20 April 2024
Jalan kebenaran bisa dilakukan dengan senantiasa berpihak pada yang benar, , sumber: pixabay

Jalan kebenaran bisa dilakukan dengan senantiasa berpihak pada yang benar, , sumber: pixabay

Pertarungan antara yang haq dan bathil tidak bisa dielakkan dan harus terjadi sampai akhir zaman. Namun hasil akhir dari keduanya pasti dimenangkan oleh kebenaran (al haq). Oleh sebab itu, jangan ragu untuk berpihak pada yang benar.
61 / 100

Dimensi.id-Pertarungan antara yang haq dan bathil tidak bisa dielakkan dan harus terjadi sampai akhir zaman. Tidak seperti pertandingan sepak bola yang mana ada yang memposisikan diri sebagai penonton. Tapi tidak demikian, dalam pertarungan antara yang haq dan bathil, kita harus terlibat dan memposisikan diri sebagai pembela yang haq dan menjadikan kebatilan sebagai musuh.

Setan adalah musuh sejati manusia, dan Allah mengingatkan kita dalam surat Yasin ayat 60, “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu.”

Pertarungan antara yang haq dan bathil sudah dimulai ketika iblis menolak diperintahkan oleh Allah SWT. untuk sujud pada nabi Adam, karena kesombongannya. Dan sejak itu iblis dan anak cucunya akan memposisikan sebagai musuh manusia agar mengikuti langkah-langkahnya menjadi penghuni neraka untuk selama-lamanya. Sementara, manusia harus memposisikan diri sebagai musuh iblis jika ingin kembali pada SurgaNya.

Jika demikian kita tidak boleh ragu untuk berpihak kepada yang benar yang bersumber dari hukum Islam. Tidak boleh hanya menjadi penonton dalam pertarungan antara yang haq dan bathil. 

Kita harus tegas memposisikan diri sebagai pembela agama Allah, dan menjadikan musuh siapa saja yang ingin memadamkan cahaya Islam. Mereka yang mempermasalahkan agama Islam dan menjadikannya bahan ejekan atau olok-olokan adalah musuh yang harus diperangi.

Baca juga: Niat Menekan Harga, Kok Migor Malah Langka?

Jika jelas demikian dimana posisi mereka yang berfikir moderat karena takut disebut radikal. Mereka tidak memiliki sikap yang tegas dalam aqidah dengan mengikuti perayaan hari raya agama lain karena takut dianggap intoleran. Muslim tapi ceramah di gereja dan ikut menyiapkan upacara agama lain adalah bentuk kebatilan yang bertentangan dengan ajaran Islam. 

Merayakan natal tapi menggunakan sholawatan sungguh keterlaluan dan sesat. Tidak berani menunjukkan identitasnya sebagai muslim sejati hanya karena ingin bisa diterima dan bisa mendulang suara dari semua kalangan adalah kebatilan yang harus dilawan.

Semua yang bertentangan dengan ajaran Islam yang lurus dan mulia adalah pengikut syaitan yang berpihak pada kebatilan, sebaliknya yang berpihak pada yang haq adalah mereka yang memposisikan diri untuk memperjuangkan syariatNya yang bersumber pada ajaran Islam yang lurus dan mulia agar bisa diterapkan secara kaffah dalam kehidupan. 

Standar perbuatan Haq ataupun Bathil adalah sumber hukum Islam, al-Quran dan as-Sunnah. Apa saja yang dilarang di dalam hukum Islam adalah sesuatu yang bathil yang harus dilawan dan dijadikan musuh karena kebatilan adalah apa yang dibawa iblis yang menjadi musuh nyata bagi manusia.

Gaes, jangan jadi orang munafik yang ingin terlihat baik dihadapan manusia, tapi Allah Maha Maha Tahu atas apa yang ditampakkan maupun disembunyikan. Mereka ingin membohongi Allah dan orang-orang beriman, tapi tidak. Mereka hanya membohongi diri mereka sendiri, bahkan mereka kelak akan dilempar ke dasar neraka Jahanam, jika tidak segera menyadari sebelum ajal datang menjemput. 

Baca juga: Tak Aman Perempuan dan Anak dalam Sistem Sekulerisme

Jadi, gaes jelas posisi kita dalam pertarungan antara yang haq dan yang bathil. Tidak bisa kita ambil jalan tengah karena ingin amannya saja di dunia yang fana ini dan tidak pula menjadi penonton saja, tapi kita harus menjadi pemain dalam pertarungan ini dan berpihak pada yang haq.

Berpihak pada kebenaran hakiki adalah harus. Tidak perlu kekuasaan, harta melimpah ataupun pendidikan tinggi untuk menjadi pembela agama Allah. Keberanian berpihak pada kebenaran hakiki karena dorongan untuk menggapai ridhonya bisa datang dari siapa saja bahkan rakyat biasa. 

Sering malah penguasa yang memiliki jabatan tinggi tidak berani menunjukkan identitasnya secara jelas dan tegas. Keberpihakan pada kebenaran disamarkan karena takut kehilangan dukungan dan kehilangan kekuasaan. Membela dan berpihak pada kebenaran hakiki yang diturunkan oleh Yang Maha Benar, dan dibawa rasulNya harus ditunjukkan dalam sikap yang jelas dan tegas.

Tidakkah kita bisa mengambil ibroh dari seekor burung Pipit kecil yang berani membela nabi Allah, Ibrahim. Meskipun dalam keterbatasannya yang tidak mungkin mampu memadamkan api yang berkobar hendak membakar nabi Ibrahim sebagai simbol kebenaran, dia tetap berusaha dan memberikan usaha terbaiknya untuk berpihak pada yang haq dan melawan kebathilan. Usaha maksimal dan kesungguhan untuk membela kebenaran akan mendatangkan pertolongan Allah.

Pertarungan antara yang haq dan bathil akan terus terjadi sampai hari kiamat. Jadi tidak usah berfikir kalah atau menang, tapi keberpihakan kita pada kebenaran Islam dan menjadikan setan sebagai musuh sejati adalah harga mati. 

Langkah kaki kita harus menapaki jalan hidup yang lurus sesuai dengan ajaran Islam secara kaffah bukan setengah-setengah. Berpihak pada yang haq adalah harus sebagai manusia dan menjadikan setan musuh sejati sebagai pihak yang membawa kebathilan yang ingin menyesatkan umat manusia dari jalan lurus. [AW]

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.