18 April 2024
Al Quran adalah Cahaya Islam, sumber: pixabay
58 / 100

Dimensi.id-Fakta bahwa negeri ini sedang mengalami krisis adab dan akhlak ternyata benar adanya. Bukan hanya kondisi generasi muda yang gaya hidupnya kian memprihatinkan, bahkan orang-orang dewasanya pun mempertontonkan kejahilan berperilaku tanpa rasa segan. Kejadian yang belakangan viral di media sosial benar-benar membuat geram.

Beredar video di media sosial seorang qari’ah bernama Nadia Hawasy tengah melantunkan ayat-ayat suci Alquran di atas panggung, lalu sejumlah laki-laki menaiki panggung untuk menyawer sang qari’ah dengan cara tidak beradab. Ada yang berdiri sambil menghamburkan uang kertas di depan sang qari’ah.

Ada yang memasang mahkota yang terbuat dari lembaran uang kertas ke atas kepala beliau. Beliau sempat melepas dan meletakkan uang di bawah, tapi diambil dan dipasangkan kembali oleh lelaki tersebut sembari tersenyum dan berpose mengacungkan jempol ke arah kamera. Bahkan ada pula yang menyelipkan uang ke dalam kerudungnya.

Peristiwa tersebut terjadi di Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang pada bulan Oktober 2022 lalu di acara peringatan maulid Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam. Menurut keterangan Nadia Hawasy kepada Kompas.com, (6/1/2023) dirinya tidak tahu, kalau pada saat acara panitia baik perempuan dan laki-laki akan menyawer dirinya.

Saat kejadian posisinya sedang mengaji, sehingga tidak memungkinkan baginya langsung menegur dan menghentikan bacaan, karena itu termasuk adab dalam membaca Alquran. Meskipun ia mengaku geram dan merasa tidak dihormati saat membaca ayat-ayat suci Alquran.

Baca juga: Aksi Sawer Jamaah Kepada Qoriah Internasional, Tak Pantas Dilakukan!

Beredarnya video tersebut mendapat respon dan kecaman dari masyarakat khususnya umat Islam. Pembaca Alquran seolah disamakan dengan biduan yang disawer di tengah pertunjukan. Beberapa ulama tersohor turut menyampaikan kegeramannya. Salah satunya Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH. Cholil Nafis.

Beliau mengecam dan menilai perbuatan menyawer qori itu haram dan bertentangan dengan ayat-ayat Alquran, serta melanggar nilai-nilai kesopanan. Karena itu beliau mengimbau kepada Ulama dan tokoh agama agar menyampaikan kepada masyarakat untuk menolak hal ini supaya tidak dianggap sebagai tradisi yang baik. (Detikcom, 5/1/2023)

Tidak heran jika masyarakat heboh dan mengecam kejadian tersebut. Sebab, bagi umat muslim kitab suci Alquran adalah cahaya kehidupan sebagai petunjuk bagi umat manusia agar mampu membedakan hal yang benar dan yang salah. Saat ayat-ayat suci Alquran dibacakan disyaratkan untuk diam dan mendengarkan.

Bukan malah menunjukkan perilaku yang menunjukkan kesombongan. Jika niatnya hendak mengapresiasi pembaca Alquran, tentu caranya tidak demikian. Sangat disayangkan pula ketika jamaah yang melihat hal tersebut juga membiarkan apalagi jika menganggap perbuatan itu benar. Seharusnya ada upaya untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

Kejadian ini menyadarkan umat bahwa gaya hidup kapitalis sudah merasuk dalam sendi-sendi kehidupan umat Islam. Di mana segala sesuatu dinilai dan dihargai dengan uang semata. Nilai-nilai luhur dalam agama mulai mengalami desakralisasi, luntur tergerus berbagai nilai-nilai duniawi seperti materialisme, sekularisme, liberalisme dan sebagainya. Hal itu terjadi karena fungsi Alquran sebagai cahaya mulai meredup, bahkan berusaha untuk dipadamkan.

Benar, bahwasanya Al Quran sampai sekarang masih banyak dipelajari di penjuru bumi termasuk di negeri ini. Pondok pesantren sebagai pencetak generasi qurani semakin ramai dan diminati. Madrasah-madrasah dan TPQ hingga rumah-rumah tahfiz Alquran tersebar di mana-mana.

Baca juga: Menghalalkan Segala Cara untuk Meraih Keuntungan

Tidak ada yang menghalangi orang belajar membaca hingga menghafal Alquran. Namun, ada satu hal yang sering dilupakan bahwa fungsi Alquran sebagai cahaya kehidupan bukan sekadar dibaca, diperdengarkan dengan indah atau dihafalkan, tetapi harus diterapkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya secara individual, tapi harus total mencakup kehidupan keluarga, masyarakat hingga bernegara.

Di dalam Alquran terkandung banyak kisah yang memberikan hikmah dan teladan dari para Nabi dan orang-orang pilihan, mengajarkan tentang tauhid dan perintah ibadah kepada Allah azza wa jalla. Terdapat pula hukum-hukum yang mengatur urusan individu seperti aturan berpakaian, makanan, dan akhlak.

Aturan hidup bermasyarakat atau muamalah juga ada seperti larangan riba, aturan jual beli, utang-piutang, hukum pergaulan, dan larangan menyakiti orang lain baik dengan lisan maupun tangan. Selain itu ada pula hukum yang hanya bisa dijalankan oleh negara dalam hal uqubat dan jinayat.

Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan Alquran beserta hukum-hukum di dalamnya bukan hanya untuk dijadikan bacaan dan pengetahuan saja. Di dalam Surah An An’am ayat 57 Allah Ta’ala berfirman:

قُلۡ اِنِّىۡ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنۡ رَّبِّىۡ وَكَذَّبۡتُمۡ بِه ؕ مَا عِنۡدِىۡ مَا تَسۡتَعۡجِلُوۡنَ بِه ؕ اِنِ الۡحُكۡمُ اِلَّا لِلّٰهِؕ يَقُصُّ الۡحَـقَّ وَهُوَ خَيۡرُ الۡفٰصِلِيۡنَ ‏

“Katakanlah (Muhammad), ‘Aku (berada) di atas keterangan yang nyata (Al-Qur’an) dari Tuhanku sedang kamu mendustakannya. Bukanlah kewenanganku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk disegerakan kedatangannya. Menetapkan (hukum itu) hanyalah hak Allah. Dia menerangkan kebenaran dan Dia pemberi keputusan yang terbaik.’” (QS.Al-An’am: 57)

Cahaya Alquran yang sesungguhnya baru akan terpancar apabila hukum-hukum Allah diterapkan dan tegak di atas muka bumi. Sebab, Alquran diperuntukkan bagi seluruh umat manusia, maka pastilah akan membawa kebaikan dan rahmat bagi sekalian alam. Namun, justru inilah yang tidak dikehendaki musuh-musuh Islam hari ini. Mereka mencoba memadamkan cahaya ini dengan segala cara agar umat Islam tak lagi menjadikan Alquran sebagai pedoman.

Karenanya umat Islam diseru kepada sistem kehidupan yang mereka ciptakan yang sangat bertentangan dengan Islam, yakni kapitalisme sekuler. Dan inilah akibatnya ketika mengikuti hukum-hukum yang dibuat oleh manusia dan meninggalkan hukum Sang Pencipta. Umat Islam hari ini berada dalam keterpurukan akhlak juga peradaban.

Sayangnya, banyak pula ahli Quran dan ahli agama yang justru menolak syariat Islam diterapkan dengan alasan keberagaman dan sudah tidak relevan dengan zaman. Padahal, jelas-jelas Dia dalam Surah Al Maidah ayat 50 berfirman:

اَفَحُكۡمَ الۡجَـاهِلِيَّةِ يَـبۡغُوۡنَ​ ؕ وَمَنۡ اَحۡسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكۡمًا لِّـقَوۡمٍ يُّوۡقِنُوۡنَ

“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Hukum Siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang yang meyakini agamanya?” (QS.Al-Maidah: 50)

Wallahu a’lam bishawab. [AW]

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.