukan atau perjalanan Bulan benda langit tersebut. Landasan dalilnya adalah QS. Yasin ayat 39-40, metode ini yang disebut metode hisab hakiki, yang diklaim lebih akurat daripada penggunaan rukyat, sebab terkadang penglihatan rukyat terhalang oleh cuaca alam, alat optik, dan kemampuan manusia itu sendiri. Berbagai metode ini tak bisa dinafikan ada dalam kehidupan masyarakat kita, sebagai bentuk keanekaragaman khasanah Islam.

Butuh Pemimpin yang Bisa Menghilangkan Perbedaan

Namun, kesepakatan jumhur ulama di dunia lebih menekankan pada apa yang dicontohkan Rasulullah Saw semasa hidup beliau ketika mengawali dan mengakhiri Ramadan. Persatuan kaum Muslimin sangatlah dibutuhkan, sebab kebangkitan berpikir tak mungkin diraih tanpa adanya persatuan. Sangatlah mengenaskan, ketika yang seharusnya setiap Muslim adalah bersaudara sebagaimana firman Allah SWT yang artinya, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Qs al-Hujurat :10).

Nyatanya, perbedaan pendapat para pemimpinnya yang menetapkan standar sendiri-sendiei untuk negerinya telah menjadikan kaum Muslim seolah terpecah belah. Nation state telah menghancurkan ukhuwah Islamiyah, yang seharusnya Rasulullah menjadi panutan dan suri tauladan dicampakkan begitu saja demi ego manusia.

Jika sudah terpecah belah, apa yang nampak? Kelemahan, dari sinilah musuh-musuh Islam akan terus melancarkan penjajahannya dan berusaha sekuat tenaga mengukur datangnya kejayaan Islam sebagaimana yang dijanjikan Allah SWT. Allah SWT berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan berkuasa orang-orang sebelum mereka, dan sungguh Dia akan meneguhkan agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka.” (Qs an-Nuur; 55).

Perlu dipahami, bahwa seorang pemimpin dalam Islam adalah pengurus urusan rakyat, ia pemersatu dan menghilangkan segala perbedaan. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw,” Imam (pemimpin) itu pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus“. (HR al-Bukhari dan Ahmad). Hari ini kita sangat membutuhkannya, sosok pemimpin yang bersedia menerapkan Islam secara Kaffah. Agar keselamatan dan kesejahteraan terwujud. Agar agama ini dimenangkan atas kaum kafir. Wallahu a’lam bish showab. [DMS].

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.