25 April 2024
11 / 100

Dimensi.id-Kematian satu keluarga yang terdiri dari empat orang di Kalideres, Jakarta Barat, penyebab kematiannya masih menjadi misteri. Hengki Ditreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengatakan pihaknya juga sedang menunggu hasil dari kedokteran forensik maupun laboratorium forensik mengenai sebab-sebab kematian secara akurat.

Sempat mencuat dugaan penyebab kematian satu keluarga itu karena kelaparan, namun dibantah oleh Ketua RT 07/15 Perumahan Citra Garden, Tjong Tjie Xian alias Asyung, sebab keluarga ini tergolong mampu. Namun Asyung mengiyakan jika keluarga ini tergolong tertutup kepada warga dan juga saudaranya. Saking tertutupnya, bahkan kematian keluarga itu baru terungkap setelah tiga minggu. Setelah warga mencium aroma busuk dari dalam rumah yang berpagar tinggi itu.

Dengan bertambahnya barang bukti menambah kemungkinan lain dari penyebab kematian satu keluarga ini salah satunya mereka adalah penganut sekte apoliptik, yang mempercayai kiamat namun dengan pemahaman ekstrim. Pakar Psikolog Forensik, Reza Indragiri Amriel mengingatkan untuk tidak mengkambing hitamkan sikap anti sosial dari keluarga yang dikenal tertutup itu.

Hanya karena pagar yang menutup rumah keluarga tersebut tinggi dan tertutup rapat, bukan berarti mereka anti sosial. Dari fakta itu pun belum bisa dibangunn asumsi apapun. Masyarakat saat ini kerap menjadikan keengganan bersosialisasi sebagai masalah. Tetapi lupa untuk menilik bahwa mungkin saja, mereka enggan bersosialisasi ini justru sebagai akibat, sehingga mereka menutup diri. Bisa pula karena rasa aman yang hilang. Sehingga mereka enggan untuk membuka pagar terlalu sering dan enggan untuk memasang pagar ukuran yang rendah (Republika.co.id, 12/11/2022).

Masyarakat Sekuler buah Tak diterapkan Syariat Islam

Sebenarnya bukan kali pertama ditemukan kasus kematian yang terlambat ditemukan oleh masyarakat. Penyebabnya pun beragam, ada yang karena musyrik, kelaparan, sakit, manula dan lain sebagainya. Berulangnya kasus menandakan memang tak ada penanganan khusus baik dari negara maupun masyarakat.

Yang kemudian menjadi fokus pemikiran kita adalah pola hubungan tetangga dalam masyarakat yang dibina sistem sekuler hari ini. Benar-benar telah memutus silahturahmi dalam makna yang sebenarnya, dimana kepedulian dan hubungan sudah sangat individualistis, tidak ada kepedulian dan hubungan sosial kemanusiaan. Semua mencari aman sendiri demi kemaslahatan sendiri. Mau tak mau, kecanggihan teknologi yang menjembatani hubungan antar manusia di berbagai wilayah hingga dunia juga turut menyumbang makin meruncingnya egoisme dan individualisme.

Kasus ini juga menggambarkan Lemahnya peran pemimpin umat dalam bentuk kepedulian terhadap rakyat. Kejadian yang berulang tak juga menjadikan fokus perhatian para petinggi negeri ini. Yang mereka ributkan adalah politik identitas yang disinyalir digunakan oleh beberapa partai peserta pemilu. Padahal, sebagai individu muslim mereka punya kewajiban menunjukkan identitas mereka sebagai muslim dalam berpolitik, apapun partainya.

Bukankah syariat Islam lebih tinggi dari apapun di dunia ini? Terlebih ketika kekuasaan ada pada diri mereka, menjadi haram jika yang mereka laksanakan justru selain hukum Islam. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya,” Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sungguh ia musuh yang nyata bagi kalian.” (QS al-Baqarah [2] : 208).

Maka, apapun yang berhubungan dengan pengurusan urusan rakyat, wajib menerapkan syariat Islam. Apapun persoalan individu rakyat, Islam punya solusinya. Itulah makna lain yang dimaksud dalam ayat di atas. Jika Allah memerintahkan untuk masuk Islam secara keseluruhan, artinya ada jaminan kemaslahatan hakiki di dalamnya. Lantas, apa alasannya kita hari ini menggesernya dengan sistem yang lain?

Islam Hidup dan Menghidupkan

Allah SWT berfirman “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” (QS An-Anfal:24).

Islam memberikan kehidupan dan hidup, melalui syariat, maka Islam akan dapat dirasakan sebagai Rahmat, pun dalam hal bertetangga. Nabi Saw sendiri mengaitkan antara iman kepada Allah dan Hari Akhir dengan perlakuan yang baik kepada tetangga. Semakin baik iman seorang Muslim kepada Allah dan Hari Akhir, bisa dipastikan dia semakin baik dalam memenuhi hak-hak tetangganya dan menjaga adab-adab bertetangga sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.

Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,”Dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia memuliakan tetangganya.” [Muttafaq ‘alaih. Hadits riwayat Muslim di dalam Shahih Muslim no. 47]. Tak hanya adab bersosialisasi, negara juga akan mengatur masalah tata letak perubahan, yaitu dalam bentuk blok sebagaimana perumahan modern hari ini dan melarang membangun melampaui tinggi bangunan rumah tetangganya kecuali atas ijinnya.

Hanya dalam naungan Islam lah hubungan sosial kemasyarakatan dapat terjalin dengan baik, bahkan meski berbeda keyakinan. Dalam sistem hari ini sangat tidak mungkin, bahkan kasusnya akan berulang terus. Sebab, selama tidak ada manfaat materi yang akan diraih dari penyelesaian masalah ini maka penanganan akan setengah hati. Wallahu a’lam bish showab. [DMS].

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.