20 April 2024
Gambaran seorang ibu hebat yang mampu mencetak generasi kuat, sumber: pixabay

Gambaran seorang ibu hebat yang mampu mencetak generasi kuat, sumber: pixabay

Tugas seorang Ibu adalah sebagai ibu hebat yang mencetak generasi hebat, yakni berjibaku dalam proses membentuk karakter anak-anaknya. Anak yang mempunyai karakter kuat dan layak menjadi penerus bagi bangsa. Namun, tugas pokok tersebut rasa-rasanya amat susah berjalan secara optimal di era sekarang ini. Sebabnya, selain harus mendidik anak tak jarang seorang Ibu juga harus menjadi tulang punggung keluarga.
56 / 100

Dimensi.id-Selamat hari ibu bagi para ibu hebat yang sedang berjuang untuk buah hatinya, berjuang menjadikan mereka sholeh/hah di tengah gempuran arus kapitalis yang melahirkan kaum milenial yang hedonis dan liberal. Ditambah lagi para ibu harus berjuang mencukupi kebutuhan buah hati dan rumah tangga untuk membantu kepala rumah tangga yang juga kewalahan mencukupi kebutuhan keluarga yang sangat memberatkan. 

Harga sembako terus naik dari tahun ketahun, pendidikan berkualitas mahal, kesehatan harus dialihkan ke BPJS yang membebani masyarakat karena dituntut untuk dibayar setiap bulannya baru bisa digunakan dan seabreg pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh setiap rumah tangga saat ini.

Ibu yang seharusnya optimal menjadi ibu dan pengurus rumah tangga hanya bisa pasrah mengikuti arus kehidupan yang semakin mencekik ini. Mereka harus bekerja dengan tetap berupaya mengurus buah hatinya. 

Tapi kenyataannya wanita yang kodratnya lemah lembut, secara fisik tidak lebih kuat dari laki-laki, tanpa sadar mengorbankan kewajibannya menjadi ibu mengurus buah hati dengan maksimal karena jiwanya telah lelah bergelut dengan kerasnya dunia kerja diluar sana. 

Jika fungsi ibu untuk anak-anaknya hilang maka tidak bisa dipungkiri permasalahan individu ataupun sosial dari remaja akan rentan terganggu. Remaja akan mudah terjerumus kedalam aktivitas membahayakan dan merusak seperti terjerat narkoba, ikut tawuran, sex bebas, LGBT, dan lainnya yang saat ini menjadi problematika di kalangan remaja.

Baca juga: Salah Kebijakan, Bengkak Biaya Kemudian

Sungguh menjadi tantangan bagi para ibu saat ini. Mereka harus berusaha keras sampai tertatih-tatih menjalankan dua peran yang sama-sama menuntutnya. Padahal salah satu peran itu tidak seharusnya diperuntukkan kepada mereka. 

Tapi ironi di balik keluh kesah para ibu yang dramatis ini, pemerintah justru terus menerus melakukan eksploitasi kepada para ibu. Para ibu terus didorong untuk maju ke dunia kerja dengan dalih pemberdayaan ekonomi perempuan. Para ibu juga diiming-imingi sejuta pesona akan mendapatkan kebahagiaan sejati jika mampu terlibat di dunia ekonomi. 

Sejak level terkecil dalam sebuah masyarakat yaitu rumah tangga, para ibu terus didorong dengan berbagai pelatihan untuk membuat produk-produk home industri. Lapangan pekerjaan dibuka selebar-lebarnya untuk para perempuan, bahkan banyak perusahaan/pabrik yang hanya menerima karyawan perempuan saja.

Tidak heran jika ternyata pemerintah mengambil tema hari ibu tahun 2022 ini mengarah kepada pemberdayaan ekonomi ibu. Tema utama PHI ke-94 adalah PEREMPUAN BERDAYA INDONESIA MAJU. Selain tema utama, ditetapkan sub-sub tema untuk mendukung tema utama dimaksud (tirto.id).

Sejatinya pemberdayaan tersebut adalah eksploitasi ibu. Pemerintah yang dikuasai oleh penguasa oligarki tidak akan menyia-nyiakan keberadaan para ibu yang bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah bagi mereka. Dan sistem kapitalis mensahkan eksploitasi ibu ini, sehingga wajar program-program ekonomi bagi para ibu selalu jadi perhatian mereka.

Baca juga: Mengapa Fitrah Keibuan Berganti Keji?

Jika kapitalisme bukan menjadi solusi bagi para ibu, maka sistem islam berbeda. Dalam islam wanita mulia karena fungsinya, yaitu ibu dan pengurus rumah tangga. Dengan kasih sayangnya, dengan lemah lembutnya dan dengan ilmunya, serta dukungan dari suaminya, dan serta negara.

Seorang ibu dalam sebuah rumah tangga adalah pencetak generasi hebat, kuat, calon pemimpin umat. Oleh karenanya peran ini tidak bisa diganti atau disingkirkan karena hanya akan menambah permasalahan lain yang lebih menakutkan bagi masyarakat. 

Islam dengan aturannya yang sempurna mampu menyelesaikan permasalahan di setiap lini kehidupan. Sistem ekonomi islam tidak akan mendatangkan kesengsaraan bagi rakyat. Sejatinya sistem ekonomi islam tidak menganut kekuasaan ditangan pemilik modal sebagaimana yang dijadikan landasan dalam ekonomi sekularisme yaitu ekonomi kapitalis. 

Maka permasalahan ekonomi dalam sistem islam akan minim terjadi, tidak seperti permasalahan ekonomi saat ini. Semua kebutuhan masyarakat akan mudah terpenuhi karena pengurusan negara akan maksimal untuk rakyatnya. Sebab landasan penguasa bekerja hanya karena keimanan kepada Allah SWT. 

Tidak ada beban para ibu untuk menjadi tulang punggung pendamping suami dalam mencukupi kebutuhannya. Jika perempuan bekerja pun hanya untuk mengembangkan keahliannya saja dan menyumbangkan ilmunya untuk kemajuan negara islam, tidak semata karena tuntutan ekonomi yang sulit.

Walhasil para ibu akan fokus dan maksimal menjalankan peran utama mereka yaitu ibu dan pengurus rumah tangga. Dari sini bukan tidak mungkin generasi unggul tercetak dan siap memimpin umat yang akan membawanya kepada kebangkitan yang hakiki. Wallahu a’lam bishowab. [AW]

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.