27 Maret 2024

Dimensi.id-Lebih dari dua tahun ini karena Pandemi, budaya mudik setiap lebaran terhenti, dan sekarang mulai lagi. Banyak dari mereka pulang ke kampung halaman dengan membawa banyak cerita. Banyak perubahan juga dirasakan saat pulang dan berbagi cerita. Wajah mereka sudah mulai tua dan tidak sesegar waktu dulu. Tidak sedikit dari mereka yang sakit stroke, sehingga tidak mampu bergerak selincah dulu. Tidak terasa umur sudah bertambah, muncul generasi baru yang tidak kita ketahui. Banyak juga yang sudah meninggalkan untuk selama-selamanya. Mereka meninggalkan kenangan dalam ingatan saat masih bersama, dan sekarang tidak bisa ketemu lagi. Harusnya ini bisa dijadikan pelajaran untuk tidak menyia-nyiakan setiap waktu dan kesempatan untuk banyak berbuat baik dengan saudara dan teman.

Mudik kali ini sungguh memberikan banyak cerita dari yang menyenangkan sampai yang menyedihkan. Tidak terasa dulu yang masih kecil dalam ingatan ternyata sekarang sudah besar, bahkan ada yang sudah memiliki keluarga kecil sendiri. Bayi lucu yang menyenangkan terlahir ke dunia tanpa kita bisa menyaksikannya. Semua berlalu dengan cerita-cerita lucu yang bisa membuat kita tertawa, tapi juga cerita-cerita sedih yang membuat hati menangis sedih.

Dulu rumah megah yang dibangun indah dengan usaha mati-matian dan cucuran keringat, sekarang tidak lagi bisa dinikmati karena usia yang semakin tua dan mulai sering sakit-sakitan. Dulu pekerjaan mapan yang diraih dengan berbagai cara, sekarang akan segera ditinggalkan karena pensiun dan diganti generasi baru dengan keluarga baru. Begitu cepatnya hidup ini, dan semua yang kita cintai perlahan meninggalkan kita, dan pada akhirnya giliran kita untuk meninggalkan mereka semuanya tanpa tersisa dan yang tertinggal hanya kenangan dan yang kita bawa hanya amal kebaikan yang bisa menjadi penolong. Harta benda, jabatan dan keluarga tercinta harus kita tinggalkan untuk selama-lamanya. Dan perlahan kenamgan itupun hilang karena mereka disibukkan oleh dunianya sendiri. Marilah kita merenung sejenak, untuk apa mengejar dunia mati-matian bahkan tidak jarang bisa meninggalkan luka di hati. Sakit hati dan dendam karena persaingan dan merebutkan secuil nikmat dunia yang pada akhirnya harus ditinggalkan.

Ternyata, muncul juga cerita tentang percikan api masalah antar anggota keluarga. Hal yang sepele tapi sudah bisa menjadi penyebab keretakan hubungan keluarga. Hanya karena memperebutkan batas kepemilikan tanah bisa menyebabkan dua hati saling berseteru dan tidak mau ketemu. Membenci satu sama lain hanya memperebutkan secuil nikmat dunia yang semua dan menipu. Memperebutkan remah-remah roti nikmat dunia yang sudah menciptakan keretakan dan ketidaknyamanan, dan tidak mau saling menyapa dan memaafkan. Sungguh, rugi kebahagian di hari lebaran yang Fitri terkotori oleh ego dan emosi yang tidak terkendali.

Saat kesadaran sudah mulai menyelimuti hati dan pemahaman kita, penyesalan akan mulai mengalir dan memenuhi hati sanubari. Ingin merekatkan hubungan kekeluargaan yang telah rusak, tapi malu untuk memulai meminta maaf. Syaitan telah bermain untuk membisikkan pada hati anak Adam dari tempat yang tersembunyi. Tapi kita sering tidak menyadari, bahwa musuh sejati manusia adalah syaitan yang tidak rela kita masuk surgaNya, sebaik-baik tempat kembali. Marilah kita beristighfar dan meminta perlindungan pada Tuhannya manusia, rajanya Manusia, dan sembahan manusia dari bisikan jahat syaitan yang tidak rela anak Adam bersatu dan menjalin hubungan baik satu sama lain.

Jadikan mudik kali ini kesempatan untuk membangun hubungan baik dengan keluarga, teman dan sanak saudara yang sempat terpisahkan oleh jarak dan waktu. Saatnya, menyambung tali silaturahmi yang sempat retak dan terputus oleh konflik yang timbul karena ego dan kesombongan yang tidak mau mengalah untuk mencari solusi terbaik tanpa ada hati yang merasa tersakiti. Kalaupun, sudah terlanjur ada hati yang terluka, segera diobati dan saling bertemu untuk saling memahami bukan saling caci dan menyalahkan. Segara mengulurkan tangan untuk salih memaafkan bukan saling menyalahkan. Ingatlah, semua ini akan menjadi cerita yang akan menjadi kenangan di kemudian hari. Buatlah kenangan indah yang tidak terlupakan, bukan kenangan buruk yang menyisakan penyesalan karena sudah menggoreskan kenangan yang tidak menyenangkan. Mumpung, kita masih bisa bertemu, ulurkan tangan untuk saling berjabat tangan dan saling memaafkan dari lubuk hati yang terdalam.

Akhirnya, mudik tahun ini harus berlalu dengan berbagi cerita dan berkumpul bersama untuk melepaskan rasa rindu karena tidak bertemu dalam waktu yang lama. Saling memaafkan dari lubuk hati yang paling dalam dengan menyingkirkan kebencian dan dendam yang mungkin sempat hinggap di hati kita yang sudah merusak hubungan kekeluargaan adalah pilhan terbaik dan bijak untuk dilakukan. Dengan melambaikan tangan kita berpisah untuk sementara dan kembali menjalankan rutinitas harian. Semoga tahun depan masih bisa ketemu untuk saling melepas rindu dan saling berbagi cerita baru yang akan kita jalani satu tahun ke depan. Sungguh, asyik saling bercerita tentang hal-hal baru, yang kita bawa kembali ke rumah dan menjadi kenangan dan pelajaran agar bisa menjadi lebih baik.(ME)

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.