20 April 2024

Penulis : yustika devi | Aktivis Dakwah

Dimensi.id-Keadaan pangan sangantlah utama untuk dijadikan sentral pemenuhan hajat rakyat, pemerintah harus memperhatikan dengan teliti masalah pengelolahan hasil bumi alam Indonesia, termasuk dalam pemenuhan asasi kemandirian produksi pangan. Saat ini massyarakat diresahkan dengan melonjaknnya bahan pangan, tahu dan tempe. Serta kesengsaraan roda ekonomi massyarakat terus menggrogoti kehidupan dimasa pandemi covid-19 yang tak kunjung selesai sampai detik ini.

Bogor Sejak beberapa hari lalu, tahu dan tempe mulai menghilang dari peredaran dipasar. Tahu dan tempe sangat sulit ditemukan di pasar tradisional atau penjual keliling. Bahkan, di beberapa pasar tradisional di Kota Tangerang, Banten, tahu dan tempe tidak lagi dijual. Ternyata, penyebab tahu dan tempe menghilang karena harga kedelai yang tinggi. (Republika.co.id 02/1/2021)

The food and Agriculture Organizatio (FAO), menginformasikan kenaikan harga kedelai pada Desember 2020 sebesar US $ 461 per ton, naik 6 % dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat US $ 435 per ton. (industry.konten.co.id, 3/1/2021). Menurut Sekretariat Jenderal Kementrian Perdagangan, kenaikan harga kedelai dunia diakibatkan lonjakan permintaan dari Tiongkok kepada Amerika Serikat (AS) selaku ekportir kedelai terbesar dunia. kenaikan permintaan dua kali lipat dari biasanya mengakibatkan ekspor AS kenegara lainnya terganggu, termasuk ke Indonesia. (cnbcindonesia. com, 3/1/2021).

Naiknya harga bahan baku kedelai impor membuat para perajin tahu di Jakarta, bogor , Depok, Tanggerang, Bekasi, melakukan libur produksi massal mulai 31 Desember 2020, Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk protes kepada pemerintah karena tidak ada perhatian pada perajin tahu dan tempe mengenai kenaikan harga kedelai.        

Sekjen Sedulur Pengrajin Tahu Indonesia (SPTI), Musodik, mengatakan, sekitar 25 pengrajin tahu di Bogor yang tergabung dalam SPTI juga turut libur produksi. Mereka tersebar di daerah Parung, Jasinga, Cibinong, dan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Musodik merincikan, dua bulan lalu harga bahan baku kedelai masih Rp 7.000 per kilogram. Namun, kini sudah meningkat hingga Rp 9.200-9.500 perkilogram, bahan baku kedelai hamper 90 % diimpor setiap tahun.

Mengapa Indonesia tidak mampu memenuhi pasokan bahan kedelai sendiri, sehingga Indonesia menjadi Negara importir, produksi dalam negeri tidak mencukupi massyarakat, padahal Indonesia kaya akan alamnya yang sangat luas ?

Karna ketergantungan Indonesia terhadap impor, menunjukkan bahwa Indonesia masih jauh dari kemandirian pangan, hal ini semakin mempermudah jalan swasta/asing untuk menguasai rantai pasok bahan pangan diIndonesia, mulai dari produksi hingga konsumsi, dampaknya akan terus menggrogoti roda ekonomi rakyat, inilah kebijakan sistem demokrasi saat ini, yang katanya ingin mensejahterakan kehidupan rakyat. Masih percaya dengan sistem Demokrasi ?

Berbeda dengan islam, didalam Negara islam (khilafah) yang pernah menguasai dunia selama 13 abad, yang menerapkan syariah secara mennyeluruh (kaffah), didalam Negara khilafah pemerintah (khalifah) hadir sebagi penanggung jawab hajat pangan rakyat sepenuhnya, dengan mengelola hasil bumi Allah swt berdasarkan aturan yang menciptakan manusia dan alam semesta, dengan pengelolahan pangan berdasarkan hukum allah yaitu Al-Quran dan asunnah  dalam bingkai Negara khilafah, tidak akan terjadi ketergantungan pada impor Negara luar seperti saat ini. Rasulullah saw Bersabda: “Sesungguhnya seorang penguasa adalah pengurus (urusan rakyatnya), dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya. (HR. muslim dan ahmad).

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.