20 April 2024
Ibu Peradaban

Ibu Peradaban

81 / 100

Dimensi.id-Memahami peta jalan hidup merupakan kebutuhan setiap manusia, tidak terkecuali bagi seorang ibu atau perempuan. Allah Swt -sang Maha pencipta kita-, telah menghidupkan manusia -yang awalnya tidak ada- dengan satu tujuan mulia saja yaitu taat (beribadah) kepadaNya. Sebagaimana firman Allah dalam Qu’an surat Adz-Dzariyat: 56

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. 

Bagi Allah, makna beribadah (taat) bukan-lah hanya manusiamengerjakan sujud-ruku’ kepadaNya. Namun lebih dari itu, Allah menghendaki manusia untuk taat mengikuti seluruh perintah dan larangan-Nya di kehidupan dunia. Bagi Allah, ketika manusia masih tunduk mengikuti hawa nafsu atau perkataan yang tidak bersumber dari Al-Qur’an dan as-Sunnah, maka tidak-lah disebut taat (beribadah) kepada Allah. Sebaliknya, manusia bahkan bisa jatuh pada kesyirikan (membuat tandingan selain Allah). Na’udzubillahi min dzalik. Sebagaimana firman-Nya dalam surat At-Taubah: 31

اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَهُمۡ وَرُهۡبَانَهُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ وَالۡمَسِيۡحَ ابۡنَ مَرۡيَمَ‌ ۚ وَمَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِيَـعۡبُدُوۡۤا اِلٰهًا وَّاحِدًا‌ ۚ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ‌ ؕ سُبۡحٰنَهٗ عَمَّا يُشۡرِكُوۡنَ‏

Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.”

Ayat ini ditafsirkan dengan Hadis Rasulullah saw. saat membacakan ayat kepada Adi bin Hatim, yang saat itu masih beragama Nasrani. Adi bin Hatim berkata,  “Wahai Rasulullah, kami tidaklah menghambakan diri kepada mereka (menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan kami.).” Namun, Rasulullah saw. bersabda:

 

أَلَيْسَ يُحَرِّمُونَ مَا أَحَلَّ اللَّهُ فَتُحَرِّمُونَهُ وَيُحِلُّونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ، فَتَسْتَحِلُّونَهُ؟

Bukankah mereka telah mengharamkan apa saja yang telah Allah halalkan, lalu kalian pun mengharamkannya; mereka pun telah menghalalkan apa saja yang telah Allah haramkan, lalu kalian juga menghalalkannya?”

Adi bin Hatim berkata, “Benar.” Lalu Rasulullah saw. bersabda:

فَتِلْكَ عِبَادَتُهُمْ

Itulah bentuk penghambaan/ibadah mereka (kepada para pendeta dan rahib mereka).

Ibu : Hamba Allah Swt

Sebagaimana laki-laki, seorang ibu/perempuan hakikatnya adalah hamba Allah Swt. Sebagai seorang hamba, sudah selayaknyaibu/perempuan tunduk dan patuh hanya kepada Penciptanya yaitu Allah Swt. Dalam menjalankan peran apapun di dunia -sebagai anak, istri, dan anggota masyarakat-, seorang Ibu/perempuan hendaknya mencermati apa saja yang Allah perintahkan dan apa saja yang telah Allah larang. Ketaatan kepada Allah adalah yang utama dan pertama karena Allah merupakan sumber kita hidup dan Allah pula tempat kita kembali. Dalam surat Al-Baqarah: 155-156 Allah berfirman:

وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيۡنَۙ.

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”

الَّذِيۡنَ اِذَآ اَصَابَتۡهُمۡ مُّصِيۡبَة

قَالُوۡٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـآ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡن

“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). “

 

Sebagai pencipta manusia, Allah Swt yang paling berhak mengatur kehidupan manusia dan Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi manusia. Dalam firmanNya Allah menyatakan:

إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

Keputusan (hak membuat hukum) itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus”. [Yusuf/12:40] .

أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

 

“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam” [Al-A’raf: 54]

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;  Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 216).

Ibnu Katsir rahimahu al-lāhu menjelaskan bahwa sesuatu yang disukai seseorang yang bisa jadi buruk baginya itu bersifat umum dalam setiap perkara. Bisa jadi seseorang menyukai sesuatu namun ternyata tidak ada kebaikan dan kemaslahatannya. Allah Ta’alā lebih mengetahui akhir setiap urusan hamba. Allah Ta’alā lah yang mengabarkan mana yang mashlahat untuk dunia dan akhirat seseorang.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1: 248).

Peta Hidup Ibu [Hamba Allah]

Hidup di dunia hanyalah sesaat dan tempat singgah sementara. Rasulullah SAW bersabda; “Apa artinya dunia bagiku? Apa urusanku dengan dunia? sesungguhnya perumpamaanku dengan perumpamaan dunia ini seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon ia istirahat sesaat kemudian meninggalkannya.”( HR. Ahmad dan Ibn Majah).

Seorang musafir boleh jadi singgah sejenak di suatu tempat untuk merehatkan diri karena kelelahan. Dan pengembara yang asing singgah sejenak bukan karena kelelahan, tetapi mempersiapkan bekal untuk perjalanan selanjutnya. Kemana tujuan akhir hamba Allah ini? Tiada lain kampung akhirat yang kekal abadi. Kehidupan akhirat adalah sebenarnya kehidupan. Allah Swt berfirman:

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Ankabut 64)

Dan di kehidupan akhirat setiap hambaNya akan mempertanggungjawabkan seluruh amal di dunia serta menerima balasannya. Allah Swt berfirman:

يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ ٱللَّهُ دِينَهُمُ ٱلْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ ٱلْمُبِينُ

Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).”[An-Nur: 25]

Baca Juga : APBN Negara Berbasis Pajak, Problematik Khilafah Solusi Sistemik

Lalu, bagaimana posisi dunia bagi seorang ibu (hamba Allah)? Maka dunia merupakan ladang beramal untuk bekal kehidupan abadi di akhirat kelak. Allah SWT berfirman:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Carilah negeri akhirat pada nikmat yang diberikan Allah kepadamu, tapi jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia“. (QS. Al-Qosos: 77).

Ibn Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim menafsirkan ayat di atas agar kita selalu menggunakan harta dan nikmat sebagai bekal bentuk ketaatan dan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan berbagai macam kebaikan agar mendapat pahala di dunia dan kebaikan diakhirat. Diperbolehkan kepadamu oleh Allah untuk makan, minum, pakaian, rumah dan nikah.

Sebab engkau punya kewajiban terhadap Tuhanmu, dirimu, dan keluargamu. Maka penuhilah kewajiban tersebut. Serta berbuat baiklah kepada sesama makhluk sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu. Janganlah engkau berkeinginan untuk berbuat kerusakan dimuka bumi dan jangan pula berbuat jahat kepada ciptaan-Nya. (Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, juz 10, hlm. 482)

Kesimpulan

Bagi ibu (hamba Allah), kampung akhirat adalah tujuan hidup sesungguhnya. Untuk bisa kesana, satu satunya kunci adalah taat mengikuti seluruh perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Selama hidup di dunia, Ibu harus memahami mana hukum Allah yang diperintahkan kepada hambaNya, dan mana yang dilarang. Ibu musti sibuk meningkatkan kualitas keimanannya dengan terus menerus mengkaji ilmu Islam agar mampu menjalankan perannya di dunia dan meraih kehidupan akhirat yang membahagiakan. Dengan begitu, Ibu tidak hanya menyelamatkan dirinya tapi juga keluarganya dari api neraka, Insya Allah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌغِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.[at-Tahrîm/66:6]

Penulis: Yuyun Pamungkasari

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.